Just Sharing....
Satu bulan yang lalu, saya melihat postingan dari Gubernur NTB, yang kerap disapa Bang Zul di grup komunitas.Â
Postingan terkait pelepasan para mahasiswa di provinsi tersebut yang mendapat beasiswa kuliah dari pemprov NTB ke luar negeri, ada yang ke Polandia dan juga ke Malaysia.Â
Saya juga mengetahui ada program beasiswa dari pemerintah provinsi Maluku yang menyekolahkan anak muda di daerah untuk studi di Rusia, salah satunya di Fakultas Kedokteran.Â
NTB dan Maluku sebelas dua belas dengan Pemprov Papua yang sudah mendahului program beasiswa tersebut sejak pertengahan 80-an, meski terbatas pada universitas di dalam negeri.Â
Kini Papua dan Papua Barat, dengan adanya otsus juga, banyak anak muda yang disekolahkan ke luar negeri.Â
Selain tiga provinsi di atas, ada banyak provinsi lain yang juga menyediakan beasiswa bagi anak muda di daerahnya.Â
Tentu ini salah satu terobosan dari daerah dengan berinvestasi pada SDM demi kebutuhan tenaga kerja di masa depan.Â
Selain daerah tingkat satu, di level kabupaten atau kota juga biasanya ada beasiswa serupa. Apalagi sekarang sistemnya sudah otonom, beda dengan sebelum era reformasi.Â
Kabupaten dan kota bisa mengelola anggaran sendiri dan bisa pula mengalokasikan bagi para siswa atau mahasiswa asal daerah yang membutuhkan sesuai kriteria yang disyaratkan.Â
Sumber beasiswa tak hanya dari Pemprov, Pemkab atau Pemkot, tapi bisa pula dari stakeholder lain di daerah. Misalnya BUMD, BUMN, institusi kedinasan, hingga perusahaan besar atau perusahaan asing yang berinvestasi di sana.Â
Dulu misalnya ada beasiswa dari PT Pos, beasiswa dari Bank Indonesia, Beasiswa dari PT Newmont di NTB, PT Freeport di Papua, bahkan di kantor pun setahun lalu ada program beasiswa juga bagi masyarakat.Â
Jadi buat yang ingin mendapatkan beasiswa pendidikan, ada banyak jalan menuju Roma. Mungkin yang diperlukan adalah mencari tau sebanyak mungkin informasi dan persyaratan.Â
Lebih penting dari itu, jangan patah semangat. Bila belum lolos, bisa dicoba lagi pada sumber yang lain. Pahami juga konsekuensi bila mendapatkan beasiswa tersebut.Â
Andai terpilih sebagai penerima, hargai itu sebagai sebuah anugrah. Karena banyak orang ingin mendapatkan namun bukan mereka yang lolos.Â
Berbagi kisah dari pengalaman pribadi
Saya bersyukur pernah terpilih dalam seleksi beasiswa dari pemerintah daerah. Bila mengenang, ada proses panjang dan harga yang dibayar.Â
Sekadar sharing, ini tips mencari beasiswa bagi para pelajar SMU terutama di daerah yang hendak meneruskan kuliah di perguruan tinggi dengan dukungan beasiswa pemerintah daerah .Â
1. Cari informasi
Sumber pertama dari sekolah. Selain itu dari keluarga besar, kenalan, atau dari media. Kalau dulu hanya dari koran atau siaran radio RRI. Sekarang bisa dari media sosial, termasuk medsos yang dikelola pihak pemberi beasiswa.Â
Saya dulu mendengar pertama kali dari Kepala Sekolah (Kepsek) di SMP kalau ada beasiswa semacam itu. Saat itu masih kelas 2 SMP (atau kelas 8) ketika beliau memanggil dan memberitahukan.Â
Saya yang sejak remaja suka rajin ke perpustakaan daerah, sempat juga membaca di koran lokal, bahwa Pemda menyekolahkan siswa terpilih ke luar daerah dengan program beasiswa. Itu mengamini apa yang didengar dari pihak sekolah.Â
Btw, itu kan zaman dulu lewat koran, nah kalau zaman sekarang, pantengin aja situs atau medsos milik pemerintah daerah.Â
Biasanya akan diinfokan juga atau bila ada seremonial pelepasan mahasiswa beasiswa akan diposting, seperti yang saya lihat di postingan Gubernur NTB itu.Â
2. Pahami syaratnya
Hampir semua pemberian beasiswa ada kriterianya. Institusi pemberi dana mensyaratkan ditujukan pada siapa, tujuan dan bagaimana mendapatkan.Â
Pengalaman saya dulu, syarat utama kemampuan akademik dan kelahiran daerah. Jadi tidak melihat bagaimana latar belakang pekerjaan orang tua.Â
Kelahiran daerah bisa aja yaang asli putra daerah atau yang bukan asli suku di daerah, tapi lahir, besar dan menetap di daerah.Â
Seleksi berjenjang. Pertama di internal SMU, kedua perwakilan sekolah di seleksi lagi di provinsi, ketiga paling menentukan lulus di PTN Negeri (karena waktu itu belum ada S1 yang ke luar negeri).Â
Seleksi pertama para guru dan kepala sekolah berdasarkan nilai rapor dan harus dari jurusan IPA (saat itu memang difokuskan untuk nanti kuliah di fakultas eksak).Â
Setelah diajukan sekolah, saya bersama dua ratusan siswa dari seluruh SMU di Provinsi harus ikut kelas pembekalan selama 3 bulan.Â
Untuk peserta di kabupaten, pembekalan di kabupaten. Selama masa pembekalan itu ada 3 kali seleksi untuk menyaring 20 siswa karena Pemda hanya punya kuota 20 orang saja.Â
Cukup melelahkan
Pagi, saya dan teman-teman belajar di SMU masing-masing, lalu sore jam 4 sampai jam 6 kami harus di lokasi pembekalan.Begitu terus selama 12 minggu.Â
Pengajar adalah guru guru senior terpilih termasuk dosen yang sudah ditunjuk oleh pemerintah daerah.
Saya bersyukur masuk dalam 20 nama berdasarkan seleksi dan dibacakan langsung oleh asisten Gubernur. Tapi nama- nama tersebut masih disebut calon mahasiswa penerima beasiswa pemda.Â
Karena yang terpilih harus lewat lagi saringan ulus PMDK atau lulus SMPTN di universitas negeri. Dulu kayaknya jalurnya cuman 2 ini aja.Â
Bila lulus di PTN terpilih, kami yang 20 siswa ini akan naik status dari calon penerima beasiswa menjadi mahasiswa penerima beasiswa. Bila tidak, lepas tu beasiswa alias hilang.Â
3. Pakai strategi
Alasan mengapa saya pilih kuliah PTN di Bali, itu strategi untuk lolos beasiswa. Ketika masuk dalam kuota 20 orang, saya menghindari pilih UI, ITB, IPB dan UGM karena bila enggak keterima, hilang beasiswanya.Â
Saya sadar saya itu lulusan SMU di daerah. Saya sadar akan bersaing dengan ribuan tamatan SMU dari seluruh Indonesia yang pengen masuk di PTN top itu.Â
Yang paling berat jurusan yang saya pilih, yaitu teknik sipil, yang mana merupaka prodi favorit. Bila gagal maka beasiswanya lepas, padahal itu cita-cita sejak SMP dan sudah ngelewatin seleksi demi seleksi.Â
Pemda selaku pemberi beasiswa tidak menentukan harus ke PTN A atau PTN B, mereka hanya memberi pilihan 11 PTN Negeri favorit yang tersebar di Jawa dan di luar Jawa.
Fakultas dibatasi pada 4 jurusan, yakni pendidikan dokter, kedokteran hewan, farmasi dan teknik. Siswa memilih berdasarkan minat, kemampuan dan berjuang sendiri.Â
Saya pilih di Bali, karena ini PTN yang bagus juga di luar Pulau Jawa. Dan saingan enggak sebanyak yang di sana untuk jurusan itu.Â
Strategi itu berhasil. Pas pengumuman SMPTN lulus. Dari kami yang 20 orang itu, hanya 14 orang yang berangkat, 6 orang gagal dan hilang beasiswanya. Sayang juga sih....
Kenapa mereka gagal? Mungkin karena tidak mengukur diri sendiri dengan kemampuan dan peluang. Padahal kesempatan hanya sekali di tahun tersebut. Tahun depan enggak bisa karena peserta angkatan berikutnya.Â
Kami yang diberangkatkan dari daerah ditetapkan dengan SK Gubernur. Selain saya ke Bali, yang lain ke Manado, Surabaya, Semarang, Bandung, Jogja dan Malang.Â
Berapa beasiswa yang diterima?Â
Selain tiket pesawat yang dibayarkan, setiap bulan kurang lebih 600 ribu. Namun setiap tahun dinaikkan. Jumlah segitu termasuk cukup karena makan sehari di tahun segitu, cuman 10 ribu. Masih ada sisanya.Â
Di luar itu, uang SPP di bayarkan, kalo zaman sekarang namanya UKT. Uang KKN ada lagi sama biaya Tugas Akhir (TA). Untuk asrama tidak disediakan namun dikalkulasi ke uang saku bulanan.Â
Bila ada asrama daerah di kota studi, juga tidak diwajibkan harus tinggal di sana. Bebas pilih kos kosan dan mau tinggal di mana, termasuk di rumah keluarga. Asalkan ingat tujuan menimba ilmu dan harus selesai.Â
Beasiswa yang saya terima adalah beasiswa dengan tujuan bila sudah selesai, akan menjadi PNS di daerah.Â
Di awal seperti itu karena ada perjanjian yang di tanda tangan di awal sebelum berangkat. Namun menjelang tahun-tahun terakhir di bangku kuliah, ada ketidakharusan.
Pengalaman lain dari penerima beasiswa, ada juga yang tidak selesai kuliahnya. Ini bisa karena faktor dari diri sendiri atau dari luar.Â
Ada juga yang terlibat pergaulan buruk hingga berurusan dengan pihak berwajib, lalu kuliah terputus. Ada juga yang enggak bisa menyelesaikan lalu ditinggal.Â
Kebetulan dulu saya ditunjuk sebagai koordinator jadi ada warni-warni tersendiri menangani adik-adik sesama penerima beasiswa.Â
Bagi saya nenjadi penerima beasiswa adalah amanah yang harus dijaga karena banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih.Â
Paling utama harus mempertahankan nilai setiap semester dan yang lebih utama adalah menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Karena ada ungkapan, "bukan bagaimana memulai tapi bagaimana menyelesaikan."Â
Tak kalah penting adalah menjaga diri, menjaga nama baik daerah bila kuliah di dalam negeri atau menjaga nama baik negara bila kuliah di luar negeri.Â
Buat adik-adik pelajar atau mahasiswa yang ingin mendapatkan beasiswa, carilah informasi sebanyak mungkin. Pahami kriteria dan persyaratan. Dan yang lebih penting, atur strategi dan ukur kemampuan diri sendiri.
Jangan ketinggian nanti bisa jatuh atau gagal. Jangan juga kerendahan kalo sadar potensi dan kemampuan diri.Â
Selamat berburu beasiswa. Masa depan itu ada dan harapanmu belum hilang. Kalo tidak sekarang, kapan lagi.
Baca juga :Â Mau Beli Kendaraan Lelang di Pembiayaan? Pahami Dulu Prosedurnya
Salam,Â
Brader Yefta
Referensi :Â
1. bali.jpnn.com
2.http://jdih.malukuprov.go.id/peraturan/lihat/3937230de3c8041e4da6ac3246a888e8#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H