Media social dan masyarakat modern adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan saat ini. Aktifitas dan mobilitas kaum urban dan generasi jaman now, menjadikan sosmed tidak hanya sebagai pendukung aktifitas kehidupannya, akan tetapi telah berubah menjadi sesuatu hal yang lebih privat yaitu menjadi lifestyle.
Media social pada awalnya hanya merupakan sebuah platform atau sarana untuk berbagi cerita, gambar, video dan perasaan yang lebih menekankan kepada aspek pergaulan dan silaturrahim atau connectivitas antara satu orang dengan komunitas atau teman di sekitarnya.
Ketika seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang wanita, maka ia akan meluapkan rasa cintanya yang menggebu-begu dengan berbagai ungkapan puitis dan nyanyian romantis, sehingga wanita yang disukainya pun akan menerima perasaan laki-laki tersebut. Atau ketika seseorang melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat yang indah, maka media social menjadi tempat berbagi pengalamannya.
Hal ini kan menciptakan sensasi tersendri bagi seseorang yang berbagi dalam akun media sosialnya. Kelegaan, kepuasan, kebanggaan, atau kesenangan adalah sensasi unik yang muncul ketika cerita, foto, dan video yang ia share, mendapatkan respon berupa comment, like, atau di share ke timeline orang lain. Â Â
Melihat tingginya trafik kunjungan masyarakat ke berbagai platform media social di Indonesia. Sebagian pihak mulai mengalihkan berbagai sisi bagian kehidupannya ke dunia maya ini. Mulai dari sisi ekonomi, media social menjadi media iklan yang lebih terasa efektif bagi berbagai perusahaan untuk mempromosikan produknya di banding dengan cara yang konvensional seperti pemasangan iklan di Koran, radio atau media lainnya.
Bahkan, banyak generasi muda tertarik berbisnis di media social atau hanya sekedar untuk meng endorseproduk orang lain. Hal ini tentu menghasilkan pundi-pundi keuangan yang tidak sedikit.
Tokoh politik pun, mulai melirik media social sebagai ajang pengenalan atau promosi untuk menarik minat masyarakat untuk menjadi bagian dari usaha politiknya dan berupaya untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat. Bahkan ada sebuah istilah tweetwaryang menggambarkan perang opini antar tokoh masyarakat/politik yang membahas suatu isu kemudian saling berbalas opini, seperti tweetwar antara fahri hamzah dengan Mahfud MD.Â
Berbagai peristiwa ini, menunjukkan telah terjadinya perubahan tren, media komunikasi masyarakat milenial yang sebelumnya lebih tertarik dengan media seperti Koran \, radio, televisi untuk menyampaikan pemikirannya, atau dalam upaya mepengaruhi orang lain.
Propaganda, peluru yang mematikan
Akhir-akhir ini, isu cadar kembali merebak di berbagai media local, dan nasional. Masyarakat dibuat bingung dengan berbagai pemberitaan yang seolah tidak berimbang dalam menanggapi permasalahan ini. Beragam respon ditampilkan oleh berbagai masyarakat, yang diluapkan dalam laman media social mereka.
Cacian, hinaan, dan berbagai respon negatif ditujukan kepada perguruan tinggi yang dianggap melanggar hak asasi beragama seseorang. Label liberal, sekuler seolah hasil yang tidak dapat ditolak, dari berbagai pemberitaan yang dilakukan secara massiv oleh berbagai media.