Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Suasana Mendebarkan di "Jurassic Park" Indonesia

10 Maret 2017   09:58 Diperbarui: 11 Maret 2017   12:00 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi pribadi. Se-ekor Ora mengendus perlahan

Kami melelanjutkan perjalanan di short trekking ini. Kira-kira masih 45 menit di sisa treking. Rencana akan naik bukit savanah. Baru 10 menit perjalanan, tiba-tiba Jono memegang tangan saya agar berhenti. “sssstttt….ada lagi ora….”, katanya pelan. Ya ampun, baru saja lepas tegang sekarang kog tegang lagi ya. “cepat mundur…mundur…”, serunya pelan. Haaaa….mundur…mana Ora-nya?

Ooo benar saja. Naluri npengalaman Jono mendeteksi kehadiran Ora terbukti. Mataku belum sempat melihatsi Ora, Jono sudah tahu duluan. Akhirnya terlihat se-ekor Ora sepanjang 3 meterkeluar dari semak-semak. Kelihatan langkahnya lebih cepat dari yang tadi….Jantung kembali deg-deg-an. Jono menarik ku mundur tuk menghindar ke tempataman. Aku sempat kan untuk motret dulu. Tambahan informasi aja, populasi Ora diPulau Rinca memang lebih banyak ketimbang di Pulau Komodo. Namun dari bentuk fisik lebih kecil dan lebih agresif. Saya sudah buktikan dengan melihatlangsung di pulau Komodo.

koleksi pribadi. Ada lagi Ora lain yang mengendus mendekat
koleksi pribadi. Ada lagi Ora lain yang mengendus mendekat

Wuii….wuii….semakinmendekat ketimbang yang tadi. “oke diam…diam…jangan bergerak…biar saya yang hadapi…”. Jono segera maju di depan saya dan rekan saya,Sevrin. Ceritanya pasang badan nich. Hhhmmm…ya aku nurut aja sambil menungguapa yang terjadi. Saat itu udah ngga berani motret lagi. Pesan jono tadi janganbanyak pergerakan. Semakin kita bergerak, Ora semakin penasaran dan akan terus mendekat mangsanya. Ooo my GOD…. Apakah tubuh ku yang gempal sudah di deteksi sebagai santapannya….? No…no…Tuhan. Jangan biarkan saya menjadi santapannya ya,lagi-lagi doa ku dalam hati.

Ku perhatikan lagi dalam ketegangan. Benaran kali ini lebih dekat. Jono berdiri tegap dengan mata lurus menatap si Ora sambil memegang galahnya. Karena tubuhnya membelakangi-ku tidakbisa ku lihat apakah mulut-nya komat-kamit. Ah siapa tahu aja mulut Jono sedang apa gitu. Eeee…bener saja, si Ora pergi. Dia Cuma melintas. “oke…kita lanjut jalan, sudah aman”, kata Jono.

Ya ampun, Ora tadi “takluk”ya sama Ora. Pake ilmu apa sich Jono ini? Dia hanya tersenyum waktu aku tanyabegitu. Ya...sudah biasa menghadapi Ora. Ia lahir dan besar dari salah desa dikawasan Taman Nasional Komodo. Sempat merantau ke Lombok. Lalu sekarang sudah balik lagi, menekuni profesi sebagai ranger di pulau Rinca. Pengakuannya, income-nya lebih banyak terutama dari tips tamu yang di kawalnya.

koleksi pribadi. Ora tadi mendekat mengendus lalu pergi
koleksi pribadi. Ora tadi mendekat mengendus lalu pergi

Hehehe….iya lah. Pulau Rinca tidak pernah sepi pengunjung. Hari biasa aja rame apalagi musim liburan. Dalam sehari ia biasa kebagian minimal membawa 3 group short Treking. Oya,pengunjung bisa memilih Medium Treking selama 2 jam lebih, atau long treking diatas 3 jam. Satu rombongan untuk short katakanlah ia mendapat tips minimal 100ribu. Satu hari jika minimal 3 group, minimal Ia terima 300 ribu. Minimal lho.Dari jumlah itu 50% untuk share ke teman-teman melalui “koperasi” kecil danpengurus ranger setempat, sisanya 50% murni masuk kantongnya. Lumayan khan…

Oya…kira-kira masih akanketemu Ora lagi ngga nich, tanya ku saat mulai menanjak menuju bukit Savanah. Oootidak…Komodo jarang mau naik ke bukit. Panas. Komodo ngga suka panas-panas-an,kata Jono. Ooo gitu. Pantes banyak tiduran di bawah rumah panggung karyawan sini ya.

koleksi pribadi. Se-ekor Ora tampak
koleksi pribadi. Se-ekor Ora tampak

Sebelum kami treking nanja, Jono sempat perlihatkan se-ekor ora lagi yang menyamar di balik dahan. Rupanyakami tiba saat musim bertelur. Wajar jika ketemu yang lagi ngerami telur. Cumaharus ekstra hati-hati. Sama seperti musim kawin, saat musim mengerami Ora pun jauh lebih agresif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun