Pesawat angkasa itu terbang di atas kapal mereka, dan menembakan cahaya hijau dari bagian bawah badan pesawat. Tantri menatap cahaya hijau yang menyinarinya, tubuhnya tiba-tiba lemah, ia melayang, dan saat di tengah udara, ia pingsan.Â
Saat kesadarannya kembali, Tantri berada di dalam ruangan aneh. Tangan dan kakinya terikat ke dinding oleh gelang bercahaya kehijauan, seluruh pakaiannya sudah dilepas, ia telanjang bulat di tengah ruangan tanpa meja, kursi, dan jendela---hanya ruang kosong berwarna putih.Â
Saat ia berkedip, tiba-tiba di depannya, berdiri seorang perempuan berambut panjang dan berparas cantik. Tantri harus mendongak untuk melihatnya, karena tubuh wanita ini lebih tinggi dari manusia pada umumnya. Dengan pelan, wanita itu mendekati Tantri, di setiap langkahnya, kepala Tantri dipenuhi oleh gema bisikan-bisikan aneh, yang datangnya entah dari mana.Â
"Apa yang kaucari?" Dengan lembut, suara seorang perempuan, merangsak masuk ke telinganya.
Saat berada di depan Tantri, wanita itu membuka mulutnya, lidah panjangnya terjulur keluar, bergerak meliuk ke kiri dan ke kanan.Â
Tantri ingin berteriak; ingin meminta tolong, tetapi semuanya sia-sia. Tubuhnya sangat lemah, mulutnya kaku, singkatnya, ia tidak bisa bergerak sama sekali.
Wanita jangkung itu menekan pipi Tantri agar mulutnya terbuka, perlahan, ia memasukan lidahnya yang panjang ke mulut Tantri. Saat bibir mereka bersentuhan, tubuh Tantri seolah berpindah tempat. Gambaran-gambaran aneh muncul di dalam kepalanya, bergantian dari satu tempat, ke tempat yang lain, seperti cuplikan mimpi.Â
Ia menyaksikan bagaimana sebuah meteor raksasa jatuh ke dalam laut di masa lampau, dan memusnahkan lebih dari separuh makhluk hidup di muka bumi. Dari kehancuran itu, organisme sederhana yang selamat dari kepunahan massal, berevolusi menjadi makhluk hidup yang kompleks. Dari penglihatan ini, Tantri menyadari bahwa, ada makhluk cerdas lain selain manusia di bumi ini. Mereka telah lebih dahulu membangun peradaban maju di bawah laut, dan hidup tanpa diketahui manusia, selama ratusan ribu tahun, di kedalaman laut selatan Jawa.Â
Saat kesadarannya kembali, wanita jangkung itu telah lenyap dari pandangan Tantri. Di hadapannya, berdiri makhluk berlendir menyerupai gurita yang ia lihat dalam bayangan tadi. Kali ini, dengan tentakel-tentakelnya, makhluk itu membuka mulut Tantri, dan memasukan cairan aneh berwarna hitam pekat ke dalam mulutnya. Tantri terbatuk-batuk, dan memuntahkan sebagian cairan aneh itu. Air matanya mengalir deras, Tantri pasrah, pikirnya, cairan aneh yang masuk ke tubuhnya adalah, racun.Â
Di daratan, Tantri telah hilang selama tiga hari. Warga, nelayan, dan tim SAR, telah mencarinya ke mana-mana. Dukun pun telah dikerahkan untuk membantu pencarian ini, tetapi hasilnya nihil. Menjelang sore, sekelompok anak-anak yang sedang bermain, dengan wajah panik, mereka mendatangi warga desa. Setelah mendengar cerita anak-anak itu, warga langsung pergi ke tempat yang mereka sebutkan.Â
Warga menemukan tubuh seorang wanita tanpa busana, tergeletak tak sadarkan diri, di antara pepohonan kelapa. Mereka langsung tahu, wanita telanjang itu adalah Tantri. Apa pun yang menimpa Tantri saat ini, semuanya karena dia melanggar pantangan laut selatan. Warga yakin, ini semua adalah hukuman dari Nyai Roro Kidul.