"Ya, Pak?" Aku membuka percakapan dengan memperbaiki suaraku yang sejenak tadi terlanjur parau oleh rasa kesal pada perempuan jalang yang nyinyir itu.
"Pak, di mana?" Tanya beliau dari seberang
"Sedang melepas ketegangan sejenak, Pak," aku menjawab dengan harapan dia mengerti. Pekerjaan untuk menjadikannya "Raja" di ambang kegagalan, sementara energi hampir tak tersisa lagi, kecuali alasan demi alasan yang kami rangkai sebagai pertahanan terakhir. Alasan untuk menutupi wajah kalah kami.
"Kita harus berkumpul jam tujuh, Pak!"
Asal kau sediakan kebutuhan kami saja! Kataku dalam hati.
"Baik, Pak!"
"Oke, saya sangat berharap, anda datang bersama langkah jitu untuk membalikkan keadaan!" Kata sang raja dari seberang.
Membalikkan keadaan? Menyuruh Tuhan menuruti keinginanmu? Dasar bodoh. Tapi, baiklah, tunggu apa yang bisa kupikirkan untuk membuatmu membiayai kami, kami tak punya "mesin atm" lagi. Kalau perlu kau bayar pelacur itu untukku!
"Kita punya banyak celah untuk itu, Pak,"
"Saya harap begitu, berapa pun terlalu mahal harganya jika yang kita dapat adalah kekalahan!"
"Kita akan melakukan apa pun!" Aku menjanjikannya kemenangan di awang-awang yang biasanya...