Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengapa Anak Sulit Terbuka kepada Orangtuanya?

14 Desember 2022   21:07 Diperbarui: 24 Desember 2022   20:21 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tertutup dengan orangtua (Sumber: shutterstock) 

Tak dapat dipungkiri pula bahwa komunikasi merupakan salah satu pondasi dalam membangun hubungan --baik antara orangtua dan anak, pasangan, teman sepermainan, kolega, dan sebagainya. 

Bercermin dari kedua cerita di atas, ending yang dipilih tentu bukanlah solusi yang tepat. Aurora memilih untuk menutup diri dari orangtuanya, sedangkan pelaku memilih untuk mengakhiri hidup seluruh keluarganya. 

Sebagian di antara kita mungkin menanggapi bahwa sesungguhnya hal tersebut tidak harus terjadi dan dapat diperbaiki. Namun, bagaimana bisa seorang anak merasa begitu syulit untuk terbuka pada orangtuanya sendiri?

Otoriter dan Oversharing dalam Pengasuhan

Selain komunikasi, hal esensial yang harus dicapai dalam hidup berkeluarga adalah pola pengasuhan yang berkualitas. 

Berdasarkan cerita Aurora, dia mengaku menjadi anak "tertutup" sejak orangtuanya melakukan judging tanpa memberikan kesempatan untuk menjelaskan perspektif darinya. 

Lebih lanjut, dia merasa tidak nyaman jika permasalahan yang --dengan keberanian penuh dia ceritakan kepada orangtuanya justru diumbar kepada khalayak. Sedikit gambaran tersebut menandakan bahwa orangtuanya bersikap dominan dan memegang kendali penuh di dalam keluarganya. Pada ilmu pengasuhan, hal tersebut termasuk dalam tipe pengasuhan otoriter (mengekang).

Sharma dan Pandey (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Parenting Styles and Its Effect on Self-Esteem of Adolescents menyampaikan bahwa anak usia remaja yang "terjebak" dalam pengasuhan otoriter memiliki self-esteem yang rendah dibandingkan anak dengan pengasuhan permisif maupun demokratis. 

Hal ini juga diperkuat oleh penelitian dari Sawar (2016) yang menunjukkan hasil bahwa pengasuhan otoriter menyebabkan anak lebih menutup diri atau bahkan menjadi rebel dan problematik. 

Jarak afektif antara orangtua dan anak akan semakin renggang, sebab anak hanya akan merasa selalu disalahkan dan diatur sedemikian rupa oleh orangtuanya tanpa mengindahkan consent dari anak tersebut.

Selain karena gaya pengasuhan otoriter, terdapat penyebab lain yang membuat anak enggan bercerita banyak hal kepada orangtuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun