“Kau dapat undangan juga?” tanya Nur untuk menyembunyikan kekesalannya mendengar ucapan enteng itu.
“Ya, kalau sudah mengundang, lalu mereka berhenti kerja. Giliran aku punya hajat nanti, aku sudah tak mungkin mengundang mereka,” kata Kasdi.
Nur tersenyum mendengar lanjutan kalimat Kasdi. Ia berpikir Kasdi akan mengolok-oloknya, tapi ternyata Kasdi membicarakan apa yang baru saja dipikirkannya.
“Aku juga berpikir begitu,” kata Nur, “tapi mau bagaimana lagi, apa iya mau ditolak?”
Kasdi tertawa, “pas giliran kamu nanti, Umiroh paling sudah berhenti.”
“Tak apa, Kas. Sudah nasibku kalau begitu.”
“Nur?”
“Apa?”
“Kalau boleh tahu, kamu ini, sudah punya calon belum?” tanya Kasdi.
Nur menelisik Kasdi sedari kepala hingga kedua kakinya. Kasdi sudah beristri, apa maksudnya menanyakan hal itu.
“Kenapa?”