Beruntunglah mendengar sapaan remaja putri ini rekan saya Huluq langsung menghampiri remaja putri ini sekedar untuk menjelaskan bahwa saya sedang sholat dan tidak bisa diganggu, dan dia mengajukan penawaran akan menyampaikan salamnya kepada saya selepas saya sholat atau dapat menunggu saya beberapa saat dan menyampaikanya secara langsung.Â
Yang membuat saya tersentuh remaja putri itu pun menerima penjelasan Huluq dengan antusias dan lapang dada, bahkan dia bersedia menunggu saya untuk selesai sholat dan menyampaikan permintaan maaf karena telah mengganggu ibadah saya. Saya pun dengan senang hati menyampaikan bahwa itu bukan suatu masalah serius dikarenakan ketidaktahuannya akan sholat dan Islam. Pertemuan kami pun diakhiri dnegan sedikit menjelaskan tentang Islam serta kewajiban kita untuk sholat lima waktu.
Hal lain yang menjadi salah satu pengalaman paling mengesankan bagi saya dan mungkin bagi rekan satu kontingen saya Abha dari Maluku adalah adanya program Homestay dimana kami dengan satu rekan delegasi Indonesia lainnya berkesempatan untuk tinggal selama dua hari dan satu malam di rumah salah satu keluarga asli Korea.Â
Saya pun berpikir selain berbagi pengalaman dan cerita tentang budaya dan kehidupan di Indonesia maupun Korea saya berkesempatan langsung berinteraksi dna mempelajari kehidupan keluarga di Korea seutuhnya sekaligus mempromosikan nilai-nilai Islam di keluarga baru saya ini. Untuk homestay kali ini saya bersama rekan saya dari Maluku, Abha Maulauw dan Ketua Delegasi kami tinggal di rumah keluarga Hwang.
Keluarga Hwang sendiri adalah keluarga kecil tipikal Korea yang beranggotakan Ibu (Seo Eun Ju), Ayah (Hwang Gwe Mok), anak laki-laki pertama (Hwang Hee Seop), dan anak lakilaki kedua (Hwang Eun Seop). Ayah angkat kami bekerja di sebuah perusahaan konsultan IT dan Ibu angkat kami adalah seorang ibu rumah tangga lulusan sarjana Sastra Inggris salah satu universitas di Korea. Saudara laki-laki kami kedua-duanya sangat lucu dan ramah dan mereka masih duduk di bangku sekolah dasar.
Tidak seperti kebanyakan keluarga Korea yang mungkin tidak relijius, keluarga Hwang adalah penganut Katolik yang cukup taat. Hal tersebut saya simpulkan ketika di kamar tempat saya tidur saya temukan sebuah rak dengan rangkaian terjemahan dan tafsir dari Kitab Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ditambaha lagi terdapat ornament kaligrafi di ruang keluarga yang membentuk gambaran salib.Â
Terlepas dari itu semua, hal yang sangat saya salut adalah keluarga ini sangat hangat dan terbuka menerima kami walaupun mereka tahu kalau kami semua adalah muslim. Bahkan, untuk makan kami sengaja dimasakkan makanan yang khusus hanya mengandung sayur-sayuran dan makanan laut serta buah-buahan yang insya Allah halal.
Pada saat malam tiba ketika seluruh anggota keluarga dan kami berkumpul, bercerita, dan berdiskusi bersama tentang kehidupan di Indonesia dan Korea. Semua hal kami bicarakan dari seni budaya, politik, objek wisata, adat-istiadat, bahkan kehidupan beragama di Indonesia. Kedua orangtua angkat kami bahkan sangat tertarik tentang Islam di Indonesia.Â
Usut punya usut selama ini mereka sebenarnya sudah pernah menjadi hostfamily bagi beberapa kontingen pertukaran dari negara muslim lainnya sebut saja seperti Brunei dan Malaysia bahkan beberapa negara Timur Tengah. Pengalaman inilah yang membuat mereka menjamu kami dengan cara yang khusus mulai dari makanan sampai dengan tempat kami sholat.