Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... Jurnalis - MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Meneruskan Impian yang Tak Kunjung Mendapatkan Restu Orangtua

26 September 2020   06:49 Diperbarui: 26 September 2020   11:20 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecewa sekali terhadap respon yang aku dapatkan. Padahal aku sudah membayangkan aku mendapatkan hadiah, aku mendapatkan pujian.Namun, itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Realitanya tidak ada sama sekali. Sekali di rendahkan akan tetap di rendahkan. Dan pada saat itu juga aku merasakan yang namanya  Depresi  berat. Hal ini mengharuskan aku mendapatkan perawatan lebih lanjut untuk dapat menangani masalah mentalku.

Apa yang bisa kita ambil dari cerita di atas?

- Menghargai sebuah keputusan -

Ya, menghargai sebuah keputusan, terlebih keputusan yang di ambil oleh buah hati kita sendiri. Sebagai orangtua tidak boleh memaksakan kehendak anaknya karena akan berdampak besar bagi mentalnya kelak

Semua orang berhak mewujudkan keinginannya masing-masing

Tidak semua bakat yang tertanam anak berdasarkan karena keturunan, ada sebagian dari mereka yang justru menyimpang. Namun menjadi orangtua yang bijak sangat di perlukan dalam kondisi ini. Tidak semua anak memiliki sifat patah semangat. Ada yang dari mereka ocehan orang lain dijadikan semangat tetapi tidak menutup kemungkinan banyak dari mereka pula yang justru akan menganggu kondisi mentalnya. Posisikanlah dirimu menjadi anak dan apa yang kamu rasakan ketika bibit bakatmu ada di tanaman tomat tetapi orangtuamu menuntutmu harus menanam bibit lain di tanaman cabai. Sulit bukan untuk mengikuti apa yang di inginkan nya itu?

Para orangtua masih saja berfikiran bahwa yang terbaik adalah yang mengharuskan anak mengikuti keinginan orangtuanya itu. seakan-akan ia tidak percaya bahwasannya anak pun bisa menentukan mana yang baik menurutnya dan mana yang tidak baik menurutnya. Berada di lingkungan Toxic memang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kita sebagai anak. Tetapi alangkah baiknya jadikanlah itu obor semangat untuk bisa melangkah lebih maju ke depan, dan membuktikan bahwa kesuksesan itu bukan di ukur dari seberapa banyak penghasilan yang di dapat tetapu ketika bisa berada dalam perangkap bakat kita sendiri dan membuat hati menjadi bahagia tentunya.

Orangtua mempunyai peranan besar untuk mendukung apa yang menjadi keputusan anak tersebut, karena dengan dukungan orangtua anak dapat lebih percaya diri, lebih semangat, lebih ingin terus berjuang untuk mewujudkan apa yang di inginkannya. Ketika anak sudah sukses sesuai dengan ranahnya, orangtua akan ikut menjadi kebanggaan bukan? 

Cita-cita adalah hak paten anak bukan ambisi orangtua

Semoga tulisan sederhana ini dapat memotivasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun