Itu sebabnya anak-anak secara natural menyukai permainan "petak umpet". Permainan untuk menakut-nakuti diri mereka sendiri, tiba-tiba muncul dari persembunyian untuk mengagetkan temannya.
Itu pula sebabnya orang suka membaca novel fiksi, menonton film horor untuk merasakan takut, berpetualang mendaki gunung, melompat dari ketinggian, dan lain-lain. Hal-hal yang sangat "manusiawi".
Lingkaran "Samsara" (Sengsara)
Dari kacamata mahluk maya yang tak sadar dengan permainan ini, panggung drama kosmik bisa jadi sangat mengerikan. Ia hidup dalam ilusi keterpisahan, dirinya "melawan" dunia dan kehidupan yang tak selalu ramah.
Ia ibarat penonton yang hanyut dalam ilusi film karena mengidentifikasikan dirinya sebagai karakter dalam film tersebut. Padahal, diri sejatinya adalah penonton film itu.
Semakin ia hanyut -- mencari kebahagiaan di dunia maya, menghindari penderitaan di dunia maya -- semakin ia terseret oleh "sihir maya" dalam lingkaran kehidupan dan kematian yang disebut "samsara" (sengsara).
Oleh sebab itu, "sihir maya" alias "hukum alam" menciptakan apa yang disebut sebagai "hukum kekekalan energi" alias "daur ulang".
Sang karakter maya terus ada di lingkaran dunia maya, surga maya, neraka maya, yang terus berputar tak ada habisnya.
Jiwa yang Sadar
Kondisi mahluk alam maya itu seperti hamster bermain di kincir roda putar yang tak pernah berhenti. Mereka terus hanyut dalam realitas maya, mencari kebahagiaan maya dan menghindari penderitaan maya yang diluar kontrol mereka.
Namun, sepanjang masa dalam sejarah, selalu ada sebagian kecil orang yang sadar dengan "Permainan Agung Ilahiyah" ini.Â