Mohon tunggu...
Farid Muadz Basakran
Farid Muadz Basakran Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

#Advokat #Mediator #Medikolegal Pendiri BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office sejak 1996 Gd. Menara 165 Lt. 17 Unit A, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Jakarta 12560 Telp/Fax. 021-38820017; 38820031 Hotline : +62816 793 313

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

May Day: Antara Historia dan Histeria

1 Mei 2017   09:29 Diperbarui: 1 Mei 2021   08:01 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
May Day, hari buruh. Foto: CPSU/Okezone.com

Ditetapkannya May Day sebagai hari libur nasional,  dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. May Day yang pertama sebagai hari libur nasional yakni pada 1 Mei 2014 atau beberapa bulan sebelum Presiden SBY mengakhiri masa tugasnya sebagai Presiden RI selama sepuluh tahun. 

Dasar hukum yang menetapkan 1 Mei sebagai hari libur resmi adalah Keputusan Presiden No 24 tahun 2013 tentang Penetapan tanggal 1 Mei Sebagai Hari Libur tanggal 29 Juli 2013. 1 Mei sebagai hari libur resmi nasional baru menjadi kebijakan nasional setelah 14 tahun para buruh berjuang menjadikan 1 Mei sebagai hari libur nasional.

1 Mei atau yang dikenal dengan May Day diperingati kembali sebagai Hari Buruh Internasional yakni pada 1 Mei 2000 atau dua tahun setelah tumbangnya pemerintahan orde baru. Selama hampir 32 tahun peringatan May Day menjadi suatu yang terlarang di zaman pemerintahan ore baru, dengan alasan bahwa May Day sangat berbau komunis. Dan hal ini sangatlah beralasan, karenaorde baru tampil akibat adanya pemberontakan G-30 S/PKI pada tanggal 30 September 1965. 

Di era orde lama, antara lain menurut Sukijat, mantan Ketua FBSI, digambarkan kondisi gerakan buruh saat itu :  

" Tetapi kehidupan dan iklim politik yang berkembang menjadi amat liberalistis pada waktu itu telah mempengaruhi kehiduan kaum buruh Indonesia. Akibatnya, potensi kaum buruh telah  terpecah-pecah dan tidak menentu arah kehidupan serta arah perjuangannya bahkan lepas dari lingkaran falsafah dan UUD 1945. Mereka telah termakan doktrin Marxisme yang secara penetratif menyusup ke dalam tubuh sebagian kaum buruh Indonesia dan berhasil mendominasi gerakan buruh Indonesia yang dipelopori SOBSI / PKI. 

Pembangunan dan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola-pola perjuangan kaum buruh marxis yang dengan sadar menimculkan contra-dicties dalam kehidupan bangsa Indonesia. Mereka selalu berusaha menciptakan suatu keadaan yang chaos dalam bidang ekonomi sebagai penunjang perjuangan politis kaum komunis.

Usaha mereka sampai pada puncaknya dengan munculnya peristiwa G-30 S/PKI pada 30 September 1965. .... "  

Di zaman orde lama, May Day bukanlah hal yang terlarang. Bahkan sudah diperingati sebagai Hari Buruh Internasional sejak tahun 1920. Bahkan diriwayatkan Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Soviet.

Dan sesudah dewasa pun pernah pula menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1970 di Lapangan Tian an Men di RRC dan peringtan 1 Mei 1970 tersebut menurut Ibarruri Aidit hadir juga Mao Zedong, Pangeran Sihanuk dengan istrinya Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B. Tan Tein.

Pemerintahan rezim orde baru baru bisa menghentikan peringatan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 1967. Setahun sebelumnya Presiden Soeharto mengangkat Awaloedin Djamin  (seorang Komisaris Besar Polisi yang dikemudian hari menjadi Kepala Polri) sebagai Menteri Tenaga Kerja pertama rezim orde baru. 

Sebelumnya Menteri Tenaga Kerja dikenal sebagai porto folio Menteri Perburuhan. Presiden Soeharto mengganti istilah Perburuhan karena istilah buruh sangat kental aroma marxis dan komunis. Menteri Awaloedin Djamin tidak mampu menghentikan kegiatan peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 1966, karena gerakan buruh sisa gerakan buruh orde lama masih sangat kuat pada tahun 1966 tersebut.

Pada masa Presiden Soeharto berkuasa, aksi buruh untuk memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day dikategorikan sebagai tindakan subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Pelaku pelanggar UU Subversif kala itu bisa langsun ditangkap, dan banyak diantaranya ditahan tanpa diadili. 

Sejarah 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional.

Hari Buruh Internasional sebenarnya lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas buruh untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak buruh industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 yang menandakan perubahan drastis kondisi ekonomi-politik, terutama di negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengitensifan jam kerja di tingkat pabrik, melahirkan perlawanan kelas dan kaum buruh. 

Pemogokan pertama kaum buruh terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1806 oleh buruh Cordwainers. Pemogokan ini menyeret para tokoh buruh kala itu ke pengadilan. 

Fakta saat itu adalah jam kerja yang dilalui oleh buruh di Amerika Serikat adalah bekerja antara 19 sampai 20 jam sehari. Hal yang sangat tidk manusiawi dan warisan era perbudakan. Sejak saat itu perjuangan kaum buruh menuntut direduksinya jam kerja menadi agenda perjuangan bersama kaum buruh di Amerika Serikat. 

Ada dua orang yang dianggap berjasa menyumbangkan gagasan untuk menghormati dan memajukan kaum buruh, yakni Peter Mc Guire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, Mc Guire dan 100.000 buruh melakukan aksi mogok untuk menuntut pengurangan jam kerja. Mc Guire lalu melanjutkan dengan erbiacara kepada semua buruh dan pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. Mc Guire kemudian menjadi terkenal dengan julukan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, Mc Guire pindah ke St. Louis, Missouri dan mulai mengorganisir para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan Mc Guire sebagai Sekretaris Jenderal dari United Britherhood of Carpenters and Joiners of America. Ide untuk mengorganisir buruh menurut bidang keahliannya kemudian merebak ke seluruh negara. Mc Guire dan para buruh di kota-kota lain kemudian merencanakan hari libur untuk para buruh di setiap Senin pertama bulan September di antara Hari Kemerdekaan Amerika Serikat dan Hari Pengucapan Syukur. 

Pada tanggal 5 September 1882, para Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang buruh yang membawa spanduk bertuliskan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan Mc Guire memankan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.

Pada 1887, Oregon menjad negara bagian pertama yang menjadikan tanggal 5 September sebagai hari libur umum. Pada 1894, Presiden Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi buruh di beberapa belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya telah dilakukan National Labour Union di AS.   

Di Amerika Serikat sendiri, sepengatahuan penulis, setiap tanggal 5 September diperingati sebagai Labor Day dan dijadikan sebagai hari libur resmi di Amarika Serikat. Setiap Kedutaan Besar Amerika Serikat di luar negeri, tidak terkecuali di Indonesia sampai hari ini masih memperingati 5 September sebagai Labor Day,bisanya mengundang tokoh-tokoh buruh dan tokoh serikat buruh yang di Indonesia untuk merayakan standing party di malam harinya. Penulis berkesempatan menghadiri Labor Day ini di Indonesia dengan diundang ke kediaman Duta Besar AS di Indonesia sampai sekitar tahun 2000.

Sementara itu 1 Mei mulai dikenal sebagai Hari Buruh Internasional karena adanya Peristiwa Haymarket di Amaerika Serikat pada tahun 1886. Dimulai dengan adanya demonstrasi besar-besaran sekitar 400.000 buruh Amerika Serikat yang menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sampai dengan 4 Mei 1886.

Pada tanggal 4 Mei 1886, sebagai puncaknya para demonstran buruh mengadakan pawai besar-besaran. Polisi Ameika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para epmimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal kemudian dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei 1886 di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakuan yang lebih adil dari pemilik modal. 

1 Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas buruh dunia pada Kongres tahun 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk memeberikan momentum tuntutan jam kerja delapan jam sehari, juga memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapi titik massif di masa itu. Tanggal 1 Mei dipilih Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amaerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886. 

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris, Perancis, menetapkan peristiwa The Haymarket Martyr pada 1 Mei 1886 di Amerika Serikat sebagai hari buruh sedunia dan saat bersamaan mengeluarkan resolusi berisi :

Sebuah aksi iternasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu bersamaan, pada suatu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Paris.

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei atau yang lebih dikenal dengan May Day diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah setempat hingga hari ini.

Histeria Buruh Semata.  

Keran kebebasan kembali dibuka sejak Mei 1998 dengan lahirnya orde reformasi. Dua tahun kemudian May Day kembali diperingati di Indonesia sebagai hari buruh internasional. Dan empat belas tahun kemudian diresmikan sebagai hari libur resmi oleh Keputusan Presiden No.  24 tahun 2013 tentang Penetapan tanggal 1 Mei Sebagai Hari Libur tanggal 29 Juli 2013.

Kondisi era orde reformasi hingga saat ini mirip dengan keadaan di zaman orde lama yang beriklim liberalistik dalam kehidupan politik dan ekonomi. Saat ode lama, dan bahkan orde baru, buruh hanya menjadi alat dan komoditas seglintir elit. Lahirnya May Day  tidak dapat dipungkiri tidak terlepas dari ideologi sosialis dan komunis yang mendominasi dunia pada abad kesembilan belas dan abad kedua puluh, tidak terkecuali d Indonesia. 

Pergerakan menuju kemerdekaan di Indonesia tidak terepas dari peran buruh yang mendukung para pejuang kemerdekaan Indonesia saat itu, seperti misalnya HOS Tjokroaminoto, muridnya Semaun, Soekarno, dan termasuk Tan Malaka dan lain sebagainya juga menjadikan buruh sebagai alat perjuangan politiknya menuju kemerdekaan Indonesia.

Peringatan May Day kembali sejak 1 Mei 2000 tidak menunjukkan hasil perjuangan buruh yang signifikan. Outsourcing yang merajalela, booming pemutusan hubungan kerja, dan kesejahteraan buruh dan keluarganya yang cenderung jalan di tempat, menunjukkan bahwa perjuangan buruh d pimpinan serikat buruh baru sebatas euforia dan histeria semata. 

Selain itu menjadikan tanggal 1 Mei sebagai Hari Buruh Seduniaberdasarkan Keputusan Presiden  No 24 tahun 2013 tentang Penetapan tanggal 1 Mei Sebagai Hari Libur tanggal 29 Juli 2013 menandakan bahwa poduktifitas nasional kita semakin berkurang saja dan kontra-produktif bagi pembangunan nasional dan pembangunan manusia Indonesia yang paripurna.

Bila hendak memperjuangkan hak-hak politik dan hak-hak ekonomi, harusnya dilakukan melalui DPR dan DPD. Sambil memberdayakan para anggota DPR dan DPD untuk menjalankan fungsi dan kewajiban mengontrol kebijakan pemerintah terutama di bidang hubungan industrial dan ketenagakerjaan. Memperingati May Day dengan histria turun ke jalan hanya membuang waktu dan energi besar yang ada pada usia buruh yang produktif tersebut.

Kita perlu meniru Jepang, dimana hubungan industrial di sanaantara Pengusaha dengan Buruh sangat hamonis. Hubungan industrial di Jepangdidasarkan pada hubungan yang bersifat kekeluargaan. Buruh dianggap keluarga,begitu juga sebaliknya Pengusaha dianggap keluarga. 

Kebijakan pemerintah diJepang pun mendukung kondisi dan hubungan industrial yang harmonis.Kesejahteraan buruh pun rata-rata tinggi di Jepang. Hal yang sama terjadi pada perusahaan-perusahaanJepang yang ada di Indonesia, rata-rata buruhnya memiliki upah dankesejahteraan yang lebih tinggi. 

Semogabermanfaat.

FARID MU'ADZ

Advokatdan Konsultan Hukum

Penulisbuku "PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL dan Alternatif PenyelesaianPerselisihan Hubungan Industrial Diluar Pengadilan", Penerbit Ind-Hill.Co,2006

Pernahmenjabat Ketua DPC SBSI Jakarta Barat tahun 1995-1996 dan Direktur LBH PekerjaIndonesia tahun 1997-1999.

 

Sumbertulisan :

1. Perburuhan Dari Masa Kemasa, AgusSudono et al, Pustaka Cidesiindo, 1997

2.Sejarah Lengkap Hari Buruh (May Day) 1 Mei Sedunia dan di Indonesia 

3. Hari Buruh Sedunia: Sejarah dan Perkembangannya 

4.  SBY Akan Tetapkan 1 Mei Sebagai Hari Libur Nasional 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun