Just Sharing....
Saya punya banyak nasabah di kantor yang kredit handphone.Â
Izinkan saya membagikan tiga kejadian dalam minggu ini yang bisa dijadikan pelajaran juga pertimbangan setelah smartphone idaman dibeli secara kredit.Â
Pak Andi, pedagang es dawet setiap hari berjualan dengan mangkal di sebuah pusat keramaian.Â
Usia sudah 50 tahunan. Mengais rezeki dari dawet buatan sendiri. Keluar jam 9 pagi pulang jam 6 sore. Dia perantau. Dia kos bersama istri dan anak.
Tiga hari lalu, Pak Andi masuk dalam daftar debitur menunggak. Masuk penanganan prioritas bersama nasabah lain yang angsuran pertama sudah menunggak lebih dari seminggu.
Dari laporan kunjungan yang terbaca di sistem, hasilnya ketemu nasabah. Mengaku dia debitur juga pengguna unit kredit. Ok fix. Berarti bukan kontrak atas nama.Â
Namun yang menyisahkan sedikit rasa sedih adalah apa yang diceritakan sang istri.Â
"Ada cowok masih muda umur 20 an, datang pesan es dawet 10 bungkus. Lagi disiapin sama Bapak, dia pura-pura pinjam HP Bapak bilang buat telepon temannya yang order pesanan itu," cerita istri debitur.Â
Setelah dipinjamkan HP nya dan si nasabah lagi sibuk nuangin cendol karena tumben dipesan banyak, si pria pemesan es dawet itu bilang tolong dibungkus ya Pak, saya mau ke seberang jalan sebentar sambil bawa HP nasabah.Â