Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir

Praktisi rantai suplai dan pengadaan industri hulu migas Indonesia_______________________________________ One of Best Perwira Ksatriya (Agent of Change) Subholding Gas 2023____________________________________________ Praktisi Mengajar Kemendikbudristek 2022____________________________________________ Juara 3 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Umum Tingkat Nasional SKK Migas 2021___________________________________________ Pembicara pengembangan diri, karier, rantai suplai hulu migas, TKDN, di berbagai forum dan kampus_________________________________________ *semua tulisan adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Perbedaan Menjadi Perekat Persatuan di Negeri Ginseng

4 April 2019   14:19 Diperbarui: 4 April 2019   14:51 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Host Family di Siheung; Sumber: Dokumen Pribadi

Hari inipun tak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya, saya dengan yakinnya mengambil brown potatoes dengan porsi yang cukup banyak dan jus apel sebagai minumannya. Setelah hampir selesai menyantap sarapan saya seorang rekan merasa cukup heran dengan menu yang saya santap dan menanyakan mengapa saya memakan menu brown potatoes dengan lahapnya. Awalnya pun saya merasa terkejut bukankah brown potatoes halal untuk dimakan. 

Ternyata rekan saya mengatakan bahwa menu brown potatoes hari ini telah dicampur dengan bacon atau daging babi asap terlihat dari tulisan yang ada di depan hidangan tersebut yang terlewatkan oleh pandangan saya. Langsung saja rasa mual menyergap tenggorokan saya, ingin rasanya dimuntahkan namun tidak bisa karena sudah jauh masuk ke dalam perut. Rasa menyesal dan bersalah pun berkecamuk dalam pikiran saya. Namun, saya berkeyakinan setidaknya dalam ushul fiqih yang saya pahami bahwa peristiwa ini terjadi bukan karena kesengajaan namun ketidaktahuan saya. Semoga Allah mengampuni kealfaan saya ini. Amin.

Hal lain yang menjadi culture shock bagi kami di negeri asal K-Pop ini adalah dalam hal beribadah terutama sholat lima wkatu. Dalam melakukan tugas sebagai duta pemuda memang sangat sulit bagi kami untuk menunaikan kewajiban sholat tepat waktu dan berjamaah dikarenakan keseluruhan kegiatan kami di Korea dijadwalkan oleh MOGEF tanpa mempertimbangkan setiap waktu sholat kami. Kami pun maklum dengan hal ini mengingat budaya masyarakat Korea yang sangat disiplin, efektif, dan efisien menggunakan waktunya untuk seluruh kegiatan. Kontan hal ini memang sedikit memusingkan kami pada awalnya namun tentunya hal ini dapat kami siasati dengan mengatur berbagai strategi dan skenario untuk tetap menunaikan kewajiban kami tanpa cacat.

Kami sangat bersyukur sebelum berangkat menunaikan tugas negara ini, kami dibekali ilmu dan informasi yang sangat berguna terkait menunaikan sholat semasa program terutama oleh para alumni program IKYEP 2011 dan 2010. Mereka mengungkapkan bahwa saling mengingatkan dan memanfaatkan waktu luang yang tersedia adalah kunci untuk tetap dapat menunaikan kewajiban kami sebagai muslim. Bekal informasi ini tentunya menjadi modal dan inspirasi bagi kami. Bahkan saya pribadi membawa kompas arah kiblat yang saya beli khusus di salah satu toko buku terkenal di Indonesia, serta mengunduh jadwal sholat di Korea melalui internet. Strategi lainnya adalah memanfaatkan waktu-waktu berpindah antar-tempat lokasi acara untuk sholat di bus.

Memang terkait sholat sebisa mungkin kami mencoba untuk tidak mencoba meringankannya. Sebisa mungkin jika memungkinkan kami menunaikannya ditempat yang layak dan nyaman bukan di bus tentunya. Hal itupun pernah terjadi ketika suatu hari kami ditugaskan ke Youth Center di Seoul untuk Cross Cultural Awareness Program (CCAP). Kami ditugaskan menampilkan penampilan seni budaya serta mempresentasikan tentang Indonesia ke sejumlah perwakilan pemuda disana. Tarian Kecak dari Bali, Tari Likok Pulo dari Aceh, dan Tari Rentak Bulian dari Riau dirangkai dengan Fashion Show baju adat dan presentasi tentang Indonesia sukses membuat perwakilan pemuda Korea yang hadir berdecak kagum dan terus bertanya tentang Indonesia bahkan sebagian dari mereka berjanji akan mengunjungi Indonesia suatu saat. Investasi masa depan yang baik pikir saya. Setelah menunaikan tugas kami saatnya untuk makan siang, dan waktunya bersamaan dengan masuknya waktu sholat Dzuhur.

Sebagian dari kami pun berinisiatif untuk menunaikan sholat Dzuhur dan sebagian lainnya, terutama delegasi perempuan yang sedang berhalangan dan beragama lain menuju ruang makan siang yang telah disediakan. Kami pun mencoba untuk bertanya kepada pihak panitia setempat sekiranya ada tempat yang dapat digunakan untuk sholat. Namun, sangat disayangkan ternyata semua ruangan penuh digunakan. Melihat waktu yang sangat sempit untuk kembali melanjutkan perjalanan selanjutnya, kami pun akhirnya menyepakati untuk sholat di dekat tempat ruang ganti yang notabene bukan ruangan khusus namun sejenis pojokan di selasar lorong teras menuju ruang perrtunjukan.

Sebelum memulai sholat kami menemukan kesulitan lainnya yaitu tempat berwudhu. Jangan pikirkan bahwa setiap gedung di Korea terutama bagian toilet memiliki tempat air yang mengalir khusus dirancang untuk mengambil wudhu, yang ada hanyalah sebuah westafel dengan kaca serta dry toilet dengan tisu toiletnya. 

Tidak kehabisan akal kami pun mengambil wudhu di westafel tersebut namun khusus untuk membasuh kaki terpaksa kami harus mengangkat kami ke westafel. Untuk menghindari orang lain masuk ke dalam toilet maka kami pun bergantian untuk bersiaga menjaga pintu toilet dengan kode jika rekan kita yang menjaga berdehem batuk berarti ada orang yang akan masuk ke dalam toilet dan kami akan berlagak untuk tidak menaikkan kaki, hanya seperti membasuh muka ataupun merapikan pakaian di depan kaca toilet. Namun, untungnya tidak ada yang secara tiba-tiba masuk ke dalam toilet.

Setelah berwudhu kami pun menuju selasar lorong yang kami sepakati tadi sebagai area sholat. Untuk itu kami kembali bersepakat bahwa untuk mengamankan tempat sholat dari gangguan kami akan bergantian juga menunaikan sholat. Tidak berapa lama kemudian sampailah giliran saya untuk sholat setelah menjadi pengawal bagi rekan saya sebelumnya yang sholat. 

Yang bertugas sebagai pengawal saya adalah rekan Huluq, adik kami yang paling muda diantara delegasi lainnya yang berasal dari Jawa Timur. Tidak tahu karena memang sedang diuji atau karena penampilan kami yang sangat mengesankan, ketika saya sedang menunaikan sholat beberapa pemuda mendatangi ke tempat kami dengan penuh keributan dan langsung bertanya ini itu kepada rekan saya Huluq, karena kewalahan rekan saya pun melewatkan bahwa ada seorang remaja putri yang menghampiri saya yang sedang menunaikan sholat.

Pengalaman lucu sekaligus mengejutkannya adalah ketika remaja putri itu langsung menghampiri saya lalu menyapa saya dengan langsung melihat muka saya yang sedang menunduk ke arah alas sholat sekaligus sejadah dadakan berupa winter coat, tiba-tiba remaja puteri itu berkata "Hey, are you OK? I'm gonna back to my home, see you later OK? Allright?" Sedikit terkejut dengan sapaan yang langsung mengarah ke muka itu, namun saya dapat langsung kembali untuk mengkhusyukan sholat saya dan tetap melanjutkannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun