Just Sharing...
Siang jam 2 di Bulan September 2014 silam. Turun dari pesawat di sebuah bandara dalam negeri, saya menumpang taksi menuju satu hotel di kawasan kota. Seorang pegawai menyambut dan mengenalkan namanya.Â
Jauh sebelum hari menginap di sana, lewat telepon saya sudah melakukan booking. Hanya untuk 2 hari sehubungan agenda meeting di internal perusahaan. Hotel itu berjarak 15 menit berkendara ke lokasi meeting.Â
"Mas nya mungkin perlu teman pijat, bisa kami carikan nanti malam. Terapisnya cantik- cantik," canda pegawai resepsionis ketika saya menenteng ransel naik tangga ke lantai 2.Â
Saya sedikit tersenyum. Dari ekpresi wajah saya sepertinya dia bisa membaca jawabannya bahwa saya memang  tidak tertarik. Jadi saya juga tak mengatakan langsung ya ato tidak terkait tawaran berbalut candaan itu.Â
Karena memilih di lantai atas, saya dengan mudah bisa melihat apa saja yang ada di lantai bawah, termasuk kamar- kamar tamu.Â
Dan malam pertama nginap di sana adalah pengalaman yang mungkin tak bisa dilupa manakaka melihat secara langsung seorang terapis  wanita muda "melayani" seorang tamu pria usia 50 an. No sensor Bro.Â
Bagaimana bisa melihat? Karena jendela kaca di kamar tamu itu itu tak tertutup korden dan lampu temaram di kamar tersebut dibiarkan menyala. Berhadapan diagonal dengan kamar saya sehingga mau tak mau saya harus berperang di dalam diri sendiri.Â
Antara tetap menonton adegan itu atau menjauhi dan memilih segera tidur karena besok pagi meeting. Sungguh sebuah tes mental bagi seorang laki- laki dewasa.Â
Besok pagi saya bersua Si Om pemakai jasa pramuria plus plus itu saat sarapan pagi.Â