Mohon tunggu...
Farid Muadz Basakran
Farid Muadz Basakran Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

#Advokat #Mediator #Medikolegal Pendiri BASAKRAN & GINTING MANIK Law Office sejak 1996 Gd. Menara 165 Lt. 17 Unit A, Jl. TB Simatupang Kav. 1, Jakarta 12560 Telp/Fax. 021-38820017; 38820031 Hotline : +62816 793 313

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

May Day: Antara Historia dan Histeria

1 Mei 2017   09:29 Diperbarui: 1 Mei 2021   08:01 2078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu 1 Mei mulai dikenal sebagai Hari Buruh Internasional karena adanya Peristiwa Haymarket di Amaerika Serikat pada tahun 1886. Dimulai dengan adanya demonstrasi besar-besaran sekitar 400.000 buruh Amerika Serikat yang menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sampai dengan 4 Mei 1886.

Pada tanggal 4 Mei 1886, sebagai puncaknya para demonstran buruh mengadakan pawai besar-besaran. Polisi Ameika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para epmimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal kemudian dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei 1886 di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakuan yang lebih adil dari pemilik modal. 

1 Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas buruh dunia pada Kongres tahun 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk memeberikan momentum tuntutan jam kerja delapan jam sehari, juga memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapi titik massif di masa itu. Tanggal 1 Mei dipilih Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amaerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886. 

Pada bulan Juli 1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris, Perancis, menetapkan peristiwa The Haymarket Martyr pada 1 Mei 1886 di Amerika Serikat sebagai hari buruh sedunia dan saat bersamaan mengeluarkan resolusi berisi :

Sebuah aksi iternasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu bersamaan, pada suatu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Paris.

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei atau yang lebih dikenal dengan May Day diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah setempat hingga hari ini.

Histeria Buruh Semata.  

Keran kebebasan kembali dibuka sejak Mei 1998 dengan lahirnya orde reformasi. Dua tahun kemudian May Day kembali diperingati di Indonesia sebagai hari buruh internasional. Dan empat belas tahun kemudian diresmikan sebagai hari libur resmi oleh Keputusan Presiden No.  24 tahun 2013 tentang Penetapan tanggal 1 Mei Sebagai Hari Libur tanggal 29 Juli 2013.

Kondisi era orde reformasi hingga saat ini mirip dengan keadaan di zaman orde lama yang beriklim liberalistik dalam kehidupan politik dan ekonomi. Saat ode lama, dan bahkan orde baru, buruh hanya menjadi alat dan komoditas seglintir elit. Lahirnya May Day  tidak dapat dipungkiri tidak terlepas dari ideologi sosialis dan komunis yang mendominasi dunia pada abad kesembilan belas dan abad kedua puluh, tidak terkecuali d Indonesia. 

Pergerakan menuju kemerdekaan di Indonesia tidak terepas dari peran buruh yang mendukung para pejuang kemerdekaan Indonesia saat itu, seperti misalnya HOS Tjokroaminoto, muridnya Semaun, Soekarno, dan termasuk Tan Malaka dan lain sebagainya juga menjadikan buruh sebagai alat perjuangan politiknya menuju kemerdekaan Indonesia.

Peringatan May Day kembali sejak 1 Mei 2000 tidak menunjukkan hasil perjuangan buruh yang signifikan. Outsourcing yang merajalela, booming pemutusan hubungan kerja, dan kesejahteraan buruh dan keluarganya yang cenderung jalan di tempat, menunjukkan bahwa perjuangan buruh d pimpinan serikat buruh baru sebatas euforia dan histeria semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun