Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Dinas, Godaan Plus-Plus, PSK Freelance dan Kondom di Minimart Modern 24 Jam

7 Desember 2021   17:55 Diperbarui: 8 Desember 2021   09:07 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Just Sharing...

Siang jam 2 di Bulan September 2014 silam. Turun dari pesawat di sebuah bandara dalam negeri, saya menumpang taksi menuju satu hotel di kawasan kota. Seorang pegawai menyambut dan mengenalkan namanya. 

Jauh sebelum hari menginap di sana, lewat telepon saya sudah melakukan booking. Hanya untuk 2 hari sehubungan agenda meeting di internal perusahaan. Hotel itu berjarak 15 menit berkendara ke lokasi meeting. 

"Mas nya mungkin perlu teman pijat, bisa kami carikan nanti malam. Terapisnya cantik- cantik," canda pegawai resepsionis ketika saya menenteng ransel naik tangga ke lantai 2. 

Saya sedikit tersenyum. Dari ekpresi wajah saya sepertinya dia bisa membaca jawabannya bahwa saya memang  tidak tertarik. Jadi saya juga tak mengatakan langsung ya ato tidak terkait tawaran berbalut candaan itu. 

Karena memilih di lantai atas, saya dengan mudah bisa melihat apa saja yang ada di lantai bawah, termasuk kamar- kamar tamu. 

Dan malam pertama nginap di sana adalah pengalaman yang mungkin tak bisa dilupa manakaka melihat secara langsung seorang terapis  wanita muda "melayani" seorang tamu pria usia 50 an. No sensor Bro. 

Bagaimana bisa melihat? Karena jendela kaca di kamar tamu itu itu tak tertutup korden dan lampu temaram di kamar tersebut dibiarkan menyala. Berhadapan diagonal dengan kamar saya sehingga mau tak mau saya harus berperang di dalam diri sendiri. 

Antara tetap menonton adegan itu atau menjauhi dan memilih segera tidur karena besok pagi meeting. Sungguh sebuah tes mental bagi seorang laki- laki dewasa. 

Besok pagi saya bersua Si Om pemakai jasa pramuria plus plus itu saat sarapan pagi. 

" Kerja dimana, dari daerah ya?" sapanya mengajak ngobrol. 

Saya menyebutkan nama daerah serta kantor tempat bekerja dan dalam rangka apa berada di kota ini. Beliau juga demi sebuah perjalanan dinas dari sebuah institusi dan sore nanti akan terbang pulang ke kota asal. 

" Pantesan happy ending ..sudah kelar semua, hari- hari terakhir bebas mau ngapain," batinku berbisik. 

Di atas taksi yang membawa saya pagi itu ke lokasi meeting, sejumlah kepenasaranan bercampur kekuatiran muncul di kepala. 

Sehatkah wanita yang melayani Si Om itu? Apakah pskai kondom? Tak kuatirkah bila salah satu mengidap HIV atau hepatitis hingga penyakit menular seksual lain? 

Tiba di parkiran lokasi meeting, sebuah tawaran bantuan berbalut canda datang lagi. Kali ini dari si abang sopir taksi tersebut. 

"Kalo perlu yang plus-plus, kontak saya aja ya," demikian katanya sebelum berlalu dengan taksinya. 

Wadohh..., ternyata godaan sorga dunia terhadap para pria dewasa pelaku perjalanan dinas adalah fakta yang tak bisa ditutupi. Apa karena tampang saya ndeso ato keliatan kayak orang kampung yang belum icip -icip cabe-cabean di kota besar...haha. 

Realitanya perjalanan dinas emang rawan resiko. Mulai dari resiko merekayasa uang saku, uang penginapan, uang transportasi hingga uang kenakalan buat kebutuhan biologis alias jajan di luar. 

Perjalanan dinas karena tuntutan kerja akan menjauhkan seseorang dari tempat asal dan membawa dirinya ke sebuah attmosfer baru di sebuah tempat yang berbeda. 

Bisa dari kota besar ke kota kecil atau sebaliknya. Bisa juga melintasi beraneka kota, lintas pulau  hingga antar negara atau antar benua. 

Ketika jauh dari pasangan, manakaka kebutuhan biologis memuncak, bisa jadi pilihannya adalah menyewa pramuria atau istilahnya escort. Para PSK ( Pekerja Seks Komersial) ini kebanyakkan freelance alias ngga terisolasi di lokalisasi. 

Mereka bisa saja terapis pijat muda, ayam kampus alias mahasiswa cewek  yang menyambi, cabe- cabean masih pelajar sekolah, hingga para PSK cabutan dari lokalisasi yang sudah ditutup. 

Karena nomaden dan mobile ke mana- mana, adalah sulit bagi dinas kesehatan atau pemeehati peduli HIV Aids mengontrol dan mendeteksi. Dengan siapa dan sedang apa lalu dimana melakukan, tak berjejak dan tak bisa dipantau. 

Bukankah ini lebih beresiko menularkan HIV Aids karena kesadaran hanya dari sendiri dan bukan sebuah keharusan andai terlokalisasi. Apalagi kini para escort itu tak hanya wanita, tapi juga waria gigolo dan gay. 

Mereka ibarat warung makan yang menawarkan beraneka menu tergantung orientasi seksual. Bahkan di tayangan youtube pun saar ini tak malu - malu buka - bukaan dan diwawancari oleh para youtuber Artis. Alamakk...Dunia oh dunia!. 

Para pria dewasa pelaku perjalanan dinas tak cuma kaum formal seperti staf kantor, manajer hingga pejabat, tapi juga non formal. Antara lain pekerja ekspedisi lintas pulau lintas propinsi. Termasuk para sopir hingga pekerja proyek.

Tidak takutkah mereka pada HIV Aids? 

Salah seorang PSK freelance yang pernah diwawancarai mengatakan bahwa dia selalu menyediakan kondom bila ada panggilan surga. Panggilan surga (dunia) adalah istilah bagi dirinya manakaka ada order jasa plus - plus. 

" Kadang tamu juga ngga mau, katanya kurang enak tapi saya tetap wajibkan buat pencegahan," demikian curhatnya. 

Seorang sopir truk ekpedisi lintas pulau lain lagi. Demi mencegah paparan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu, kemana- mana selalu membawa kondom. 

" Buat persiapan, itu juga pesan dari istri kalo mau jajan di luar, jangan lupa maskerin dedeknya," katanya yang bikin kami tertawa.. " Jadi ngga hanya mulut dan hidung yang dimaskerin," haha

Pertanyaannya dimana para para PSK freelance dan pelaku jajan biologis ini mendapatjan kondom? Mereka sepakat menjawab bahwa di Minimart Modern 24 jam. 

Demi menghindari tatapan curiga dan banyolan meledek dari para pembeli di Mininart Modern itu, mereka biasanya membeli di atas jam 10 malam. 

Posisi rak dan etalase dereran beraneka kondom itu juga di depan transaksi pembayaran sehingga bisa sekalian masuk kantong belanja atau ditaruh di tas atau saku baju. 

Lika liku transaksi  seks memang tak ada matinya. Ibarat patah satu tumbuh seribu. Dari generasi ke geberasi meski HIV Aids adalah ancamannya. 

So menulis soal HIV Aids 2021, tentu tak bisa dilepaskan dari sejumlah faktor yang menjadi penyebab virus ini. 

Salah satunya adalah penularan lewat hubungan intim bukan dengan pasangan sah yang rentan dilakukan pelaku perjalanan dinas. Apalagi tanpa mempedulikan aspek kesehatan dan keamanan. 

Hidup dengan ancaman HIV Aids adalah sebuah realita. Di satu sisi menyadari betapa itu sangat berbahaya, namun di sisi lain juga jangan berhenti menjaga perilaku seksual yang sehat. 

Salam, 

Brader Yefta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun