“Dinda pergi dulu, bu,” Dinda tak kalah canggung denganku. Mungkin karena ia lebih tahu ibunya khawatir.
“Ingat, pulang sebelum jam sembilan!” kata ibunya sekali lagi.
Aku dan Dinda hanya punya anggukan.
------
Jam 20.15.
Film di bioskop mengambil lebih dari separuh waktu bersama Dinda malam ini.
“Aku harus pulang sekarang, mas,” kata Dinda.
“Kita belum makan malam.”
“Kita bisa melakukannya lain waktu. Jika aku segera sampai rumah, akan lebih baik untuk kita nanti.”
Aku masih enggan kehilangan kebersamaan dengan Dinda. Aku membutuhkan momen makan malam ini untuk, menyatakan cinta. Aku sudah memesan tempat untuk makan malam romantis yang diterangi lilin. Bagaimana ini? Membatalkannya bisa membuatku terkesan tak punya cukup uang untuk sebuah makan malam romantis di tempat eksklusif.
“Apakah waktu kita tak cukup sekarang? Aku sudah memesan tempat untuk makan malam...”