Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Serba-serbi Praktik Mengajar di Taman Kanak-kanak

31 Maret 2019   18:00 Diperbarui: 31 Maret 2019   20:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa Kelas A (dokpri)

Sekadar ingin berbagi cerita. Beberapa bulan terakhir, saya melaksanakan praktik mengajar di salah satu Raudhatul Athfal (setingkat TK dalam naungan Departemen Agama) di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kebetulan saya ditempatkan di kelas A, kelompok usia 4-5 tahun. Polosnya masih kebangetan.

Selalu ada cerita unik di setiap harinya. Namanya juga anak usia dini, semua celoteh, ulah, dan karakternya masih pure, tidak dibuat-buat. Hal tersebut tentu saja membuat saya harus memutar otak setiap saat agar bisa menghadapi mereka dengan sebaik mungkin. Sebab, jikalau asal-asalan menanggapi mereka akan fatal akibatnya. Mendidik anak usia dini ibarat menulis cerita di atas kertas putih. Jika keliru sejak goresan pertama ---memang bisa dihapus, tapi bekasnya akan tetap abadi.

Berikut adalah kompilasi dari sebagian anekdot-anekdot kecil yang terjadi selama beberapa bulan terakhir. Semoga ada ilmu yang bisa dipetik. Jikalau tak ada, semoga bisa membuat anda tersenyum barang setitik, ya.

Mogok Makan

"Ustadzah, aku nggak mau makan ini!"
"Lho, kenapa?"
"Nggak maauuu pokoknyaaa..."

Memang, sekolah tersebut memiliki program makan bersama setiap hari ---di mana kue atau makanan berat untuk siswa seluruhnya diakomodasi oleh sekolah. Alasannya supaya pukul rata, tidak ada kesenjangan di antara mereka. 

Siswa boleh membawa kue dari rumah namun hanya bisa dimakan setelah bel pulang berbunyi. Nah, tidak heran kisah "mogok makan" ini terjadi hampir setiap hari. Alasannya bisa ditebak, seperti faktor selera masing-masing siswa yang berbeda, siswa tergoda untuk memakan jajannya sendiri, atau mungkin mereka sedang tidak enak badan.

Saking seringnya menghadapi mereka yang demikian, saya harus mencoba berbagai cara untuk membujuk mereka. Salah satu yang paling ampuh, saya ajak mereka untuk bernegosiasi kira-kira begini:

"Nak, nanti Allah sedih lho kalau ada anak sholih-sholihah yang makannya ndak habis. Padahal, jajan ini kan Allah yang beri. Nanti kalau Milea (bukan nama sebenarnya) ingin eskrim terus berdoa sama Allah, terus Allah ndak mau beri lagi, bagaimana? Allah bilang begini, 'dulu kan Milea pernah waktu aku kasih jajan ndak mau menghabiskan. Aku ndak beri lagi, deh, nanti ndak dihabiskan'. Gituuu..."
"Aku lho nggak mau eskrim..."
"Lalu?"
"Aku maunya kue ulang tahun yang bueeesar segini, warna pink. Terus nanti ada gambar kuda poninya blablablablabla..."

Dan saya suapin dong kuenya sampai habis sembari dia asyik berimajinasi. Hihihi. Trust me it works!

Obrolan Aneh tapi Nyata

"Utadaaa... utadaaaaa!"
"Iya, nak?"
"Koncoku lho jenenge Dafa..."
(re: temanku namanya Dafa, lho)
"Hebat! Terus, terus?"
"... Sudah"
"Oqe baiqlah ferguzo"
(Ngomong dalam hati)

"Ustadzaaah..."
"Dalem?"
"Apakah kamu suka dengan kuda poni?" 
(Di rumahnya, dia gemar sekali menonton film kartun di televisi sehingga bicaranya pun mengikuti gaya tokoh kartun)
"Hmm... Tidak suka. Karena Ustadzah sudah besar" (Saya ikut-ikutan coba bicara ala tokoh kartun dong. Wkwkwk)
"Laluuu... Kenapa kamu tidak mengoleksi barang kuda poni? Kamu tidak suka?"
"... Iya, aku sukanya dia....."
( ini ngomong dalam hati juga, gaes)

"Ustadzaaaaah, tadi Dilan (bukan nama sebenarnya lagi) bilang aku pacaran!"
"Lhooo, mas Dilan, apa itu pacaran?"
"(Si Dilan nyengir) Itu lho yang kayak di televisi yang perempuan sama laki-laki berpelukan"
"Hmm..."

"Aku kemarin ke Tr*nsm*rt lihat dinosaurus!"
"Masyaallah, luar biasa. Terus?"
"Terus aku mainan..."
"Mainan apa, nak?"
"... Gak tau pokoknya mainan"
"Okeee" 
(Pengen sebel tapi sayang)

"Jadi, nak, Nabi Sulaiman itu diberi keutamaan bisa berbicara dengan hewan. Seperti yang tadi ustadzah ceritakan, Nabi Sulaiman bisa bicara dengan semut, burung, katak..."
"Kalau ngomong sama kucing bisa?"

Sesungguhnya, masih banyak percakapan yang sedemikian rupa bisa membuat saya tertawa atau malah justru kebingungan untuk menjawab. Contohnya seperti ini:

"Dzah, ular itu kalau pipis gimana seh?"
"Dzah, kenapa kok kita pulangnya jam 10? Kenapa kok bukan jam 6?" (Yakaliii)
"Dzaaah... Aku tadi di antar sama Ummi sama Abi sama Mas"
"Aku loh berani disuntik, aku loh dulu pernah disuntik di sini sama di sini..."
...

Mungkin dari sini, saya bisa belajar banyak untuk menjadi pendengar yang baik, lebih menghargai orang, dan tentu saja belajar untuk menjawabnya heuheuheu~

Kalau yang ini anak kelas KB, lebih menggemaskan (dokpri)
Kalau yang ini anak kelas KB, lebih menggemaskan (dokpri)
Heartwarming

Pernah suatu ketika saya sedang sediiih sekali hingga beberapa malam saya menangis sampai tertidur. Puncaknya, saat terbangun saya mendapat morning problem yang cukup menyedihkan. Kepala terasa berat, perut kembung dan mual, dan wajah saya... oh no, super-duper-kucel! Mata merah beserta kantung mata yang membesar menambah suasana suram. Meski sudah saya tutupi dengan BB cream yang cukup tebal, hasilnya tetap saja suram. But, show must go on, saya tetap berangkat ke sekolah dan menebar keceriaan.

Sesampai di sekolah ---seperti biasa siswa-siswi berlarian mengerubungi saya, berebut untuk mencium tangan dan salam. Apa yang terjadi? Salah satu siswi, sebut saja namanya Susan, memeluk saya erat-erat dan berkata, "Aku sayaaang sekali sama Ustadzah. Ustadzah cantiiik sekali hari ini..." Duh, seketika hati yang beku ini mencair, hangat, dan rasanya tentram. Tak lupa saya diberi cipika-cipiki sebelum dia kembali berlarian. Terima kasih, nak! :')

Mudah Tengkar, Mudah Baikan

Entah kenapa (atau memang lumrah adanya di setiap kelas), selalu ada satu-dua anak yang bertengkar selama pembelajaran berlangsung. Mulai dari berebut mainan, berebut tempat, saling memukul, mengejek, bahkan hal-hal kecil pun dipermasalahkan. Anak-anak mudah sekali bertengkar..... untuk kembali berbaikan.

Iya, belum ada 5 detik bertengkar, mereka sudah bermain bersama lagi. Salah satu dari puluhan kasusnya seperti ini:

"Ustadzaaah... Tadi Dilan nyenggol tanganku!" (Plis deh, nak. Disenggol tidak ada apa-apanya daripada ditikung teman sendiri . Upsss)
"Enggaaak, kamu duluan yang nyenggol!"
"Sudah-sudah, semuanya berteman yaaa. Anak hebat harus saling memaafkan. Ayooo, berbaikan..."

Kemudian Dilan dan Milea bersalaman sambil cemberut. Saya melanjutkan,
"Lho, mana senyumnya?"
Mereka tersenyum lalu kembali bermain bersama dan bercanda tawa. Seperti tidak pernah ada dendam di antara mereka gitu. Duh, andai masalah kita (hah, kita??? *ala mojok.co) bisa semudah itu yhaaa hmmm...

Menghayati Peran

Tahu lagu ini?

"Mari kawan bermain dalam lingkaran
Menyebut binatang yang ada di hutan
Binatang apakah itu?
Binatang apakah itu?

(Guru memberi tebakan ciri-ciri hewan)
Siapakah aku?
Badanku puanjaaang
Aku suka sekali makan daging
Bunyiku 'sssh... sssssh...'

(Siswa menebak) Ular! Ular!

Ular-ular namanya
Beginilah jalannya..."

Nah, ketika mempraktikan cara hewan berjalan, siswa-siswi selalu saja totalitas. Salah satunya ini, mereka rela "ndelosor" di lantai kelas, dong. Wkwkwk. Ndelosor itu, gimana ya jelasinnya, kayak buaya gitu deh. Jalannya melata.

Ada pula momen ketika di sentra peran, siswa-siswi kebetulan mempraktikkan kondisi di bandara. Mulai dari pembelian tiket, check in, pemeriksaan barang, masuk pesawat, hingga sampai di tempat tujuan. Namanya juga anak-anak, dunia mereka penuh dengan imajinasi. 

Ketika di "pesawat", tiba-tiba sang pilot berteriak, "awas! Awas! Mau nabrak gunung! Aaaaaa!!!" Dan seluruh penumpangnya turut berteriak, terguncang-guncang, panik, kesakitan, terjatuh dan tak bisa bangkit lagi... Pokoknya pelipur lara mah!

Bermain peran di pesawat (dokpri)
Bermain peran di pesawat (dokpri)
Bagaimana, masih ragu menjadi guru TK? Aku sih... nggak senang...
.
.
Tapi...
.
.
.
Suwenang bangettttt!!!1!!1!

Malang, 31 Maret 2019
Afif Auliya Nurani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun