Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Berpikir Bijak Sebelum Ajukan Kredit Dana, Apa yang Harus Dipertimbangkan?

16 Juni 2024   15:36 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:35 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Just Sharing...

Dalam satu minggu ini ada dua nasabah mengeluh di grup WA. Dua-duanya wanita. Yang seorang berprofesi pedagang, yang satunya lagi seorang wanita karir. 

Si debitur pedagang sudah jalan 10 bulan cicilan dari tenor kredit 24 bulan. Dia ambil kredit modal kerja. 

Sementara nasabah karyawan kantoran itu kredit dana multiguna dan sudah telat 10 hari dari tanggal jatuh tempo untuk cicilan pertama. Lama kredit sama dengan ibu si pedagang. 

"Mengapa bunganya besar? Saya sudah bayar 10 bulan baru sadar," demikian chat WA si debitur yang usaha warung makanan itu. 

Lain lagi dengan si nasabah wanita yang bekerja di sebuah perusahaan swasta nasional itu. Dia mohon agar diizinkan bayar pokoknya saja dulu dan biaya bunga tolong dihapus. 

Maksudnya adalah dia ingin total pokok hutang dibagi merata dalam 24 bulan tanpa disertai bunga. Merasa keberatan dengan tambahan bunga kredit.

Seandainya mau tak mau tetap harus bayar bunga, dia berniat ingin membatalkan kontrak dan mengembalikan pinjaman dana yang sudah ditransfer ke rekening miliknya.

Berangkat dari kisah dua nasabah ini, bisa jadi ada juga para nasabah yang lain, terkhusus nasabah kredit dana, bukan kredit barang, mengeluhkan hal yang sama. 

Pada dasarnya setelah kontrak berjalan lebih dari satu bulan, jangankan untuk meniadakan bunga kredit, membatalkan kontrak pun sulit. 

Alasan apa yang harus dieskalasikan kantor cabang sebagai dasar pembatalan kontrak bila nasabah sudah secara sadar, paham konsekuensinya dan menyetujui serta menandatangani akad kredit.  Lagi pula telah lebih dari 30 hari bahkan sudah melewati tanggal jatuh tempo cicilan pertama. 

Jadi buat para calon debitur yang bila suatu saat berniat ajukan kredit dana, ada baiknya hal -hal di bawah ini dipertimbangkan sebelum kontrak berjalan:

1. Bandingkan jumlah dana cair dengan total kewajiban harus mengembalikan. 

Pinjam 5 juta cair 5 juta kembalikan 7 juta secara sederhana bunganya 2 juta. Beda lagi andai pinjam 50 juta cair 48 juta kembalikan 60 juta. Itu artinya bunga 10 juta dan 2 jutanya dipotong sebagai biaya admin atau biaya provisi. 

Bila tak keberatan dengan nominal beban bunga, boleh melanjutkan prosesnya. Seandainya merasa terlalu besar, setop. Jangan dilanjutkan. 

Ambil waktu untuk meninjau kembali atau cari opsi lain di tempat yang berbeda yang bisa jadi dapat bunga yang lebih rendah.

2. Pahami bedanya kredit barang dengan kredit dana. 

Kredit barang entah kendaraan, rumah atau barang elektronik, cenderung nasabah akan tetap membayar hingga selesai karena mereka menggunakan barang tersebut dalam aktivitas keseharian. 

Kegunaan dari barang tersebut dirasakan. Bentuk fisiknya tetap ada. Bisa dilihat bahkan dapat diwariskan. 

Namun akan sedikit berbeda andai kredit dana. Bila salah prioritas atau salah menggunakan, potensi dana pinjaman dapat teralihkan untuk hal-hal yang sekedar keinginan bukan kebutuhan. 

Secara psikologis, orang akan setia pada kewajiban atau tanggung jawab yang bentuk fisiknya masih bisa dilihat. 

Itulah biasanya nasabah yang kredit dana dalam tenor panjang, kadang mengeluh untuk terus mencicil padahal uang pinjaman sudah lama habis. 

Beda dengan kredit barang misalnya motor. Meski cicilan masih lama, tapi karena barang yang dikredit itu bermanfaat untuk aktivitas,nilai kemanfaatannya itu tidak bisa dihitung atau dibandingkan dengan nominal bunga. 

3. Hindari kredit dana dengan tenor panjang.

Tenor panjang biasanya mulai 2 tahun ke atas. Meski pada tenor panjang cicilan mengecil, tapi makin lama tenor, makin naik bunga kredit. 

Di awal rasanya ringan, tapi setelah dijalani lha kok malah besar. Seperti yang rasakan nasabah pedagang di awal tulisan. 

Padahal dengan tenor panjang, prosentase pembagian nominal cicilan yang diangsur nasabah selama 6 bulan pertama lebih besar ke bunga daripada ke pokok hutang. 

Maka tak sedikit nasabah kredit dana selama 4 tahun ketika lagi sisa 1,5 tahun dan hendak melunasi, merasa tinggal sedikit padahal di sistem lebih besar dari perkiraan. 

Proporsi pokok hutang masih besar karena dari cicilan setiap bulan, yang dikurangi adalah komponen bunga terlebih dahulu lalu komponen pokok kemudian. 

Struktur kredit menyerupai bentuk piramida terbalik. Makin runcing ke bawah, pokok membesar tapi bunga menurun. 

Jadi sebagian besar dana nasabah yang diangsur di bulan -bulan awal terpotong oleh bunga. 

Lantas apa bedanya dengan tenor pendek kurang dari 24 bulan? Sudah pasti proporsi bunga mengecil . 

Andai debitur melakukan pelunasan lebih cepat, jumlah yang dilunaskan tidak terlalu jomplang dengan pencairan pinjaman. 

4. Cermat memilih sistem bunga dan sistem pembayaran. 

Bila memiliki banyak opsi tempat untuk bisa meminjam, cermatlah memilih sistem bunga yang paling sesuai dengan cashflow pemasukan dan pengeluaran calon nasabah. 

Ada sistem bunga menurun, sistem bunga tetap atau kombinasi diantara dua sistem ini. 

Bila calon nasabah berstatus pegawai (karyawan) dengan gaji tetap setiap bulan, disarankan untuk mengambil cicilan dengan nominal sama setiap bulan. 

Sedikit berbeda dengan wiraswasta formal atau non formal yang penghasilannya bisa naik atau turun tergantung laba usaha. 

Tipikal tipe nasabah ini bisa ambil bunga menurun atau juga bisa bunga tetap. 

Selain itu, perhatikan pula sistem pembayarannya. Rata-rata mewajibkan nasabah membayar satu kali setiap bulan sebesar cicilan. 

Namun ada juga yang membolehkan satu cicilan bisa dibayar dua kali atau tiga kali agar mencapai nominal satu cicilan. 

Sistem deposit seperti ini cukup memudahkan bagi debitur penghasilan harian, misalnya pedagang makanan, ojek online,usaha sewa kendaraan, dan lainnya yang dapat upah harian atau mingguan. 

Misal angsuran satu juta perbulan bisa dicicil per minggu 250 ribu atau per dua minggu 500 ribu. Tak harus menunggu genap 1 juta untuk dibayarkan. 

5. Pahami besaran denda tunggakkan agar tidak buang -buang uang percuma. 

Ada banyak nasabah mengeluh soal denda. Bahkan gara-gara denda, mereka malah tak mau melumasi cicilan bila denda tak dihapus. 

Padahal bila perusahaan yang beri kredit tak memberlakukan denda, bisa jadi nasabah akan semakin membiarkan kewajiban membayar semakin lama. 

Calon nasabah perlu paham berapa nominal denda harian, denda mingguan, hingga denda bulanan agar paham berapa harga yang harus dibayar bila lalai kewajiban. 

Bagaimana biar paham? 

A. Saat proses pengajuan kredit atau saat akad kredit, bertanya ke pegawai yang memproses.

B. Baca di dokumen RIP (Rincian Informasi Produk) pembiayaan yang biasanya diserahkan ke debitur saat akad atau biasanya dikirimkan ke email atau WA nasabah. 

C. Tanya ke CS (Customer Service) via telepon atau bisa juga bertanya ke pegawai penagihan yang berkunjung ke rumah nasabah saat nasabah sudah lewat seminggu dari tanggal jatuh tempo. 

6. Kalkulasi sumber pemasukan rutin versus pengeluaran rutin versus cicilan kredit. 

Jangan tergiur dengan penawaran kredit dari perusahaan pendanaan manapun sebelum menyadari berapa kapasitas penghasilan rutin dibandingkan total pengeluaran rutin. 

Setiap orang berbeda, setiap rumah tangga cashflownya tak sama. Karena dengan kalkulasi bahwa total pendapatan masih lebih besar dari total pengeluaran, barulah keputusan kredit dibuat. 

Karena membayar cicilan kredit adalah pengeluaran baru yang dirasa mampu dengan sisa penghasilan yang ada setelah dikurangi semua pengeluaran rutin. 

Cicilan baru disarankan tidak lebih dari 30 persen dari sisa penghasilan. Ini aturan standar, namun alangkah lebih baiknya di bawah dari itu sehingga cicilan terasa jauh lebih ringan. 

Satu tes sederhana untuk diri sendiri adalah dengan bertanya pada diri sendiri: Bukan berapa besar dana yang mau saya pinjam, tapi berapa nominal cicilan yang saya mampu setiap bulan? 

Bila hanya mampu bayar 500 ribu perbulan, kredit lah dana dengan plafon pinjaman yang bisa dicicil segitu. 

Bila nyaman dengan angsuran 1,2 juta sebulan, ya jangan ambil tawaran kredit dengan cicilan 2,1 juta per bulan. 

Bila sama sekali tak mampu mencicil, atau tak nyaman dengan bunga kredit, ya tidak usah ajukan kredit.

Bisa menunda keinginan untuk mempunyai barang atau modal usaha sembari tetap konsisten menabung hingga cukup nanti untuk memiliki. 

***

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun