Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dilamar (2)

12 Agustus 2018   04:55 Diperbarui: 12 Agustus 2018   18:04 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Alhamdulillah sae, Nyai..."

"Kau tahu? Seluruh santri mengkhawatirkanmu tadi. Bahkan para Asatidz mengeluh karena tidak ada yang fokus mengaji pagi ini. Semua blablablablabla..." kemudian Bu Nyai Karim bercerita panjang lebar tentang apa yang terjadi di pesantren beberapa waktu terakhir.

Sedangkan yang diajak bicara tetiba melamun. Pandangannya mulai kosong. Namun sepertinya Bu Nyai Karim tidak menyadari hal itu karena beliau masih saja melanjutkan ceritanya.

Apakah Nazila masih menunggu seseorang sudah berjanji datang hari ini? Hmmm...

Sepertinya begitu. Karena saat pintu terbuka, mata beningnya melebar dan ia berseru, "Dia telah datang... dia telah datang... ahlan wa sahlan"

Sosok yang berjanji akan melamarnya tujuh hari yang lalu telah tiba. Ia berpakaian serba hitam dengan tudung kebesaran di kepalanya. Postur tubuhnya tinggi dan kurus, nyaris seperti kerangka hidup. Tatapan matanya amat tajam, membuat siapapun akan menggigil ketakutan bila ia mendekat.

Tapi, tak ada yang bisa mengelak lamarannya, sekalipun orang tersebut berkuasa atas dunia ini. Tiada yang mampu membuatnya urung "melamar" kecuali Allah Azza wa Jalla.

Sosok itu perlahan mendekat dan berbisik lembut, "Hai, sayang... Apakah kamu sudah siap?"

Nazila mengangguk dengan penuh ketenangan. Dia sudah tahu, telah tiba gilirannya untuk dilamar malaikat maut dan menikah dengan kematian. Setelah mengucap kalimat syahadat, ia mengulurkan kedua tangannya kepada sosok yang bernama Izroil tersebut. Sejurus kemudian, mereka berjalan perlahan menuju "altar pernikahan" yang abadi. Sungguh, penerimaan paling indah terjadi ketika seorang hamba bisa memeluk segala ketentuan-Nya dengan penuh keikhlasan. Tak peduli apakah suka atau tidak suka, siap atau tidak siap.

Nazila telah membuktikannya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun