Takunjunga bangung turu' galle, Nakuginciri naung gulingku, Kualleanna Tallanga Natoalia ... adalah kutipan awal dalam syair "Dongang-dongang" yang memiliki makna: Tak begitu saja aku mengikuti angin dan kuputar kemudiku, lebih baik kupilih tenggelam daripada surut kembali.
Sebuah pesan moral yang bernilai filosofis bagi setiap individu untuk berani berbuat dan bertanggung jawab, apapun risiko yang dihadapi, lakukan dan tuntaskan tugas itu. Ya, pesan ini patut disematkan bagi Turatea sebutan dari Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, yang masyarakatnya memiliki karakter sebagai seorang patriot sejati, petarung, dan pekerja keras.
Secara Geografi, Jeneponto terletak antara 523'12" - 542'1,2" Lintang Selatan dan 11929'12" - 11956'44,9" Bujur Timur, berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah timur, Kabupaten Takalar sebelah barat dan Laut Flores sebelah selatan. Kabupaten ini tercatat memiliki luas 749,79 km yang meliputi 11 kecamatan. (Sumber: Data BPS Jeneponto. 2021)Â Â Â Â
Kabupaten Jeneponto berdasar sensus penduduk per tahun 2020, capaian penduduknya sebanyak 401.610 jiwa, wilayah Bontosunggu dijadikan sebagai pusat pemerintahannya. Berjarak kurang lebih 90 km dari pusat Kota Makassar, daerah inipun dinamakan Turatea yang dalam catatan Caldwell dan Bougas adalah sesuatu yang telah lama ada. Andaya 1981 (dalam Caldwell dan Bougas 2004: 461) menyebutkan:
"Turatea adalah nama yang tua. Hal ini dirunut dari abad ketujuh belas yang didasarkan pada sumber-sumber Belanda dan sumber catatan Bugis kontemporer menyebut sebelas daftar indeks untuk Turatea dan tiga untuk Binamu. Dari tradisi lisan menyebutkan bahwa para pelaut Binamu membawa bibit unggul dari Bali ke Turatea (Jeneponto, pen) yang memungkinkan cerita rakyat berkembang yang kemudian memberi nama bibit unggul tersebut (beras atau biji). Tradisi ini muncul untuk mewakili memori untuk kontak perdagangan dengan pantai utara Bali, yang terletak di barat daya Binamu..." Â Â
Turatea dikatakan pula dalam lisan masyarakat Jeneponto sebagai orang-orang dari atas atau dari langit sebagai perwakilan dewata (pemilik alam) yang turun memerintah. Mitos dan bahasa lisan masih melekat dari masyarakat untuk merekonstruksi sejarah Jeneponto mengingat terbatasnya sumber tulisan yang memotret jejak kehadirannya pada masa silam. Dari histori yang menggambarkan Turatea, hal tersebut menjadi bagian identitas wujud karakteristik dan peradaban Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menjadi warisan luhur dan kekayaan sosio-kultural bangsa yang dilestarikan hingga kini.
Sebagai perwakilan dewa yang turun dari langit, menjadikan Turatea (orang-orang dari atas) memiliki karakter kuat, tangguh, dan teguh pada pendirian dengan melekatnya filosofi hidup Suku Makassar yang terafiliasi dalam kesatuan sosial dan tidak terpisahkan dari Kab. Jeneponto dengan menjadikan siri na' pacce sebagai identitas, yang bermakna siri' adalah kehormatan dan pacce sebagai pedoman hidup yang turut berpengaruh dalam nilai-nilai kehidupan masyarakatnya.
Bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran bangsanya menjadi dorongan kuat bagi orang Jeneponto dalam pengamalan jiwa patriot sejati yang selalu dikedepankan dalam pengambilan keputusan. Belum lagi, semangat dalam menjalani kerasnya kehidupan yang penuh dengan persaingan ini, mengantarkannya menjadi seorang petarung guna mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk mencapainya, hanya merekalah kaum pekerja keras yang akan mengambil bagian dengan tetap tekun dan ulet dalam menghadapi tantangan tersebut.
Dinamika global yang dihadapi dalam tantangan sekarang ini, menuntut setiap individu menyiapkan "amunisi" guna menghindari status sebagai "penonton" di tengah era-persaingan yang ke depannya akan menjadi rebutan dalam berbagai macam karir atau pekerjaan.
Â
Profesi Tentara jadi Idaman dan Kebanggaan bagi Masyarakat Jeneponto
Kita tidak dapat merubah arah angin, tapi kita mampu mengatur layar perahu untuk arah tujuan kita. Termasuk pesan dari syair "Dongang-dongang" yang bisa disematkan pada kondisi pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, mengharuskan semua pihak berselaras dan menyatu dalam keniscayaan perubahan yang begitu laju dengan ditandai adanya budaya baru yang mencoba menggerus tradisi lampau yang masih dipertahankan.
Ada profesi baru karena tuntutan teknologi dan adapula pekerjaan untuk perjalanan karir yang dulunya dicita-citakan pada usia dini pun sampai sekarang masih selalu dibanjiri dan diminati oleh kaum anak muda, yakni salah satunya profesi untuk menjadi bagian dari alat pertahanan negara bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kehadirannya sangat dibutuhkan dalam menjaga stabilitas keamanan nasional.
Patriot sejati, petarung, dan pekerja keras yang dimiliki Pemuda Turatea adalah sumber daya unggul yang tepat bagi sosok prajurit tangguh dan profesional dalam institusi yang merayakan hari lahirnya setiap tanggal 5 Oktober ini. Identitas mencolok tersebut sangat berkesesuaian bagi "manusia bertenaga kuda" ini untuk menjadikan profesi TNI sebagai wadah atau sarana yang menjanjikan, khususnya bagi mereka-mereka yang memiliki jiwa cinta tanah air.
Bagi segenap pemuda dan orang tua yang turut berpengaruh dalam penentuan masa depan anaknya untuk berkarir sebagai prajurit TNI, inipun tak lepas dari adanya bakat minat yang dimiliki orang Jeneponto karena keselarasan dari kapasitas jasmani yang prima buah dari aktivitas kesehariannya berdampingan dengan alam yang mendukung. Selain itu, idealnya postur tubuh pemudanya akan begitu potensial ketika disandingkan dengan aura yang dimiliki sosok tentara kuat dan tangguh.
Seragam Loreng TNI adalah pakaian kamuflase yang digunakan karena dilihat dari fungsi dan kegunaannya yang dapat melindungi pemakainya dari kecurigaan musuh dan juga dari duri semak, karena loreng berbahan katun dan tebal (Sumber: Wikipedia). Tentunya ini yang dipakai tentara dalam berperang di medan tempur yang menambah kesan maskulin dan super hero bagi usia muda untuk mengenakan seragam loreng tersebut.
Pada saat anak muda milineal di luar sana sedang menikmati fasilitas mewah sebagai bonus dalam masa modern ini melalui penggunaan platform media untuk menjangkau berbagai dimensi sosial. Masih banyak juga ternyata di sisi lain, sosok pemuda yang siap mengorbankan masa mudanya untuk "menceburkan diri" dalam aturan main kemiliteran yang ketat dan terbatas untuk diakses khalayak umum, ini adalah pilihan berani untuk berkontribusi sebagai warga negara dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Ladang luas itu dipenuhi buah dari tanaman hijau yang unggul untuk diolah di "Pabrik Loreng" yang diibaratkan Turatea adalah ladangnya, buah tanaman hijau yang unggul itu pemuda atau warganya, dan yang mengolahnya bernama institusi TNI sebagai pabrik yang memproduksi anak muda pilihan yang siap memakai kemasan bercorak loreng sebagai identitas resmi seragam TNI.
Menggunakan metode identifikasi sosial dalam pengalaman pribadi melalui penggunaan referensi dan pelibatan sumber terpercaya, diuraikan alasan mengapa profesi tentara menjadi idaman dan kebanggaan masyarakat Jeneponto? ini karena adanya empat unsur yang turut berpengaruh, yaitu pengakuan, kesempatan, pendapatan, dan kepuasan.
Pengakuan, ini menitiberatkan bahwa menjadi TNI itu butuh sebuah prestasi dan keahlian khusus (fisik, mental, dan akademik) digunakan sebagai kompetensi wajib yang dimiliki setiap calon prajurit yang profesional. Sehingga, bagi pemuda dan pemudi Jeneponto yang berkarakter tentunya sudah memiliki bekal yang bersifat alamiah karena telah digembleng oleh alam Bumi Turatea untuk bersiap menghadapi pola kehidupan militer yang tergolong berat.
Kesempatan, tidak butuh persyaratan yang rumit untuk menjadi calon Tentara Nasional Indonesia. Semua Warga Negara Indonesia diberikan kesempatan yang sama dan tanpa pungutan biaya sepersenpun. Ini menjadi peluang bagi anak muda Jeneponto yang memang harus diakui kondisi ekonomi masyarakatnya relatif tertinggal dari beberapa daerah lain di Sulsel. Dengan modal siri' sebagai kehormatan dan pacce adalah pedoman hidup tentunya ini adalah kesempatan berharga untuk menjadi tentara.
Pendapatan, sulit jadi kaya ketika memilih untuk menjadi aparat militer negara. Akan tetapi, gaji yang ditawarkan stabil; meningkat setiap tahunnya; dan memiliki tunjangan pensiun sebagai prajurit TNI. Sudah lebih dari cukup dan merupakan perwujudan penghargaan negara yang setimpal pada profesi yang terhormat dan menantang ini. Mahalnya kebutuhan pendidikan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dan biaya sosial di Jeneponto yang tergolong besar, menjadi tentara adalah salah satu solusi menjalani hidup bersama keluarga hingga hari tua nantinya.
Kepuasan, pencapaian pekerjaan yang sesuai dengan pemilihan cita-cita akan memberikan dampak yang berarti bagi anak muda Jeneponto yang baru saja dilantik sebagai prajurit TNI, begitupun orang tua turut berbangga atas pencapaian anak mereka yang begitu mengangkat derajat keluarga di tengah-tengah lapisan masyarakat yang heterogen. Hal inipun sejalan dengan tingkat kepercayaan publik tertinggi yang didapat oleh institusi TNI dalam berbagai sumber lembaga survei yang kredibel. Â
Keempat unsur tersebut merupakan faktor penting yang dijadikan referensi anak muda Jeneponto selama ini sebagai aktor utama dan ada orang tua sebagai pemeran pendukung dalam pencapaian cita-cita dan masa depan anak mereka. Untuk diketahui pula, besarnya motivasi menjadi faktor yang tidak tertandingi karena memberikan dorongan dalam berpikir positif sebagai landasan pacu dari tindakan yang dilakukan.
Motivasi yang kuat itulah sebagai penentu keberhasilan karir semua prajurit TNI yang berasal dari Kabupaten Jeneponto. Selain itu, ada opini dari masyarakat untuk memilih menjadi tentara karena dianggapnya hal tersebut adalah pekerjaan yang cepat serta nampak dirasakan hasilnya ketimbang harus kuliah yang ujung-ujungnya menganggur juga.
Seorang kerabat yang kebetulan senior TNI yang sudah berkecimpung dalam dunia militer selama 34 tahun dan sekarang berdinas sebagai pelatih pada sekolah pendidikan TNI-AD di Malino, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan, menuturkan, sepanjang karirnya mendidik siswa calon tentara pada institusinya tersebut, setiap angkatan pendidikan pasti saja ada calon prajurit asal Jeneponto yang dilantik.
Bahkan, dalam angkatan tertentu prajurit asal Jeneponto menjadi kelompok besar dan menjadi siswa terbaik. Merekapun kadang terpilih dalam tahapan pendidikan lanjutan pasukan khusus karena kemampuan hebat yang dimilikinya. Dari Trimatra yang ada dalam tubuh TNI (darat, laut, dan udara), matra TNI-AD termasuk yang paling besar mendapat suplai prajurit berketurunan Jeneponto.
Senior TNI itu menambahkan, untuk satuan-satuan militer yang tersebar dari Sabang-Merauke dijamin olehnya terdapat anggota TNI yang berasal dari Kabupaten Jeneponto. Mereka-mereka itu (prajurit TNI asal Kab. Jeneponto) telah menjaga kemudi dari berbagai terpaan angin dan tak surut kembali sebelum misi ditunaikan hingga tuntas, mereka turut mengharumkan nama daerahnya.
Hebatnya Tentara Turatea karena Sentuhan Guru yang Mulia
Kepiawaian dan ketangguhan Tentara Turatea sudah tidak diragukan lagi kapasitasnya. Ada darah Makkasau, pejuang kemerdekaan RI asal Jeneponto yang mengalir dalam urat nadi Tentara Tanah Karaeng (prajurit TNI keturunan Jeneponto) selama ini. Seperti yang dikutip dalam berita online Tribun Jeneponto (17-02-'16), yang menuliskan sepak terjang Makkasau di zaman pendudukan kolonial Belanda yang jarang diketahui oleh publik. Â
Dituliskan, Makkasau dikenal dengan julukan Gerilya Anti Pelor Turatea (Gaptur) yang diceritakan oleh kerabatnya, ia (Makkasau) pernah berhasil lolos dalam sergapan musuh ketika mencoba melempar granat guna menghalau pergerakan rombongan pasukan KNIL Belanda. Disebutkan pula, Makkasau punya kemampuan menghilang dan kebal terhadap peluru karena memiliki jimat pelindung pada seragam kebesarannya.
Sekelumit cerita Gerilya Anti Pelor Turatea tersebut menjadi kisah heroik yang memberi nilai luhur seorang guru perjuangan asal Jeneponto yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemerdekaan bangsanya. Tak ayal, di manapun berdinas, tentara berdarah Jeneponto begitu disegani dan dihormati oleh tentara di luar asal daerahnya.
Sudah menjadi identitas menonjol bagi Pak Daeng sapaan yang kerap terdengar dalam lingkungan militer untuk tentara asal Kabupaten Jeneponto di berbagai daerah tempatnya bertugas. Ini tak lepas dari asal-muasal karakter tersebut tumbuh dan terbangun yang menjadikan setiap individu memiliki pengaruh berarti di manapun ia berada. Harus diakui karakter itu telah tertanam dan menjadi pondasi awal sejak usia dini dalam lingkungan keluarga (informal).
Selain itu, wadah tumbuh dan terbangunya karakter itupun salah satunya ada dalam lingkungan pendidikan yang bernama sekolah. Baik formal maupun nonformal, sekolah sebagai "kendaraan" yang mengantarkan generasi Turatea untuk diolah kemampuannya guna menjadi calon prajurit TNI yang tangguh. Ada sentuhan guru yang mulia dalam mendidik insan Jeneponto yang siap untuk menerbangkan sayapnya lebih tinggi dan jauh lagi.
Guru itu mulia karena karya yang dibuatnya di sekolah untuk membentuk generasi Jeneponto menjadi seorang patriot sejati, petarung, dan pekerja keras. Ini merupakan perpaduan diolahnya pikiran, disentuhnya hati, diberikannya rasa atau karsa, dan dibentuknya raga peserta didik Jeneponto dari tahap anak-anak hingga dewasa dan menjadi generasi emas daerah yang bisa dipetik buahnya hingga saat ini dan hari esok.
Dari pengalaman perjalanan panjang yang terekam terkait banyaknya usia muda Jeneponto yang bermimpi menjadi TNI, mereka berhasil menggapai mimpinya selain faktor keluarga, karena juga besarnya keterlibatan guru yang begitu hebat sebagai pemeran pengganti orang tua dalam pendidikan formal dan sekolah menjadi rumah kedua yang nyaman untuk ditempati guna mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Ilmu pedagogik dan profesionalisme seorang guru digunakan dalam membentuk dan mengembangkan bakat minat yang dimiliki peserta didik melalui pemahaman landasan kependidikan dalam merancang pembelajaran dan pengajaran yang mendidik dan dialogis melalui pemanfaatan teknologi yang mendukung hasil belajar sebagai evaluasi pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kemampuan dasar yang dimilikinya. Dan ilmu pedagogis inilah yang turut berpengaruh dalam melihat potensi peserta didik yang bisa didorong menjadi seorang tentara atau profesi lainnya.
Digugu dan ditiru menjadi cerminan guru bagi peserta didik melalui kompetensi kepribadian yang wibawa, bijaksana, dan terus mengembangkan diri secara mandiri serta berkelanjutan akan menjadikan faktor teladan seorang guru untuk peserta didik dan masyarakat dalam aktivitas pendidikan. Peserta didik yang potensial akan menjadikan guru bukan hanya sebagai seorang pendidik saja. Melainkan pula, sahabat yang akan menjadi mentor, pelatih dan tempat menyampaikan unek-unek dalam proses pencapaian cita-cita dan masa depannya (peserta didik).
Selain menjadi penggerak di sekolah, guru pun hadir di tengah-tengah lingkungan masyarakat, berkontribusi sebagai agen of change dalam aspek pengetahuan dan informasi aktual melalui pergaulan yang santun dengan mengindahkan norma dan sistem nilai yang berlaku. Keterbatasan orang tua peserta didik dalam mengembangkan bakat dan minat anaknya, menuntut interaksi sosial seorang guru memberi edukasi sebagai bagian dari unsur masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kehadiran sekolah turut berperan sebagai rumah kedua peserta didik, yang akan menjadi tempat terpenuhinya aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotorik dalam pembentukan generasi Turatea seutuhnya. Warga sekolah (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, dan orang tua/wali) didaulat sebagai garda terdepan dalam menjaga muruah pendidikan, simbol kemajuan generasi Jeneponto dan Indonesia pada umumnya.
Untuk itu, Turatea sebagai tempat lahirnya tentara tangguh di Indonesia, perlu adanya upaya untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi generasi penerusnya dengan mengutamakan peran pendidikan (formal, nonformal, dan informal) sebagai media adaptif dalam pembekalan dan persiapan sebelum menjadi bagian dari komponen utama pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tugas pokoknya melaksanakan kebijakan pertahanan negara dalam mempertahankan keutuhan wilayah, melindungi keselamatan bangsa, dan menegakkan kedaulatan negara.Â
Hebatnya tentara Jeneponto tak lepas dari dukungan orang tua dan sentuhan guru yang luhur sebagai pemantik motivasi eksternal yang terpatri menjadi dorongan dari dalam bagi anak muda Jeneponto yang selama ini telah bergabung dalam institusi militer yang ke depannya akan menghadapi tantangan global yang kompleks dan dinamis melalui sistem peperangan siber. Jika TNI adalah profesi yang dianggap terhormat, maka orang tua dan guru adalah pahlawan yang mencetak orang-orang terhormat itu.
Meskipun ulasan ini adalah hasil dari identifikasi sosial yang berdasar pada pengalaman pribadi dan tidak didukung oleh angka-angka dari lembaga profesional terkait data tentara asal Jeneponto (alasan rahasia negara), setidaknya ini menjadi referensi awal dan informasi umum bahwa memang fakta di lapangan, Turatea itu, bak surga di tanah tandus yang menyediakan sebongkah emas bernilai harganya.
Oleh karena itu, ketika menyebut nama Turatea. Maka, di situlah manusia-manusia patriot sejati, petarung, dan pekerja keras berada dalam jalur profesi TNI yang menjadi idaman dan kebanggaan bagi masyarakat Jeneponto. Penganut filosofi yang menjadikan siri' sebagai kehormatan dan pacce adalah pedoman hidup ini menjadi identitas menonjol dari pemilik seragam loreng yang bernama Tentara Turatea. Jaga selalu kemudimu, salam hormat dan banggaku, untukmu Turateaku!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H