Mohon tunggu...
Avizena Zen
Avizena Zen Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, Blogger, Penulis konten, dan Penerjemah bahasa Inggris

Penulis buku Kakeibo. Blogger. Hobi menulis, memasak, dan menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Marie Antoinette, Sisi Lain si Ratu Boros

14 November 2023   12:33 Diperbarui: 14 November 2023   12:42 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Wikipedia

Pemain: Kirsten Dunst (Marie Antoinette), Jason Schwartzman (Louis XVI), Rip Torn

(Louis XV)

Sutradara: Sofia Coppola

Tahun: 2006

Saya menonton film Marie Antoinette dalam rangka riset tentang cerita fiksi sejarah berlatar belakang Prancis. Yuk, ini reviewnya:

Marie Antoina adalah putri Austria yang dijodohkan dengan Louis XVI, pangeran Prancis, sebagai bentuk persahabatan antar 2 kerajaan. Di Prancis ia berganti nama jadi Antoinette dan awalnya merasa tersiksa dengan budaya yang berbeda dengan di tempatnya sendiri.

Di istana Versailles semua penuh dengan formalitas yang kaku. Marie dianggap aneh karena suka memeluk orang yang dekat dengannya. Ia juga awalnya dipelototi karena bertepuk tangan setelah menonton adegan opera yang indah.

Yang paling aneh, Marie harus rela bangun pagi dan dilihat oleh banyak bangsawan dan putri kerajaan, untuk melayaninya. Sampai ganti baju dan pakai sepatu dilayani oleh Contess dll.

Setiap hari terasa membosankan bagi Marie. Bangun, didandani, sarapan dengan suami. Sukakah engkau makan dan ditonton oleh beberapa orang? Makan pagi diiringi mini orkestra? Ada tumpukan maccaroon dan makanan lain pula.

Rasanya uwow tapi Marie sangat jenuh. Di malam hari ia baru bisa bertemu dengan Louise XVI.

Madame du Barry

Apalagi ketika Marie dituntut harus bergaul dengan Madame du Barry, kesayangan sang raja. Marie yang seorang putri asli tentu segan jika harus berdekat-dekatan dengan du Barry, yang notabene hanya rakyat biasa. Dia berdandan dengan norak dan sangat agresif. Suka bersendawa di meja makan pula.

Namun karena du Barry adalah kesayangan raja, maka tingkatannya di atas Marie yang 'hanya' putri mahkota. Mau tak mau Marie harus menyapanya terlebih dahulu. Adegan ini sangat bagus, karena Marie memakai mantel hitam dengan kerah warna kombinasi hitam dan putih, mengingatkan saya pada baju Cruella de Ville.

Dituntut untuk Hamil

Masalah belum selesai. Marie makin stress karena dingatkan terus oleh sang ibu, bahwa posisinya tidak aman. Ia harus melahirkan putra mahkota, jika tidak, maka pernikahannya

bisa dibatalkan!

Marie makin stress karena sang kakak ipar melahirkan terlebih dahulu. Bagaimana ia bisa hamil kalau Louis XVI tidak pernah menyentuhnya? Mereka hanya seperti sahabat. Mungkin Louis merasa terlalu muda? Karena ia menikah di usia 16, sedangkan Marie 15.

Suasana makin runyam saat Raja Louis XV sakit cacar lalu meninggal dunia. Ia merana di akhir hidupnya, karena ditinggal oleh du Barry.

Ketika sang kakek wafat, maka otomatis Louis XVI diangkat jadi raja. Padahal ia merasa belum siap, dan lebih tertarik untuk belajar tentang kunci, gembok, dan mekanismenya.

Akhirnya Punya Anak

Marie akhirnya melahirkan, anaknya perempuan. Namun Louis XVI tidak terlihat marah. Di sini diperlihatkan kecakapan Sofia Coppola sebagai sutradara sekaligus penulis naskah.

Betapa tidak adilnya takdir seorang wanita di sana. Perempuan yang dilahirkan di kerajaan, pada saat itu, bernasib malang. Walau statusnya anak pertama, tapi tidak bisa jadi ratu pemimpin. Ia hanya bisa jadi putri yang dikirim ke kerajaan lain sebagai perjanjian koalisi. Bagaikan sebuah komoditi yang diperdagangkan.

Sofia juga membuat penonton berempati pada Ratu Marie. Ia digambarkan suka kemewahan,

dan kalau dipikir, Marie sejak kecil tinggal di istana. Jadi tidak pernah diajarkan untuk berhemat. Pesta dan main kartu serta domino (yang menghabiskan banyak uang) dianggapnya sebagai kegiatan perintang waktu.

Raja yang Tidak Memikirkan Nasib Rakyat

Louis XVI juga tidak digambarkan untuk memikirkan nasib rakyat, karena tiap hari hanya belajar dan berburu ke hutan. Semua atas didikan sang kakek.

 Nah saat membaca buku sejarah Prancis, ternyata Louis XV diangkat jadi raja saat masih berusia 5 tahun. Ia lalu memiliki wali dan lingkungannya adalah para bangsawan high class. Jadi keborosan ini sudah menahun selama berpuluh (dan mungkin beratus tahun).

Salut untuk Sofia Coppola yang menggambarkan sisi lain seorang Marie. Tenang, filmnya tidak menyeramkan kok. Bahkan peristiwa penyerangan Bastille dan Istana Versailles digambarkan dengan sangat apik.

Nilai: 4,5 dari 5 bintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun