Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Fenomena Tante Ernie, antara Puasa, Tobat Sambal, dan Konsekuensi Sosial

9 April 2022   12:43 Diperbarui: 9 April 2022   12:45 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capture instagram Tante Ernie

Just Sharing....

Nama kerennya Tante Ernie. Lengkapnya Ernie Judojono. Bagi sebagian netizen pria dan juga wanita, kerap menjuluki dia sebagai TPB alias tante pemersatu bangsa. 

Dengan cara apa dia menyatukan dari Sabang sampai Merauke? Hanya lewat pose-pose seksi dan menggoda di medsos. 

Ah lebay. Netizen memang selalu merasa benar dalam versi mereka. Melabeli sesuka hati.

Emang Tante Erni sama kayak bahasa negara yang mampu menyatukan satu nusantara ketika warganya berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia? Padahal julukan itu hanya untuk kalangan mereka, para penikmat foto sensual. 

Bila diamati, fenomena ala-ala Tante Ernie sudah sejak jaman dulu, era dimana sebagian kita mungkin belum lahir. Hanya media dan teknologi yang menyesuaikan seiring peradaban.

Di dalam negeri, di era akhir 70 an dan awal 80 an, tentu bagi sebagian pembaca yang masih remaja dan muda di jaman itu, mengingat akan nama - nama seperti Lina Budiarti, Eva Arnaz dan Yeni Farida. 

Mereka artis peran yang kadang tampil sensual. Dan film-film mereka cukup diminati karena unsur sensualitas. Lalu di era 90 an, ada Inneke Kosherawati, Sally Marcelina dan sejumlah artis lain yang meneruskan tradisi berani tampil sensual. 

Tapi Tante Ernie bukanlah artis peran. Wajar memang karena beda jaman beda teknologi perkembangan media. 

Dulu menjadi terkenal harus lewat TV dan media cetak untuk diamati secara visual. Sekarang cukup lewat media sosial seperti instagram, yutub, FB dan twitter termasuk tiktok juga podcast, seseorang bisa mendulang popularitas. 

Fenomena selebgram yang populer di medsos lantaran menampilkan sensualitas tak hanya Tante Ernie saja. Masih ada tante-tante lainnya. Sebagian melakoni peran artis juga. 

Salah satunya adalah Nikita Mirzani yang kerap dijuluki suka ambil untung dari penderitaan orang lain. Siapa saja yang lagi ketiban masalah atau berkasus, kadang dijadikan konten oleh dirinya demi menarik simpati dan perhatian publik pada sosok dirinya. 

Kalo di organisasi atau di komunitas, tipe orang seperti ini dimana ada kegiatan dia masuk terus jadi panitia dan bikin rame. Entah murni membantu atau demi eksistensi agenda pribadi. Publik yang akan menilai. 

Bagaimana ketika Ramadhan tiba? 

Marhaban Ya Ramadhan. Itu postingan terakhir di Instagramnya (@himynameisernie). 

Sebelumnya bila dalam seminggu bisa dua atau tiga kali memperbaharui dengan foto-foto pribadi miliknya, kini di bulan puasa sepertinya si tante lebih menahan diri. Menghormati yang lagi menjalankan ibadah. 

Postingan terakhir seperti foto di atas, disukai oleh 5662 pengguna instagram dan ada 99 komentar. Menurun jauh dibandingkan postingan sebelumnya yang diunggah sebelum puasa. 

Yakni sebuah foto si tante menjambak rambut dengan maaf, belahan payudara yang terlihat dibalik baju menuai 107452 likes dan 1255 komentar per hari ini. 

Ada perubahan drastis penurunan respon follower dan penggemarnya dari sebelum dan setelah Ramadhan erat kaitannya dengan pola menjauh dan mendekat seseorang pada rasa berdosa namun tak ingin lepas. 

Fenomena orang-orang seperti ini kerap diistilahkan tobat sambal. Manakala seseorang harus menjalankan ibadah wajib sesuai keyakinannya, nuraninya menguat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang tak benar berdasarkan apa yang diyakini. 

Ketika sadar itu salah, responnya adalah menjauh. Namun niat untuk ibarat icip -icip dikit, masih ada di dasar hatinya. 

Meski di postingan terakhir Tante Ernie hanya mendulang sedikit likes dan komentar, namun realitanya mereka yang biasanya berkomentar dan mengklik tanda suka pada postingan -postingan sebelumnya, tetaplah memantau akun Instagram si tante. Masih tetap setia jadi follower.

Bisa jadi setelah usai puasa dan lebaran, barisan komentator dan pemberi tanda suka akan meningkat dan sama seperti tren sebelumnya. 

Mereka pun tak malu-malu untuk bercanda nakal dan saling melempat sindiran berbau erotis dan sensual. Tentu dengan umpan-umpan foto terbaru si tante yang menggoda. 

Fenomena tobat sambal kerap kali kita temui tak hanya pada akun-akun medsos berkonten ala-ala postingan Tante Ernie. Tapi juga pada area-area yang lain. 

Seseorang menjadi lebih religius dalam tanda petik, namun berbalik menjadi liar dan nakal manakala tak ada lagi prosesi wajib sesuai keyakinan.

Ketika mencicipi sambal yang rasanya pedas, mungkin mereka tidak tahan akan sensasinya. Lalu berniat untuk tak makan lagi karena level pedasnya bikin sakit perut dan bisa mengiritasi lambung. 

Namun ketika derita organ perut sudah teratasi, balik lagi pengen mencicipi. Makin pedas makin hot makin menikmati. Akhirnya jadi ketagihan yang berulang.

Tak ada terasi udang dan bawang, hanya cabe rawit dicocol garam dapur pun jadi. Tak ada Tante Ernie pun, tante-tante atau gadis berdaster pun sudah memuaskan fantasi saking tak dapat mengontrol pikiran. 

Nah lho, sampai kesitu efek nya. Lalu apakah Tante Ernie dan selebgram lain yang wara-wiri di medsos menjual sensualitas berpikir akan dampak sosial dari konten mereka  atau kah melakoni prinsip bahwa kontrol diri tergantung Anda, para viewer. 

Yang diposting adalah sebuah karya seni lepas dari itu sensual atau kah tidak. Narasi tulisan bisa saja menggoda namun mereka bisa berkilah bahwa itu tidaklah memancing namun hanya bercanda sebagai pelengkap foto. 

Entahlah. Yang pasti fenomena sosial selalu melahirkan konsekuensi sosial. Bila dalam ilmu fisika ada hukum aksi -reaksi maka dalam konteks sosial juga sama. 

Ketika seseorang berusaha mempengaruhi publik dalam skala luas, maka dampak yang berbalik pada dirinya pun sebanding. 

Apakah Tante Ernie mendulang materi dan non materi dari apa yang dilabeli netizen sebagai tante pemersatu bangsa sebanding dengan konsekuensi sosialnya? Bisa jadi iya. 

Bila hari ini Tante Ernie dipuja karena fisiknya, tak menutup kemungkinan belasan tahun lagi dihujat ketika umur tak bisa dilawan menggerus fisik.

Dan Netizen bisa jadi adalah komunitas sosial yang paling netral. Prinsip mereka  Lo bagus gue follow, Lo jelek gue skip. Apalagi dakam konteks kebebasan berekpresi dimana setiap orang bebas berkomentar di medsos. Ibu jari lebih kejam dari ibu tiri. Bahkan jejak digital pun tersimpan rapi. 

Realitanya fenomena medsos ala-ala Tante Ernie tak mudah menghilang dari jagat internet. Patah satu tumbuh berganti. Selalu ada yang baru karena hal-hal yang berbau sensualitas adalah sisi liar manusia yang secara alamiah tumbuh. 

Berbahagia bagi yang mampu mengontrol. Celaka bagi yang kebablasan. Inilah dunia maya, dunia sosial kita dengan segala pilihan dan godaannya. 

Baca juga : "Rantang Susun dan Termos Air Panas di Jaman Dulu, Jejak Kenangan di Baliknya" https://www.kompasiana.com/adolfdeda/624bda2cbb44863524417d33/rantang-susun-dan-termos-air-panas-jadul-jejak-kenangan-dibaliknya?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile

Salam

Brader Yefta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun