" Kerja dimana, dari daerah ya?" sapanya mengajak ngobrol.Â
Saya menyebutkan nama daerah serta kantor tempat bekerja dan dalam rangka apa berada di kota ini. Beliau juga demi sebuah perjalanan dinas dari sebuah institusi dan sore nanti akan terbang pulang ke kota asal.Â
" Pantesan happy ending ..sudah kelar semua, hari- hari terakhir bebas mau ngapain," batinku berbisik.Â
Di atas taksi yang membawa saya pagi itu ke lokasi meeting, sejumlah kepenasaranan bercampur kekuatiran muncul di kepala.Â
Sehatkah wanita yang melayani Si Om itu? Apakah pskai kondom? Tak kuatirkah bila salah satu mengidap HIV atau hepatitis hingga penyakit menular seksual lain?Â
Tiba di parkiran lokasi meeting, sebuah tawaran bantuan berbalut canda datang lagi. Kali ini dari si abang sopir taksi tersebut.Â
"Kalo perlu yang plus-plus, kontak saya aja ya," demikian katanya sebelum berlalu dengan taksinya.Â
Wadohh..., ternyata godaan sorga dunia terhadap para pria dewasa pelaku perjalanan dinas adalah fakta yang tak bisa ditutupi. Apa karena tampang saya ndeso ato keliatan kayak orang kampung yang belum icip -icip cabe-cabean di kota besar...haha.Â
Realitanya perjalanan dinas emang rawan resiko. Mulai dari resiko merekayasa uang saku, uang penginapan, uang transportasi hingga uang kenakalan buat kebutuhan biologis alias jajan di luar.Â
Perjalanan dinas karena tuntutan kerja akan menjauhkan seseorang dari tempat asal dan membawa dirinya ke sebuah attmosfer baru di sebuah tempat yang berbeda.Â
Bisa dari kota besar ke kota kecil atau sebaliknya. Bisa juga melintasi beraneka kota, lintas pulau  hingga antar negara atau antar benua.Â