Kedua, yang harus kamu lakukan adalah berbenah. Yap, memantaskan diri juga butuh usaha. Hanya karena dulu dia banyak bercerita tentang kehebatan pujaan hatinya, bukan berarti kamu tidak bisa lebih keren dari do'i!
Dan yang perlu diingat selain berbenah diri, benahi juga niatmu untuk berbenah. Apakah untuk dia, atau Dia? It depends on you, dear. Ketika kamu berbenah untuk dia, bisa jadi kamu akan mendapatkannya. Tapi jika takdir berkata tidak, tentu ada rasa kesal, bukan?
Namun ketika kamu berbenah untuk Dia, niscaya kamu akan mendapat yang super-duper-terbaik. Entah itu dia atau bukan, yang pasti kamu takkan menyesal..."
Aku tertegun mendengar penjelasan dari kepompong aneh yang bisa berbicara ini.
"Woy! Aneh katamu?! Enak saja. Aku ini kepompong ajaib!" Toeeeng...
"Hehehe... Maaf atuh, maaf. Lalu apa yang selanjutnya?"
"Nah, ini yang terakhir. Hal yang paling mudah sekaligus paling susah dilakukan: berdo'a. Tentu saja do'a yang baik. Jangan malah berdo'a supaya dia mendadak amnesia sama si Anis, atau malah memaksakan do'a supaya dia menjadi jodohmu. Yakaleee...
Do'a yang baik adalah do'a yang kita pasrahkan kepada-Nya. Ya, semacam ikhtiar terakhir dari segala ikhtiar. Jika sudah kamu gantungkan harapanmu murni kepadaNya, diiringi dengan berdiam dan terus berbenah, in syaa Allah tidak akan ada yang namanya patah hati..."
"Jadi, patah hati itu... adalah sakit yang ku buat sendiri?"
"Tidak sepenuhnya. Separuh karena memang salahmu menaruh harapan kepada manusia, separuh lagi karena manusia itu melakukan hal-hal yang menyakitkan baik sengaja maupun tidak. Lagipula, bukankah jatuh hati yang tulus adalah jatuh hati yang tidak memerlukan balasan?"
"... Itu artinya... Aku tidak tulus mencintainya, ya?"