Kali Krembangan menjadi batas kota Surabaya bagian barat. Yang berada diluar dari sungai ini diantaranya komplek kuburan kuno dan gudang serbuk mesiu. Komplek kuburan kini menjadi komplek tandon air PDAM Krembangan.
Sebelum 1835, Kali Krembangan ini melintasi pula Praban Gemblongan dan Bubutan. Ditahun 1835, saluran sungai bagian ini ditutup.
Dari tahun 1834 hingga 1845 dibangunlah sebuah sistem benteng pertahanan yang menghabiskan dana sebesar 44 juta gulden. Sebuah proyek mahal yang berakhir bencana, karena kemajuan teknologi maka benteng ini dinyatakan usang dan tidak layak pakai sebagai sistem pertahanan. Disisi lain parit-parit yang dibangun dengan tujuan melindungi benteng ternyata menjadi penyebab wabah kolera.
Ditahun 1889 terjadi serangan wabah kolera yang cukup parah di kota Surabaya. Antara 1889 hingga 1890 dilakukan pengurukan saluran dan terutama genangan-genangan air di kawasan Peneleh, Plampitan, Undaan dan Jagalan.
Pekerjaan penutupan genangan air ini terus berlanjut antara 1890 hingga 1897 diberbagai penjuru kota, termasuk parit utama benteng Prins Hendrik juga diratakan. Untuk mengatur air yang masuk ke kota Surabaya untuk kegunaan irigasi dan upaya pencegahan banjir maka dibangunlah pintu-pintu air.
Pintu air disisi pedalaman sudah dibangun lebih dulu, bendungan Mlirip dibangun antara tahun 1843 hingga 1846. Sedangkan bendungan Lengkong di  dibangun mulai tahun 1854 dan diresmikan pada 22 Agustus 1857.