Darahku tersirap. Pelacur sialan, kubunuh, kau!
"Kalau kau tak bisa diam, aku akan membunuhmu!"
"Aku ingat pidatomu di depan teman-temanmu di sidang terhormat, aku dengar ceramahmu di majelis-majelis! Apa yang kau nasehatkan pada mereka? Bermacam kebaikan bukan? Sekarang kau ingin membunuhku?"
"Kenapa kau melantur tak karuan? Aku membayarmu bukan untuk ini!"
"Kau mengatakan aku pelacur, itu benar, tapi aku memang tersinggung dengan nadamu itu!"
"Kenapa? Kau memang pelacur kan?"
"Kau berceramah tentang surga pada orang-orang yang mengelu-elukanmu, tapi kau sendiri tak percaya dengan surga itu, kau malah mencarinya pada tubuh seorang pelacur..."
Benar-benar sialan!
Aku bangkit ingin menjambak rambutnya, tapi dia menepisnya dengan cepat, dan tiba-tiba teleponku berbunyi.
Aku menahan geram karena aku lupa mematikan telepon sialan itu.
Sang Raja kecil yang cengeng dan bodoh! Umpatku dalam hati.