Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkelana ke Kota Sabang, Kota Paling Barat Indonesia

8 Januari 2024   15:13 Diperbarui: 13 Januari 2024   00:10 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu rombongan anak muda dengan gaya yang cukup nyentrik dengan riuhnya bercakap-cakap di dalam kapal. Saya menduga mereka adalah pelancong asal Malaysia karena bahasa Melayu yang mereka gunakan.

Lucunya beberapa dari mereka mencoba berinteraksi dengan Bahasa gaul anak jaksel, namun alih-alih terdengar gaul justru terdengar "cringe" dan agak aneh dengan logat melayunya. Saya sampai menahan gelak tawa ketika mereka bercakap-cakap.

Saya membayangkan jika kita warga +62 ini sedang melancong ke negara lain dan berusaha bercakap-cakap dengan bahasa lokalnya, namun dengan logat missal sumatera, jawa ataupun daerah timur, mungkin saja warga lokal merasa percakapan warga +62 terdengar aneh.

Menjejakkan Kaki ke Pulauh Weh, Kota Sabang

Pelabuhan Balohan di Pulau Weh, Kota Sabang. Sumber: dokumentasi pribadi.
Pelabuhan Balohan di Pulau Weh, Kota Sabang. Sumber: dokumentasi pribadi.

45 menit perjalanan di laut tak terasa, sampailah kami di Pelabuhan Balohan. Kesan pertama yang tampak adalah gedung pelabuhannya cukup megah untuk sekelas pelabuhan kecil, namun sayangnya masih banyak sampah berserakan di sana sini.

Di pelabuhan kita akan bertemu dengan anak-anak yang berenang menantikan lemparan uang-uang recehan dari para penumpang kapal. Mereka memamerkan keahlian mereka berenang tanpa bantuan alat bantu di bibir dermaga demi memburu uang recehan yang diberikan oleh para pengunjung.

Monumen Kota Sabang. Sumber: dokumentasi pribadi.
Monumen Kota Sabang. Sumber: dokumentasi pribadi.

Meski berbahaya, apalagi tempat mereka berenang tidak jauh dari mesin atau baling-baling kapal, namun anak-anak Sabang ini tampaknya tetap bersemangat sekadar untuk menambah uang jajan.

Sesampainya di Pelabuhan Balongan, Sabang kami melihat sebuah dermaga yang cukup megah dan cantik, meski aktivitas di dalam dermaga tentunya tidak seramai di Pelabuhan Merak atau Bakauheni penghubung Pulau Sumtra dan Pulau Jawa.

Di sana kami sudah dijemput oleh pengemudi mobil sewaan yang sudah rekan saya pesan sebelumnya. Tidak ada angkutan umum dari pelabuhan menuju area Kilometer 0 di Pulau Weh ini atau ke tempat wisata utama lainnya. Ongkos mobil sewaan ini sekitar 300ribu, diluar tip untuk perjalanan pulang pergi dari pelabuhan menuju area Kilometer Nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun