Betapa tidak adilnya takdir seorang wanita di sana. Perempuan yang dilahirkan di kerajaan, pada saat itu, bernasib malang. Walau statusnya anak pertama, tapi tidak bisa jadi ratu pemimpin. Ia hanya bisa jadi putri yang dikirim ke kerajaan lain sebagai perjanjian koalisi. Bagaikan sebuah komoditi yang diperdagangkan.
Sofia juga membuat penonton berempati pada Ratu Marie. Ia digambarkan suka kemewahan,
dan kalau dipikir, Marie sejak kecil tinggal di istana. Jadi tidak pernah diajarkan untuk berhemat. Pesta dan main kartu serta domino (yang menghabiskan banyak uang) dianggapnya sebagai kegiatan perintang waktu.
Raja yang Tidak Memikirkan Nasib Rakyat
Louis XVI juga tidak digambarkan untuk memikirkan nasib rakyat, karena tiap hari hanya belajar dan berburu ke hutan. Semua atas didikan sang kakek.
 Nah saat membaca buku sejarah Prancis, ternyata Louis XV diangkat jadi raja saat masih berusia 5 tahun. Ia lalu memiliki wali dan lingkungannya adalah para bangsawan high class. Jadi keborosan ini sudah menahun selama berpuluh (dan mungkin beratus tahun).
Salut untuk Sofia Coppola yang menggambarkan sisi lain seorang Marie. Tenang, filmnya tidak menyeramkan kok. Bahkan peristiwa penyerangan Bastille dan Istana Versailles digambarkan dengan sangat apik.
Nilai: 4,5 dari 5 bintang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H