“Ya, benar kata Ford. Saya setuju.. Bagaimana bila kami diantar saja langsung ke lokasi korban?” sambut Han.
“Ya, baiklah..” jawab inspektur menyetujui. “Dan untuk Anda, tolong dipersiapkan data-data yang kedua detektif ini inginkan untuk penyelidikan lebih lanjut..” perintah inspektur kepada bawahannya.
“Siap laksanakan..!” jawabnya singkat dan tegas.
Inspektur mengajak Ford dan Han menuju lokasi yakni sebuah kamar yang terletak di bagian depan rumah dekat dengan ruang tamu. Di kamar itu, korban tinggal bersama isterinya yang kini sedang menunggu pemeriksaan polisi di luar sana.
Ford agak kurang sabar, namun dibalik sifatnya yang kurang sabar, ia cukup teliti. Ia langsung masuk ke dalam kamar dan melihat kondisi korban. Ford memosisikan tubuhnya yang tinggi tegap itu setengah berjongkok tepat di sebelah kepala korban.
Korban yang bertubuh gemuk telah tergeletak di tengah kamar, tepatnya di samping ranjang dan di belakang meja kerja. Sebuah sangkur menancap tepat di jantungnya. Darah segar pun mengucur dari tubuh korban. Yang membuat mereka heran adalah kenapa keadaan kamar baik-baik saja, masih rapi, tidak ada yang berantakan, seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
Han, mengambil inisiatif untuk memeriksa sekitar korban. Ia melihat sebuah kursi di meja kerja yang sudah tidak terletak pada posisi yang seharusnya, atau dengan kata lain tidak menghadap ke arah meja namun tidak dalam kondisi jatuh terbalik. Di atas meja tulis tergeletak sebuah alkitab yang terbuka dan di dekatnya ada gelas yang tergeletak miring, tetapi tumpahan airnya tidak mengarah ke alkitab sehingga alkitab masih dalam keadaan kering.
Ford yang telah menggunakan sarung tangan, langsung memeriksa tubuh korban berikut juga pakaiannya. Ia mendapatkan sesuatu dari saku celana Freud, sebuah kertas yang nampaknya kertas foto, kertas tersebut langsung ia masukkan ke dalam kantung bukti.
Ford menggeleng-gelengkan kepala dan mengerenyitkan dahi setiap kali matanya tertuju pada sangkur yang masih menancap di dada korban. Sepertinya Ford merasakan pilu saat melihat kondisi korban dengan cucuran darahnya yang menggenangi sekitar tubuh korban.
Sementara Han, langsung beralih kepada jendela kamar yang terbuka. Ia mencari-cari sesuatu, barang kali saja ada yang bisa dijadikan petunjuk. Dan beginilah cara mereka bekerja, tak ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulut mereka kala mereka mencoba mengumpulkan bukti-bukti.
Mereka bertiga kini berjalan keluar kamar dan diikuti oleh inspektur. Menuju ke halaman samping rumah. Han menapaki langkah demi langkah dengan mata yang terpaku pada tanah yang bertekstur gembur dan lembab. Matanya kini bagaikan mata elang yang sedang mengintai mangsanya dari atas langit, satu senti demi satu senti ia perhatikan permukaan tanah yang ada dihadapannya. Ford juga membantu karena memang Ford telah mengerti apa yang dicari oleh Han.