Mohon tunggu...
Mohammad AenulYaqin
Mohammad AenulYaqin Mohon Tunggu... Aktor - Mahasiswa PBSI UNISSULA

Man jada wa jada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanjung Pakis - My Dream My Lost Angel

25 Oktober 2023   17:14 Diperbarui: 25 Oktober 2023   17:17 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan semenjak sore itu, Nara dan Rina jadi sering jalan bareng. Sore itu, seperti biasa, setelah pulang kuliah, dan rapat sebentar, Nara mengajak Rina jalan.
“Udah nunggu lama, Rin?” tanya Nara setelah Ia melihat Rina sudah menunggunya di tempat Ia janjian.
“Nggak kok, baru sebentar.”
Nara melihat Rina sangat cantik sore itu, matanya berbinar ceria saat melihat kedatangan Nara.
“Terus, mau kemana nih kita?” tanya Nara.
“Terserah kamu aja lah, aku mah tinggal ikut kemana kamu mau.” jawab Rina sambil memakai helem.

Sengaja sore ini Nara membawa Motor Nizam, karena Ia mau mengajak Rina jalan. Nizam mendukung banget kalo Nara sampai deket sama Rina, apalagi kalau mereka berdua menjalin hubungan yang lebih serius. Begitupun dengan Amelia, bahkan Nara curiga Nizam dan Amelia sedang mendekatkan Nara dan Rina.
“Kita ke pelabuhan aja yaa, Rin. Kita liat sunset di sana.” ujar Nara dengan suara setengah berteriak, mengimbangi deru angin dan mesin motor.
“Iya, terserah kamu, aku ikut kemana kamu mau ngajak aku.” jawab Rina.
“Berati kalau aku ngajak kamu ke penghulu juga kamu mau dong?” celoteh Nara.
“Kenapa?”
“Kalau aku ngajak kamu ke penghulu kamu mau?” Rina memukul pundak Nara setelah denger Cowok itu ngomong apa.

Sesampainya di pelabuhan, mereka berdua duduk dengan kaki terendam di air, Entah mengapa Nara hari ini sangat suka memandangi wajah Rina. Baginya, Rina terlihat berbeda, Cantiknya semakin natural.
“Ciee yang menang lomba puisi tingkat provinsi, katanya nggak suka sastra, tapi juaranya sampai mau ke nasional.” goda Nara.
“Aku nggak pernah bilang ke kamu kalau aku nggak suka sastra, Ra. Aku hanya penikmat sastra, tapi untuk jadi seorang sastrawan, itu bukan cita-citaku.” jawab Rina.
“Iyaa iya deh, terserah kamu mau berpendapat apa, yang jelas aku ngucapin selamat buat kamu.”
“Thanks, Ra.” jawab Rina seraya tersenyum.
“Sama-sama Rin. Oh iya, ngomong-ngomong, kapan nih nasionalnya, terus dimana, Rin?”
“Tanggal 29 ini, Ra, di Pangkal Pinang.” jawab Rina.
“Wah, jalan-jalan geratis ke Pangkal Pinang, nih. Semangat ya Rin, sukses selalu, jangan lupa oleh-olehnya.”
Rina hanya tersenyum menanggapi celotehan Nara.  Lalu,
“Aku pengin nitip sesuatu ke kamu,, Ra.” ucapnya tiba-tiba.
“Wow, boleh tuh, mau nitip apa? Nitip hatimu yang harus ku jaga saat kau jauh dariku?” Nara masih menanggapi ucapan Rina dengan nada bercanda.
“Nggak! Serius ini, Ra!” ujar Rina kesal.
“Iyaa, iya. serius amat, emang mau nitip apa sih, Non?”
Rina mengeluarkan sesuatu dari tasnya, terlihat sebuah buku bertuliskan My Lost Angel. Nara belum memahami apa isi buku itu.
“Ini buku cerita yang lagi aku tulis, Ra. Kalau pergiku lama, tolong kamu lanjutin ceritanya dulu, ya.” ucap Rina dengan nada serius.
“Set dah! Kirain mau nitip apa, tampangnya serius abis, ternyata mau minta tolong ngelanjutin NUGAS.”
Rina tertawa menanggapi celetukan Nara.
“Emang mau berapa hari kamu di Pangkal Pinang, Rin?” tanya Nara.
“Tiga hari sama perjalanan, Ra.” jawab Rina. Entah mengapa, semenjak menitipkan buku itu, Nara melihat ada sesuatu di sorot mata Rina.
Mata gadis itu tampak sayu, tapi yaa, pikir Nara paling biasa, Cewek ini kalo lagi minta tolong kan suka masang wajah memelas.

Mereka berdua sama-sama terdiam, menatap perahu nelayan yang tampak di kejauhan, yang seolah menyusuri garis cakrawala.
“Indah ya.” ucap Nara tiba-tiba.
“Iya, dari dulu aku paling suka sama sesuatu yang berhubungan dengan bandara, dan pelabuhan, Ra.” ujar Rina.
“Lo, kenapa, Rin?” tanya Nara.
“Sebab, pelabuhan dan bandara tempat yang paling sering menjadi saksi bisu didalam proses pertemuan dan perpisahan.” ujar Rina.
“Heleh! Mentang-mentang lagi nyunset, ceritanya ngegalau nih.” mereka berdua tertawa bersama.

Malamnya, Nara malah hanyut sendiri dengan kisah yang ditulis Rina, Ia tertawa sendiri, kadang juga ingin nangis seniri. Buku My Lost Angel itu menceritakan tentang seorang cowok yang berpacaran dengan gadis penderita kangker otak, sayangnya Cowok itu tidak tahu kalau pacarnya mengidap penyakit parah tersebut, sampai suatu saat, si Cewek ngilang karena sakitnya makin parah, tapi Cowok itu malah menganggap ceweknya telah berhianat dan setelah sebulan Cowok itu berpacaran dengan Gadis lain, Cowok itu mendengar Cewek yang dipacarinya lebih dulu telah meninggal dunia. Penyesalan memang datang di belakang, hingga cowok itu memutuskan untuk tidak menjalin hubungan dengan gadis manapun selama hidupnya.

Minggu, 28/10/2018

Sore itu, Nara tiba di Jakarta dengan kondisi basah kuyup, Rina menyusulnya di depan gang karena motor Nara terendam banjir, kondisi masih hujan deras sore itu. Rina tertawa sekaligus kasian melihat Nara yang mengigil kedinginan, siapapun akan merasa iba melihat Nara yang wajahnya sudah sangat pucat, dan bibirnya membiru karena kedinginan. Termasuk kedua Orang Tua Rina, juga merasa iba melihat Cowok itu. Bahkan Ibunya Rina menyuruh Rina membuat air hangat untuk mandi Nara.

Nara memang merasa perlu ke Jakarta hari ini, tujuannya yaa agar besok bisa mengantarkan keberangkatan Rina ke bandara. Ia sangatt mencintai sastra, dan bagi nara prestasi Rina juga prestasinya, Ia benar-benar merasa bangga, selayaknya dirinya sendiri yang berhasil meraih prestasi itu.

Malamnya, Rina mengajak Nara ke salasatu KaVe yang ada di dekat rumahnya. Mereka saling bercanda ceria sambil menikmati kopi.
“Ra, aku tahu selama ini kamu belum bisa menerima, dan kamu masih menganggap kalau kamu kuliah salah jurusan. Bagi aku nggak ada istilah itu, Ra. Setelah aku kenal kamu, aku merasa kita merupakan dua indifidu yang memiliki cita-cita yang tertukar. Perjuangan aku sampai dititik ini, semuanya buat kamu, dan aku titipkan cita-citaku sama kamu, Ra. Semangat kuliahnya yaa, jangan lagi merasa salah jurusan. Bahagiakan Orang Tua kamu, buat mereka merasa bangga dengan apa yang kamu raih. Tulisan yang kemarin aku titipkan, anggap saja itu tulisan kamu, Ra, jadi terserah kamu yaa, mau kamu lanjut, apa mau kamu berhentikan ceritanya.” ujar Rina panjang lebar.
“Aku nggak tau arah pembicaraan kamu kemana, Rin. Tapi mulai malam ini aku berjanji, aku akan menikmati kuliahku, dan aku akan melakukan yang terbaik, terutama untuk kamu yang memiliki cita-cita ini, dan untuk Orang Tuaku yang menginginkan cita-cita ini.” jawab Nara.
“Aku percaya kamu, Ra, pasti kamu mampu menjaga, dan melanjutkan cita-citaku.” ujar Rina.
“Aku mampu karena kamu mampu, Rin.” jawab Nara.

Mereka di kafe sampai jam 21.00 malam, banyak yang ingin Nara ungkapkan pada Rina, terutama tentang cita-cita dan masadepan, tapi biarlah, biarlah mereka bicara dari hati kehati, karena mereka yakin mereka saling mengerti satu sama lain.

Jakarta, Senin  29 Oktober 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun