Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Tips Melawan Ejekan Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari

15 Februari 2021   15:00 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:00 1980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang yang mengalami perundungan dan ejekan.| Sumber: KOMPAS.com/LAKSONO HARI W

Kelima, Laporkan kepada Pihak Berwenang

Ilustrasi. Sumber: cannockchasedc.gov.uk
Ilustrasi. Sumber: cannockchasedc.gov.uk
Pada derajat dan kondisi tertentu bisa jadi ejekan sudah sangat parah dan membahayakan, untuk itu perlu bagi kita untuk melaporkan orang tersebut kepada pihak-pihak berwenang. 

Semisal jika hal tersebut terjadi di dunia kerja, maka kita dapat melaporkannya ke HRD, jika terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita bisa melaporkannya kepada pihak kepolisian dengan didukung bukti-bukti yang kuat, ataupun jika terjadi pada lingkungan keluarga kita dapat melaporkannya kepada tetua ataupun orangtua kita.

Melaporkan bukan berarti kita lemah, tetapi orang yang bersangkutan perlu diberikan pelajaran yang sepadan agar tidak terus-terusan mengeluarkan ejekan yang tidak jarang membahayakan seseorang.

Kelima tips tadi disarikan dari pengalaman yang penulis alami langsung, bisa jadi dapat dipratikkan dalam kehidupan sehari-hari kita baik interaksi langsung maupun media sosial asal tetap menghitung faktor risiko dan norma kesopanan.

Uraian tadi juga setidaknya dapat membuka cakrawala berpikir kita bahwa merasa tidak nyaman dan tidak suka atas ejekan orang lain terutama fisik, kehidupan pribadi kita, keluarga dan lain sebagainya adalah hal yang wajar dan patut untuk diperjuangkan.

Jangan takut untuk dilabeli BAPERAN, karena kesehatan mental kita pribadi lebih penting dari hanya sebuah pelabelan. Ingatlah bahwa ini juga adalah ikhtiar kita untuk mengakhiri pola-pola ejekan di tengah masyarakat kita yang semakin sering dimafhumkan meski berisiko menyakiti banyak orang.

Paling penting jika kita tidak mau diejek orang lain, maka jangan sekali-sekali kita mengejek orang lain. Harus terus memperhatikan konteks, kondisi serta situasi yang ada sekalipun dengan orang-orang terdekat kita, karena benar lidah bisa lebih tajam dari sebilah pedang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun