Mohon tunggu...
Adonia Gracia
Adonia Gracia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

hobi : bermain gitar, bermain basket, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Hati, Satu Tujuan

27 Januari 2024   22:00 Diperbarui: 27 Januari 2024   22:01 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Langit yang cerah dan matahari yang bersinar terang seolah menjadi saksi bisu bagi kegembiraan yang sedang menyelimuti para siswa. Cahaya pagi yang memikat, udara di luar sudah terasa segar. Matahari yang perlahan-lahan menampakan dirinya menyengat begitu panasnya. Di balik kelas yang tenang, terdapat suasana yang ramai penuh tawa dan kejutan. Kelas yang hidup dan penuh inspirasi tetapi tidak lupa pada berbagai macam konflik. Langkah kaki yang terdengar menghasilkan bunyi berdenting di lantai dan meninggalkan jejak halus di lorong kelas yang berisik dan riuh. Anaya berjalan menuju kelas dengan penuh semangat dan menghampiri teman-temannya yang bermain di selasar kelas. Anaya menjumpai sahabatnya yaitu Bianca, mereka berbagi cerita dan bergurau bersama sehingga lupa akan waktu. Ketika bel sekolah berbunyi, terdengar jelas dan nyaring di seluruh area sekolah dengan kegaduhan dan kehebohan diantara siswa-siswa. Mereka memasuki ruangan kelas dengan langkah kaki yang penuh semangat untuk memulai proses pembelajaran di dalam kelas.

            “Selamat pagi anak-anak” ujar ibu Naya dengan penuh semangat.

            “Selamat pagi juga ibu” ucap para siswa dengan semangat.

            Sebelum mulai proses pembelajaran, mereka berdoa terlebih dahulu. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan para murid yaitu p5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Ibu Naya menjelaskan terlebih dahulu kepada mereka berbagai hal yang harus mereka lakukan dalam kegiatan p5 tersebut. Murid-murid mencermati dengan baik perihal kegiatan yang akan mereka lakukan.

            “ibu memberikan kalian kesempatan untuk menyampaikan opini mengenai konsep kalian saat gelar karya p5 nanti dan akan di tampilkan pada saat ulang tahun sekolah kita” ucap bu Naya.

            “Baik bu” suara serempak dari murid-murid.

            Panitia p5 sudah terbentuk dengan keahlian atau kemampuan masing-masing dari setiap siswa. Mereka aktif mencari informasi dan menggali lebih dalam untuk memperluas pemahaman mereka tentang tujuan projek p5. Mereka saling berbagi pemikiran dan pendapat tentang konsep projek p5 mereka nanti. Adit dan Farel selaku ketua dari kegiatan ini membantu mengarahkan agar pelaksanaan kegiatan p5 berjalan lancar. Mereka sepakat menentukan beberapa sutradara yang dapat mengarahkan mereka dalam mengembangkan sebuah cerita yang akan ditampilkan pada saat gelar karya, yaitu Noah, Ivan dan Bima.

            “gimana kalau kita menceritakan kisah tentang pengalaman hidup yang beda, contohnya budaya dengan latar belakangnya?” ungkap Keyra.

            “Setujuu!!” ucap beberapa murid.

            “Boleh juga, mungkin ada pendapat yang lain?” ujar Adit.

            Salah satu murid berkata “gimana kalo kita menampilkan drama tentang memperkuat tradisi dari masyarakat papua?”

            “bagus tuh konsepnya, ada pendapat yang lain gak? Atau setuju yang ini aja” ucap Farel

            “setujuuu!!!” ungkap beberapa siswa.

            Setelah lama berunding, Ketua panitia dan sutradara mulai berdiskusi dan mengembangkan ide-ide hasil pendapat dari para siswa menjadi sebuah konsep yang lebih kreatif dan terperinci.

            “gimana nih kita mulainya?” ujar Bima.

            “ini lumayan susah sih nyatuin konsep dari dua pendapat tadi” Ivan yang menanggapi hal tersebut merasa kebingungan.

            Mereka melanjutkan diskusi mereka dan menentukan jalan tengahnya. Setelah lama berbincang, Noah memberikan pendapat.

            “gimana kalo kita bikin konsep cerita tentang kesejahteraan dalam keberagaman, konsep ini menceritakan tentang beberapa siswa yang berdebat karena keberagaman masing-masing.”

            Noah tak henti-henti menyampaikan pendapatnya, Farel dan Adit merasa bahwa pendapat itu kurang memuaskan. Pendapat yang disampaikan Noah kurang disetujui oleh Ivan, Bima, Farel dan Adit. Mereka memberikan usulan terhadap Noah, tetapi Noah menentang usulan tersebut dan bersikeras mempertahankan pendapatnya. Adit merasa bingung dengan perasaannya karena konsep yang diberikan oleh Noah kurang disetujui dan di sisi lain Noah adalah sahabatnya. Ivan tak tau lagi apa yang harus dia lakukan akibat sikap Noah yang berpegang teguh pada pendapatnya. Ivan menyampaikan hal ini kepada ibu Naya untuk mencari alternatif permasalahan tersebut. Dia menyampaikan hal-hal yang telah mereka alami selama berdiskusi.

            Ibu Naya berpendapat “kalian gak bisa ngambil keputusan gitu aja sama Noah, teman-teman kalian harus tau tentang konsep yang di usulkan oleh Noah, mereka pada setuju gak?”

            Ivan pun segera melaksanakan arahan yang diberikan ibu Naya. Adit dan Farel mengumpulkan teman-temannya di dalam kelas untuk membahas konsep yang diberikan oleh Noah. Pemaparan konsep yang diberikan Noah segera dicatat oleh Cleo dan Iren selaku sekertaris dalam kegiatan ini. Selama penjelasan berlangsung para murid menyimak dengan seksama apa yang disampaikan oleh Noah. Tetapi saat penjelasan berlangsung Anaya, Bianca dan beberapa murid lainnya kurang menyetujui konsep yang diberikan Noah. Mereka berpendapat kepada Noah tetapi dengan keegoisannya dia tetap berpegang teguh pada pendapatnya, Noah tidak mau menerima pendapat dari teman-temannya. Ibu Naya terkejut melihat sikap Noah yang egois, tetapi ibu Naya harus meninggalkan mereka dikarenakan ada keperluan dengan guru pendamping mereka lainnya dan ibu Naya nenyerahkan tugas ini kepada Farel dan Adit. Akibat sikap Noah yang mementingkan dirinya sendiri tanpa menghargai sudut pandang teman-temannya membuat mereka semua tidak bersemangat untuk latihan karena kosep yang di berikan Noah tidak di setujui banyak murid. Anaya dan Gloria selaku koreografer mengajak murid-murid terlibat dalam kegiatan latihan persiapan gelar karya p5.

            “teman-teman, kita latihan bareng yuk?” ucap Gloria.

            Murid-murid sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing sehingga tidak mendengar perkataan Gloria.

            “Ayo dong teman-teman kita latihan bersama!” ucap Gloria sekali lagi.

            Mereka tetap saja sibuk sendiri dan tidak mendengarkan ucapan Gloria. Anaya yang melihat hal tersebut sangat kesal dengan kelakuan mereka yang tidak menghargai Gloria berbicara di depan.

            “Gimana proyek ini mau berhasil, sikap kalian aja kayak gini”  ucap Anaya dengan kesal.

             Ivan pun membantu Gloria dan Anaya mengajak teman-temannya untuk latihan bersama.

            “kalian mau projek ini berhasil kan? Kalo mau ayo cepat berdiri terus Latihan!” ujar Ivan.

            “Ah malas, mager” ucap velin.

            Gloria yang mendengar itu langsung menghampiri Velin dan menegurnya agar ikut latihan.

            “ngapain sih latihan-latihan gitu, gak jelas” ujar Dina.

            Setelah mendengar itu, Anaya sontak terkejut dan mulai emosi. Disitulah keributan di mulai. Suasana semakin panas, mereka saling  meyalahkan dan tidak ada yang mau mengalah. Pertengkaran ini membuat mereka merasa terluka dan jauh dari kebersamaan yang biasanya mereka rasakan saat p5. Namun mereka menyadari bahwa pertengkaran ini tidak akan membawa mereka ke mana pun. Mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu mereka ingin proyek ini berhasil dan harus segera menyelesaikan masalah ini agar bisa melanjutkan misi mereka.

            Mereka memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan guru pendamping. Mereka duduk bersama dan saling berbagi perasaan mereka. Mereka mendengarkan dengan seksama dan mencoba mamahami sudut pandang masing-masing. Mereka menyadari bahwa pertengkaran ini terjadi karena mereka semua memiliki kepedulian yang besar terhadap proyek ini tetapi mereka tidak bisa melupakan pentingnya bekerja sama dan menghargai perbedaan. Mereka sepakat untuk menghargai pendapat dan ide masing-masing anggota. Mereka memutuskan untuk mencari solusi yang terbaik dengan cara bekerja sama dan berdiskusi secara terbuka. Mereka menyadari bahwa kebersamaan dan komunikasi yang baik adalah kunci untuk mengatasi pertengkaran dan membangun kembali keharmonisan mereka.

            Mereka belajar untuk mengendalikan emosi mereka dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang lebih baik. Mereka berkomitmen untuk saling mendukung dan menghargai satu sama lain, bahkan ketika mereka memiliki  pendapat yang berbeda. Mereka menyadari bahwa kerjasama dan kompromi adalah kunci untuk mencapai tujuan mereka dalam gelar karya p5 ini. Setelah melewati diskusi yang panjang dan penuh empati, mereka akhirnya menemukan solusi yang dapat diterima oleh semua murid. Mereka merencanakan kembali proyek p5 dengan mempertimbangkan semua ide dan pendapat yang ada. Mereka merasa lega dan bahagia bahwa mereka berhasil mengatasi pertengkaran ini. Pertengkaran ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka dalam proyek p5. Mereka belajar bahwa konflik adalah bagian dari kehidupan, tetapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya dan belajar dari pengalaman tersebut. Mereka berjanji untuk terus menjaga komunikasi yang baik, menghargai perbedaan, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun