Permisi parkir kendaraannya lalu foto-foto. Kalau yang suka sepeda, pekarang ini menjadi tujuan akhir. Setelah istirahat barulah pulang. Yang suka moto-moto, setelah selesai biasanya mereka lapar dan cari makan. Para pe-sepeda juga begitu. Karena belum ada warung, spontan bapak dan ibu Riyadi menyediakan minuman sebatas kopi dan teh. Karena mereka datang pagi, ada yang belum sarapan, kami membantu membeli indomie lalu memasaknya. Akhirnya menjadi cikal bakal kenapa ngga bikin warung sederhana saja.
Sarana lain, masih di pekarangan rumahnya, ada lahan kecil bisa dijadikan sarana untuk camping. Di sediakan juga tenda yang bisa di sewa, termasuk matras, tikar. Kog sampai di buat camping area? Karena tidak sedikit terutama ana-anak muda yang kepingin nginap. Karena rumah ngga bisa nampung akhirnya mereka ya tidur-tidur-an aja di luar. Kalau begitu kenapa ngga di buat area camping saja. Kamar mandi, toilet juga tersedia.
Hasilnya yang datang puas. Mau sebentar atau lebih lama juga bisa. Anak-anak muda, maksudnya kalangan backpacker, senang disini. Apalagi kalau malam cerah. Mereka datang berkelompok, atau Cuma berdua. Tidak jarang di antara mereka saling kenalan, lalu ngobrol. Dari tempat mereka santai kelihatan indah lampu-lampu di bawah tebing. Dari kejauhan terlihat Candi Prambanan yang di sorot lampu setempat. Indah. Ngga terasa bisa ngobrol sampai subuh.
Betul sekali. Dari tebing, nah ini yang menjadi primadona, bisa menikmati pesona Candi Prambanan baik pagi, siang, sore atau malam. Gunung Merapi tampak anggun dan bisa terlihat jelas dari sini. Selain itu Gunung Merbabu, Sumbing, Sindoro. Tentu saja, yang menjadi andalan dan di tunggu-tunggu momen matahari terbit, atau kerennya Sunrise. Wah ini yang sering di tunggu-tunggu.
Yang tidak kalah mempesona adalah kabut pagi. Wah eksotik banget, kata yang pernah. Ngga kalah sama Puthuk Stumbu di Magelang. Candi Prambanan di selimuti kabut pagi. Tiidak jarang awan tipis turun, menambah keindahan dan eksotik. Wah benar-benar bisa menikmati harmoni alam yang sangat indah.
Semua pemandangan indah itu bisa di nikmati secara optimal dan puas dengan catatan jika CUACA CERAH. Ya namanya alam sering kali tidak bisa tebak. Bisa tertutup kabut lama, bisa juga sebentar.
Lalu waktu terbaik biasanya kapan? Ya susah tebak, tutur bu Riyadi. Umumnya pagi hari jelang Sunrise sekitar jam 5 subuh. Tapi kalau hujan deras ya ngga bisa di nikmati. Seperti saat saya tiba sekitar jam 8 pagi, kabut tipis masih menutupi pemandangan.
Berada langsung disini saya langsung suka dan jatuh cinta dengan “Spot Riyadi”. Selain yang disebutkan tadi, ada satu yang sangat saya nikmati yaitu suasana yang masih SEDERHANA. Memang tidak menyajikan suasana yang wah seperti “tetangganya”, restoran Abhayagiri. Selain pemandangan indah terasa suasana pedesaan. Bagi saya yang bosan dengan semrawut suasana perkotaan, rasanya menemukan suasana yang jauh berbeda.
Bikin Ketagihan