Mohon tunggu...
Adolf Izaak
Adolf Izaak Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Orang kantoran tinggal di jakarta yang suka moto, traveling, di negeri tercinta Indonesia. bercita-cita ingin menjadi travel writer, travel photographer, khusus Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Selamat Datang (di) Spot Riyadi Yogyakarta

23 Januari 2017   12:15 Diperbarui: 23 Januari 2017   16:22 19247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Bapak Riyadi | Ket foto : tempat tinggal Bp Riyadi, di sebelahnya warung yang di kelolanya

Permisi parkir kendaraannya lalu foto-foto. Kalau  yang suka sepeda, pekarang ini menjadi tujuan akhir. Setelah istirahat barulah pulang. Yang suka moto-moto, setelah selesai biasanya mereka lapar dan cari makan. Para pe-sepeda juga begitu. Karena belum ada warung, spontan bapak dan ibu Riyadi menyediakan minuman sebatas kopi dan teh. Karena mereka datang pagi, ada yang belum sarapan, kami membantu membeli indomie lalu memasaknya. Akhirnya menjadi cikal bakal kenapa ngga bikin warung sederhana saja.

pesona dari spot Riyadi | Ket foto : View lain yang bisa dinikmati dari Spot Riyadi
pesona dari spot Riyadi | Ket foto : View lain yang bisa dinikmati dari Spot Riyadi
Entah bagaimana prosesnya, lama kelamaan kog banyak yang datang baik itu yang pertama kali atau pernah datang sebelumnya. Yang pertama kali bilang tahu tempat ini dari foto-foto yang di tampilkan di internet. Yang pernah datang lalu datang lagi karena senang dengan view-nya, lalu cerita ke teman-temannya di ajak lah ke sini. Terus begitu...eee sekarang semakin ramai terutama akhir pekan dan pagi hari.

Rumah Bapak Riyadi | Ket foto : tempat tinggal Bp Riyadi, di sebelahnya warung yang di kelolanya
Rumah Bapak Riyadi | Ket foto : tempat tinggal Bp Riyadi, di sebelahnya warung yang di kelolanya
Tidak menyangka bakalan ramai, akhirnya keluarga Riyadi ber-inisiatif dengan modal terbatas, merapikan pekarangan rumahnya. Misalnya halaman rumahnya di semen, di bangun bilik warung untuk cafe kecil-kecil-lan. Kebetulan ibu Riyadi bekerja di salah satu restoran di kawasan Candi Prambanan. Membuat menu sederhana dengan harga terjangkau. Di buat juga beberapa tempat duduk di pinggir tebing agar puas menikmati pemandangan. Buat beberapa obyek untuk kawula muda bisa foto-foto.

Sarana lain, masih di pekarangan rumahnya, ada lahan kecil bisa dijadikan sarana untuk camping. Di sediakan juga tenda yang bisa di sewa, termasuk matras, tikar. Kog sampai di buat camping area? Karena tidak sedikit terutama ana-anak muda yang kepingin nginap. Karena rumah ngga bisa nampung akhirnya mereka ya tidur-tidur-an aja di luar. Kalau begitu kenapa ngga di buat area camping saja. Kamar mandi, toilet juga tersedia.

Hasilnya yang datang puas. Mau sebentar atau lebih lama juga bisa. Anak-anak muda, maksudnya kalangan backpacker, senang disini. Apalagi kalau malam cerah. Mereka datang berkelompok, atau Cuma berdua. Tidak jarang di antara mereka saling kenalan, lalu ngobrol. Dari tempat mereka santai kelihatan indah lampu-lampu di bawah tebing. Dari kejauhan terlihat Candi Prambanan yang di sorot lampu setempat. Indah. Ngga terasa bisa ngobrol sampai subuh.

Betul sekali. Dari tebing, nah ini yang menjadi primadona, bisa menikmati pesona Candi Prambanan baik pagi, siang, sore atau malam. Gunung Merapi tampak anggun dan bisa terlihat jelas dari sini. Selain itu Gunung Merbabu, Sumbing, Sindoro. Tentu saja, yang menjadi andalan dan di tunggu-tunggu momen matahari terbit, atau kerennya Sunrise. Wah ini yang sering di tunggu-tunggu.

Yang tidak kalah mempesona adalah kabut pagi. Wah eksotik banget, kata yang pernah. Ngga kalah sama Puthuk Stumbu di Magelang. Candi Prambanan di selimuti kabut pagi. Tiidak jarang awan tipis turun, menambah keindahan dan eksotik. Wah benar-benar bisa menikmati harmoni alam yang sangat indah.

Kereta melintas
Kereta melintas
Ket foto : dari kejauhan bisa menikmati pemandangan kereta melintas

Semua pemandangan indah itu bisa di nikmati secara optimal dan puas dengan catatan jika CUACA CERAH. Ya namanya alam sering kali tidak bisa tebak. Bisa tertutup kabut lama, bisa juga sebentar.

Lalu waktu terbaik biasanya kapan? Ya susah tebak, tutur bu Riyadi. Umumnya pagi hari jelang Sunrise sekitar jam 5 subuh. Tapi kalau hujan deras ya ngga bisa di nikmati. Seperti saat saya tiba sekitar jam 8 pagi, kabut tipis masih menutupi pemandangan.

Berada langsung disini saya langsung suka dan jatuh cinta dengan “Spot Riyadi”. Selain yang disebutkan tadi, ada satu yang sangat saya nikmati yaitu suasana yang masih SEDERHANA. Memang tidak menyajikan suasana yang wah seperti  “tetangganya”,  restoran Abhayagiri. Selain pemandangan indah terasa suasana pedesaan. Bagi saya yang bosan dengan semrawut suasana perkotaan, rasanya menemukan suasana yang jauh berbeda.

Bikin Ketagihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun