Dalam Injil Sinoptik, beberapa kelompok orang Yahudi, seperti kaum Farisi, pernah meminta tanda kepada Yesus (Markus 8: 11 -- 12; Lukas 11: 29; Matius 12: 39). Ada tanda (bukti), barulah mereka percaya. Yesus menyebut mereka yang selalu menuntut tanda sebagai "Angkatan yang jahat".
Bukanlah lantas berarti tanpa bukti (atau tanda) kemudian dikatakan kepercayaan buta atau harapan semu. Karena kepercayaan dan harapan yang diberikan mempunyai batasan waktu, yaitu 5 tahun.Â
Baru di akhir tahun kelima kita baru bisa mengatakan apakah kepercayaan dan harapan kita telah terbukti; dan yang membuktikan itu adalah kepala daerah yang 5 tahun lalu kita beri kepercayaan dan harapan.
Karena itu, kita tak perlu merasa malu dan bingung ketika memberi kepercayaan dan harapan kepada calon pendatang baru yang belum dapat memberi bukti. Yesus justru memuji sikap seperti ini. "Berbahagialah mereka yang tak melihat, namun percaya." (Yohanes 20: 29).
Alkitab sama sekali tidak mengajarkan agar orang memilih calon yang seagama atau seiman dengannya. Tuan kebun anggur, ketika memilih penggarap, tidak melihat agama mereka.Â
Tuan kebun hanya percaya bahwa mereka dapat bekerja dan memberikan hasil pada waktunya. Tak peduli apakah agama mereka sama dengannya. Yesus sendiri pernah berkata, "Barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Lukas 9: 50).Â
Karena itu, sekalipun calon itu tidak seagama dengan kita, namun jika ia akan berjuang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin, yang berarti ia tidak melawan kita, maka pantaslah dia mendapat dukungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H