Sosial media kembali heboh, berita tentang kapal nelayan yang hilang di pantai selatan Jawa, kini menjadi buah bibir di tengah masyarakat. Dalam satu bulan, tujuh kapal beserta awaknya, menghilang di lautan tanpa jejak. Hal ini memancing perhatian seorang jurnalis muda asal Jakarta: Tantri.
Hilangnya kapal-kapal nelayan, melahirkan beragam spekulasi liar tidak terkontrol. Desas-desus tentang sosok penunggu laut selatan, mulai menguap di udara. Di sisi lain, pihak yang skeptis dengan hal mistis, membantah dengan memberikan penjelasan yang logis. Perdebatan di sosial media pun tak terhindarkan.Â
Pagi itu, Tantri sudah siap dengan peralatan jurnalisnya di depan stasium Gambir. Ia telah memutuskan untuk menulis cerita tentang kejadian ini---juga, menginvestigasi apa penyebab sebenarnya kapal-kapal itu menghilang di lautan.Â
Selama lima jam perjalanan, Tantri menyimak perdebatan di sosial media. Sesekali, ia membaca ulang komentar seorang netizen---menceritakan tentang tetangganya, seorang perempuan, dan menjadi satu-satunya korban selamat, dari rentetan tragedi kapal hilang di laut selatan, sepuluh tahun silam.Â
Netizen inilah yang akan disambangi Tantri, sebelum ia memulai pekerjaannya dalam menggali informasi.
Setelah menginap semalam di rumah netizen itu, Tantri bergerak, mewawancarai semua keluarga korban, dan mengumpulkan keping demi keping informasi, dari pihak-pihak yang dianggap penting.Â
Langit mulai gelap, Tantri mengunjungi rumah yang terakhir---tetangga netizen kenalannya, seorang penyintas tragedi sepuluh tahun lalu---ia sengaja menjadikan rumah ini paling akhir, karena ada beberapa hal spesifik, yang ingin ia tanyakan pada korban selamat itu.Â
Ibu korban terisak, ketika menceritakan kejadian sepuluh tahun silam. Saat itu, suami dan anak perempuannya pergi ke laut untuk memancing ikan. Entah kenapa, hari itu terasa sangat berbeda, walau khawatir, ia tetap mengizinkan anaknya pergi.Â
Saat tragedi mengenaskan itu terjadi, suaminya menghilang, tetapi anaknya di temukan di pinggir pantai, tanpa sehelai benang pun pada tubuhnya. Meskipun masih hidup, anaknya telah berubah, ia menjadi pendiam, dan begitu ketakutan ketika melihat seorang wanita berambut panjang.Â
Jiwa jurnalisme Tantri bergetar. Ia paham arah cerita si ibu akan berbau mistis, tetapi Tantri, seorang jurnalis investigasi, tidak begitu tertarik dengan ide bahwa tragedi ini penyebabnya adalah, hal mistis yang ramai dibicarakan oleh netizen di sosial media: "Nyai Roro Kidul."Â
Setelah mendapat izin dari sang ibu, Tantri masuk ke kamar anak gadisnya, yang kini berumur tujuh belas tahun. Gadis itu meringkuk di pojok kamar--- sesekali mencuri pandang lewat ujung matanya. Tantri menyapanya, menanyakan namanya, tetapi gadis itu tidak mengindahkannya. Ia tidak menyerah, dan mencoba cara yang terakhir, untuk menarik perhatian gadis itu. Perlahan, Tantri menguraikan rambut panjangnya, yang ia simpulkan sepanjang hari ini.Â