Di balik dinding batin, terkurung jiwa
Jeruji pikiran, mencengkram erat, tak berdaya
Bayangan kelam, menghantui setiap sudut hati
Menghujam kalbu, dengan duri tajam, tak henti
Dinding beton, menjulang tinggi, membatasi ruang
Memisahkan dunia luar, dengan lautan kesunyian
Jeruji besi, terjalin erat, mengurung asa
Menghilangkan harapan, menenggelamkan jiwa dalam nestapa
Pikiran berputar, seperti roda berkarat
Terjebak dalam lingkaran, tak berujung, tak berbatas
Ingin terbang bebas, melepaskan diri dari belenggu
Namun, jeruji pikiran, menahan kuat, tak terlupa
Kenangan pahit, berbisik lembut, di telinga hati
Menyentuh luka lama, yang tak kunjung sembuh, tak henti
Kecewa dan pedih, bercampur aduk, menjadi satu
Menghanyutkan jiwa, dalam lautan duka, tak berbatu
Rasa bersalah, menghantam jiwa, seperti badai
Menghancurkan hati, menjadi berkeping-keping, tak berurai
Penyesalan mendalam, mencengkeram erat, tak tertahankan
Menghukum jiwa, dengan siksa batin, tak tertahankan
Jeruji pikiran, mengurung jiwa, dalam penjara batin
Membuat hati terluka, tersiksa, tak henti-henti
Ingin keluar, ingin bebas, ingin merasakan mentari
Namun, jeruji pikiran, menahan kuat, tak terlupakan
Di balik dinding batin, terkurung jiwa yang terluka
Jeruji pikiran, mencengkram erat, tak berdaya
Bayangan kelam, menghantui setiap sudut hati
Menghujam kalbu, dengan duri tajam, tak henti
Ingin merdeka, ingin bebas, ingin merasakan bahagia
Namun, jeruji pikiran, menghalangi jalan, tak terlupakan
Jiwa terpenjara, dalam lautan kesedihan, tak berujung
Menunggu saat, untuk melepaskan diri, dari belenggu
Jeruji pikiran, mengurung jiwa, dalam penjara batin
Membuat hati terluka, tersiksa, tak henti-henti
Ingin keluar, ingin bebas, ingin merasakan mentari
Namun, jeruji pikiran, menahan kuat, tak terlupakan
Di balik dinding batin, terkurung jiwa yang terluka
Jeruji pikiran, mencengkram erat, tak berdaya
Bayangan kelam, menghantui setiap sudut hati
Menghujam kalbu, dengan duri tajam, tak henti
Ingin merdeka, ingin bebas, ingin merasakan bahagia
Namun, jeruji pikiran, menghalangi jalan, tak terlupakan
Jiwa terpenjara, dalam lautan kesedihan, tak berujung
Menunggu saat, untuk melepaskan diri, dari belenggu
Jeruji pikiran, mengurung jiwa, dalam penjara batin
Membuat hati terluka, tersiksa, tak henti-henti
Ingin keluar, ingin bebas, ingin merasakan mentari
Namun, jeruji pikiran, menahan kuat, tak terlupakan
Di balik dinding batin, terkurung jiwa yang terluka
Jeruji pikiran, mencengkram erat, tak berdaya
Bayangan kelam, menghantui setiap sudut hati
Menghujam kalbu, dengan duri tajam, tak henti
Ingin merdeka, ingin bebas, ingin merasakan bahagia
Namun, jeruji pikiran, menghalangi jalan, tak terlupakan
Jiwa terpenjara, dalam lautan kesedihan, tak berujung
Menunggu saat, untuk melepaskan diri, dari belenggu
Jeruji pikiran, mengurung jiwa, dalam penjara batin
Membuat hati terluka, tersiksa, tak henti-henti
Ingin keluar, ingin bebas, ingin merasakan mentari
Namun, jeruji pikiran, menahan kuat, tak terlupakan
Di balik dinding batin, terkurung jiwa yang terluka
Jeruji pikiran, mencengkram erat, tak berdaya
Bayangan kelam, menghantui setiap sudut hati
Menghujam kalbu, dengan duri tajam, tak henti
Ingin merdeka, ingin bebas, ingin merasakan bahagia
Namun, jeruji pikiran, menghalangi jalan, tak terlupakan
Jiwa terpenjara, dalam lautan kesedihan, tak berujung
Menunggu saat, untuk melepaskan diri, dari belenggu
Kendal, 11/09/2024
Afid Alfian A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H