Kelima, Laporkan kepada Pihak Berwenang
Semisal jika hal tersebut terjadi di dunia kerja, maka kita dapat melaporkannya ke HRD, jika terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melaporkannya kepada pihak kepolisian dengan didukung bukti-bukti yang kuat, ataupun jika terjadi pada lingkungan keluarga kita dapat melaporkannya kepada tetua ataupun orangtua kita.
Melaporkan bukan berarti kita lemah, tetapi orang yang bersangkutan perlu diberikan pelajaran yang sepadan agar tidak terus-terusan mengeluarkan ejekan yang tidak jarang membahayakan seseorang.
Kelima tips tadi disarikan dari pengalaman yang penulis alami langsung, bisa jadi dapat dipratikkan dalam kehidupan sehari-hari kita baik interaksi langsung maupun media sosial asal tetap menghitung faktor risiko dan norma kesopanan.
Uraian tadi juga setidaknya dapat membuka cakrawala berpikir kita bahwa merasa tidak nyaman dan tidak suka atas ejekan orang lain terutama fisik, kehidupan pribadi kita, keluarga dan lain sebagainya adalah hal yang wajar dan patut untuk diperjuangkan.
Jangan takut untuk dilabeli BAPERAN, karena kesehatan mental kita pribadi lebih penting dari hanya sebuah pelabelan. Ingatlah bahwa ini juga adalah ikhtiar kita untuk mengakhiri pola-pola ejekan di tengah masyarakat kita yang semakin sering dimafhumkan meski berisiko menyakiti banyak orang.
Paling penting jika kita tidak mau diejek orang lain, maka jangan sekali-sekali kita mengejek orang lain. Harus terus memperhatikan konteks, kondisi serta situasi yang ada sekalipun dengan orang-orang terdekat kita, karena benar lidah bisa lebih tajam dari sebilah pedang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H