Mohon tunggu...
Afif Sholahudin
Afif Sholahudin Mohon Tunggu... Konsultan - Murid dan Guru Kehidupan

See What Everyone Saw, But Did Not Think About What Other People Think

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Serba Dilema Hadapi Corona, "Drama" atau Realita?

25 Maret 2020   17:36 Diperbarui: 25 Maret 2020   17:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kementrian Perdagangan, Agus Suparmanto, sudah memastikan stok komoditas pangan akan aman selama beberapa bulan kedepan, di tengah meluasnya penyebaran virus corona. (ekonomi.bisnis.com 13/3/2020)

Belajar dari China yang memberlakukan lockdown dengan segera, hasilnya sampai pada ujung perjuangan, hari pertama tanpa penambahan kasus. Serius dalam mengambil keputusan, dan matang dalam mempersiapkan berbagai keadaan. 

Sebab Korea Selatan tanpa memberlakukan lockdown dapat tertangani karena belajar dari kasus epidemi sebelumnya. Apakah kita tidak belajar dari Italia? Yakinlah, perang melawan corona dapat menjadi perang yang lebih berbahaya dari pedang dagang manapun.

Sudah saatnya Indonesia serius dalam memilih kebijakan yang seharusnya dipriorotaskan saat kondisi genting seperti ini. Harus segera ada keputusan tegas agar tidak terlalu lama berada di posisi 'lampu kuning'.

Jika ingin diberlakukan lockdown maka seharusnya jauh hari difikirkan, bukan malah santai, ketika diperingatkan oleh "Harvard" direspon oleh Menkes dengan tanggapan penghinaan. Patutkah sikap seperti itu saat sekarang waktunya untuk menyesal?

Wabah ini adalah ujian berat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia, maka seriuslah dalam mengatasinya. Tinggalkan kepentingan politik manapun, hapus semua kebencian koalisi, bersama lawan corona! Hoax banyak tersebar, sayangnya malah dimanfaatkan untuk melawan musuh politik.

Ketegasan pemerintah mampu menghapus 'drama' masyarakat netizen yang liar. Siapa yang memancing itu? Jangan sampai justru yang memulai adalah dari lingkungan pemerintah itu sendiri. Akhirnya sekalipun lockdown diberlakukan, kepercayaan itu sudah hilang, keos yang akan muncul kedepan.

Wajar jika masyarakat menganggap itu 'drama' politik pemerintah kala dituntut serius menangani kasus ini. Patutkah situasi 'dilema' saat ini masih terfikirkan peluncuran kartu Pra-kerja yang nilainya sekitar 10T?

Demi kesehatan bisakah pemerintah mulai tegas menyetop ekspor masker besar-besaran ke China? Masihkah dana besar digelontorkan demi proyek ibu kota baru, sedangkan nyawa warganya dipertaruhkan karena kekurangan alokasi dana yang dibutuhkan?

Saat wabah menyerang bukan langkah protektif yang ditegaskan, tapi malah insentif sektor pariwisata yang digalakkan. Saat sudah semakin parah, pemerintah sibuk menyiapkan anggaran untuk influencer padahal bisa dimaksimalkan untuk tenaga medis dan alat yang memadainya.

Bukankah malu saat video tenaga medis kita viral di dunia karena mereka memakai APD saja seadanya dengan jas hujan. Berikan ketegasan yang bisa meyakinkan, agar masyarakat yang masih menganggap ini 'biasa' tidak memperburuk suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun