"Neng lagi galau ya?"
Dia diam membisu. Masih sibuk dengan tali tasnya. Sesekali diambilnya android hanya sekadar mengisi waktu.
"Sepertinya kamu semalaman lagi nangis."
"Abang koq tahu?" Dia akhirnya membuka suara.
"Mata adalah pelita tubuh," cetusku sambil mengutip kata-kata Yesus. "Dari mata akan terlihat situasi diri seseorang."
"Nah, aku melihat matamu menyimpan kesedihan yang mendalam."
Gadis itu hanya tertunduk. Kuperhatikan perasaan sedihnya kembali timbul. Dapat kukira tak lama lagi dia akan menangis.
Dan benar dugaanku. Sebutir air mata jatuh di pahanya, meninggalkan bekas di celana jeansnya. Aku mencoba merapatkan tubuhku. Aku berusaha meyakinkannya kalau dia dapat menumpahkan kesedihannya padaku. Berbagi duka.
Dia akhirnya menceritakan semua kisah sedihnya. Dia baru putus dengan pacarnya. Dia sangat mencintai pacarnya itu. Mereka sudah pacaran lebih dari 3 tahun. Pacarnya baru 3 bulan bekerja di Bekasi. Dialah yang membiayai hidup pacarnya sebelum ia mendapat gaji pertamanya.
Gadis itu berkisah juga tentang masa indah bersama pacarnya. Sudah ada 4 gunung di Jawa Barat sudah mereka daki bersama. Taman-taman hiburan yang ada di daerah Jawa Barat pun tak luput dari kebahagiaan mereka. Romantisme itulah yang membuat dia akhirnya merelakan kegadisannya. Apalagi pacarnya mengungkapkan akan menikahinya setelah agak mapan. Keluarga mereka sudah setuju.
"Kenapa kalian putus?"