Mohon tunggu...
Affandio Wadud Angkat
Affandio Wadud Angkat Mohon Tunggu... Mahasiswa - 431210102727, Mahasiswa S1 Manajemen, Univeristas Mercubuana Jakarta, Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak KELAS F032100026 - Selasa 13:15-15:45 (B-306)
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Etika dan Hukum Plato

26 Mei 2022   08:52 Diperbarui: 26 Mei 2022   09:12 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengertian Etika

Di dalam Etika terdapat seuatu kepatutan yang tidak dapat dianggap sebagai hal remeh oleh sekelompok orang secara individu. Oleh karena hal ini akan memberikan pengaruh yang sangat terasa, terutama bagi individu di sekitar. Atau dapat diaratikan bahwa, etika yang ada pada setiap manusia harus dapat manfaatkan dengan semaksimal dan seefisien mungkin.

Oleh karena itu memperbincangkan filsafat etika rasanya tidak lengkap jika tidak merujuk pada dua filsuf Yunani ternama, yaitu Plato dan Aristoteles yang keduanya juga merupakan guru dan murid yang memiliki pemikiran jenius. Meskipun mereka berdua adalah seorang guru dan seorang murid serta memiliki kesamaan kesamaan dalam konsep pemikiran kefilsafatan, namun keduanya memiliki perbedaan pandangan dalam beberapa hal tertentu termasuk dalam masalah etika.

Pengertian etika Menurut Plato

Moral dan etika diuraikan sebagai dua hal yang berbeda, dalam hal-hal moral yang lebih diperiksa untuk etika, kecenderungan, yang digunakan sebagai patokan dalam melakukan latihan besar. Sementara itu, hukum diuraikan sebagai bermacam-macam pedoman yang membatasi dan ada sanksi bagi orang-orang yang mengabaikan prinsip-prinsip ini. Menurut Plato etika adalah hal yang bersifat intelektual dan rasional, artinya kedua konsep tersebut bisa dijelaskan secara logis. Plato menyebutkan tujuan hidup manusia adalah memperoleh kesenangan hidup dan kesenangan hidup tersebut dapat diperoleh melalui pengetahuan.

Plato menyadari manusia akan banyak menghadapi rintangan dan hambatan dalam upaya mencapai dunia asalnya, Sementara itu materi menjadi penghalang terbesar, dan meskipun ia dapat disingkirkan, namun penghalang itu tidak dapat dihilangkan seluruhnya, karena wujud manusia sangat terbatas. Dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya, manusia begitu, manusia dapat mengatasi hambatan yang terdapat pada diri sendiri, namun tugas ini sangat berat. Manusia harus dapat berjuang dalam membebaskan bagian rasionalnya dari pengaruh jasad yang bertentangan yaitu baik dan buruk. Dari sinilah, menurut  Plato, munculnya teori etika.

Dengan asumsi itu terhubung dalam lingkungan keluarga, misalnya, setiap anak memiliki orang tua, ketika seorang anak dapat secara meyakinkan mempengaruhi hidupnya sendiri, maka, pada saat itu, ada kemungkinan bahwa orang tuanya telah memberikan prinsip untuk apa pun yang akan mempengaruhi perspektif masyarakat kepadanya. Tempat-tempat yang menguntungkan diri kita sendiri dan wali secara positif adalah lebih banyak percakapan untuk kita pertimbangkan.

Plato masuk akal di Republik (Politeia)bagaimana gagasan Socrates prospek. Sesuai pandangan Plato, hal utama yang harus tersedia dalam keberadaan manusia adalah kesetaraan. Pada premis ini Politeia menjelaskan bagi kita bagaimana negara harus bertindak.

Sesuai Plato, pelatihan dapat memberikan individu yang berpendidikan. Karena pendidikan bukan hanya tempat untuk belajar sesuatu, tetapi juga akan menghasilkan orang yang bisa berpikir pada dasarnya. Plato berpendapat bahwa pelopor yang layak adalah Master yang cerdas. Penjelasannya adalah dengan alasan bahwa Tuan yang cerdas memiliki informasi yang tidak dimiliki kerabatnya. Salah satunya Master logika bisa tahu apa yang hebat dan tidak terlalu hebat untuk daya tahan kerabatnya. Menurutnya hanya melalui penguasa logika kesederhanaan akan diperoleh. Selain itu Plato menganalogikan dan membandingkan dewa pemikir sebagai individu di mana spesialis harus memiliki pilihan untuk memecah dan mencari tahu efek samping yang berbeda dan juga penyakit masyarakat, dan mencari cara bagaimana menyembuhkan dan mengatasi penyakit tersebut.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, tujuan keberadaan manusia adalah untuk mencapai sukacita dan kepuasan (pencarian kebahagiaan). Untuk sementara, alasan negara adalah cara untuk memahami dan memenuhi tujuan keberadaan manusia yang harus dicapai. Sukacita dan kebahagiaan hidup tidak dapat dicapai melalui pemenuhan keinginan selama hidup di dunia taktil saja, dengan alasan bahwa apa yang ada di dunia nyata hanya terbatas pada kebenaran bayangan dari apa yang ada di alam pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun