Angka penjualan kendaraan roda dua atau roda empat, terkhusus yang dibeli secara kredit, cenderung naik di momen puasa.Â
Mudik dengan kendaraan yang dikemudikan sendiri, tak hanya soal kenyamanan dan kebebasan, tapi juga gengsi dan status sosial.Â
Selain kendaraan, di era kini punya smartphone baru dengan harga fantastis juga lambang sosial seseorang manakala mudik.Â
Itu belum lagi keinginan untuk membahagiakan keluarga dan sanak saudara lewat beraneka oleh-oleh untuk diberikan, yang bagi sebagian orang harus menguras kartu kredit atau terpaksa jaminkan BPKB.Â
Tak sedikit pula orang yang berniat memiliki hunian sebelum lebaran dengan harapan bisa mengajak orangtua dan saudaranya berlebaran di rumah yang baru, meski rumah tersebut diperoleh dengan kredit KPR atau kredit non KPR.Â
Realitanya memang masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari memiliki secara kredit. Meski demikian, ada sebagian nasabah tak ingin mengaku soal barang yang dikredit pada keluarga, kerabat dan sanak saudara.Â
Beberapa pertimbangan di bawah ini bisa jadi penyebabnya:Â
1. Pembuktian diri untuk menunjukkan kemampuan finansial.Â
Tak sedikit orang ingin menunjukkan bahwa dia bisa punya sesuatu (barang) dengan usaha dan kapasitasnya. Untuk itu bisa saja saat mudik, mengaku didapatkan dengan cara dibeli tunai, bukan kredit.Â
Pembuktian diri dirasa penting untuk menunjukkan pada keluarga besar bahwa dia mampu secara finansial ketika merantau.Â
2. Tak ingin menyusahkan keluarga.Â