"Arimbi!" Suara lembut ayahmu tidak membuat gurat-gurat amarah di wajahmu memudar. Kamu memilih pergi meninggalkannya.Â
***
"Aku yang sudah membuat ibuku meninggal, Al!" akuimu kepada pria itu saat kalian berada di rumah pria itu. Kamu membawa bubur ayam permintaannya.Â
Pria itu menatapmu lekat. "Apa maksudnya?"Â
"Aku yang sudah membuat perempuan itu meninggal." Kamu bicara dengan tenang, menoleh ke arah pria itu dan tersenyum tipis. "Makan lagi, Al. Jangan sakit terlalu lama!"Â
Pria itu menurut dan makan kembali buburnya. "Dua bulan lalu ibuku datang ke rumah, dia bilang menyesal telah meninggalkan kami, aku enggak percaya, Al. Mana mungkin dia menyesal setelah puluhan tahun pergi." Tanganmu mengepal erat di pangkuan.Â
"Lalu yang kamu lakukan?"
Kamu menatap pria itu kesal lalu memilih membalas pesan yang masuk di ponselmu. "Biarkan aku selesai bicara, oke!" Pria itu mengangguk.Â
"Aku melarang Ibu berobat, memintanya menghentikan semua pengobatan yang sedang dia jalani, padahal waktu itu aku tahu kalau dia sangat butuh pengobatan itu!"Â
Kamu kembali membalas pesan yang terus menganggumu. "Siapa, Rim?"Â
"Ayah memintaku untuk cepat pulang!" Kamu mendongak, menatap heran pria yang sedang sakit itu karena tiba-tiba berdiri. "Mau ke mana?"Â