Mohon tunggu...
Adrian Susanto
Adrian Susanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - aku menulis, aku ada

pekerjaan swasta

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pedoman Memilih Pemimpin dalam Pilkada Menurut Alkitab

29 Oktober 2020   13:29 Diperbarui: 29 Oktober 2020   14:36 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan kepala daerah, kepala negara dan juga para wakil rakyat, yang bisa dikenal dengan istilah PEMILU (Pemilihan Umum) merupakan salah satu unsur penting dari dasar demokrasi. Setiap negara yang menganut asas demokrasi, pastilah akan mengadakan hal tersebut. 

Masing-masing negara mempunyai kriteria yang berbeda-beda, entah soal waktu maupun cara memilihnya. Terkait cara memilih, umumnya setiap warga negara menentukan sendiri pilihannya.

Bagaimana cara warga menyikapi pesta demokrasi ini? Di Indonesia sering dijumpai fenomena kelompok masyarakat yang menuntut adanya bukti dari para calon untuk kelompoknya. 

Misalnya, ketika calon mendatangi suatu kelompok masyarakat, tak jarang kelompok itu menuntut agar sang calon memberikan bukti yang nyata bagi kelompok mereka. 

Jika tidak ada bukti, maka kelompok itu tidak akan memberikan suara mereka kepada calon tersebut. Dari sinilah kemudian lahir semacam "kontrak politik".

Dalam setiap acara pemilu, biasanya akan ada calon lama (petahana atau incamben) dan pendatang baru. Untuk kategori kepala daerah, memberi bukti yang diminta sekelompok warga bukanlah perkara yang sulit, mengingat dirinya masih didukung oleh kepala dinas-kepala dinas yang ada di pemerintahan daerah. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa jabatan kepala dinas merupakan jabatan politis. Biasanya yang duduk di kursi kepala dinas adalah mereka yang duhulu termasuk tim sukses bagi kepala daerah yang kini menjadi calon petahana. Dan tentulah para kepala dinas akan berusaha memenuhi keinginan calon petahana untuk mempertahankan kursinya.

Sementara calon yang masuk kategori pendatang baru, tentulah akan menemui kesulitan untuk memenuhi tuntutan sekelompok warga yang meminta bukti. 

Dia akan memikirkan untung rugi semuanya itu, dan biasanya resiko ruginya cukuplah besar. Karena itulah, setelah melalui kalkulasi ekonomi, wajar saja bila calon pendatang baru umumnya hanya sebatas memberi janji, bukan bukti.

Hal seperti inilah yang membuat suatu daerah (atau bangsa) menjadi tidak maju dan  berkembang. Warga tidak berusaha melihat 5 tahun masa kepemimpinan calon petahana dan peluang yang akan dapat diberikan calon pendatang baru. 

Terkait dengan masalah ini, adakah pedoman umum bagi warga untuk menentukan pilihannya? Bagi umat kristiani Alkitab diyakini sebagai pedoman hidup. Ia tidak hanya menuntun manusia dalam kehidupan rohani, tetapi juga kehidupan lainnya, termasuk memilih calon kepala daerah. Berikut ini kami mencoba membagikan apa yang dikatakan Alkitab terkait topik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun