Pada bidang kerja utama, sudah ada bapak atau ibu pimpinan. Mereka bos langsung, yang bertanggung jawab juga pada pencapaian kinerjamu dan diharapkan Anda (anak buahnya) akan membantunya merealisasikan program nya.Â
Namun di sisi lain, karena rangkap tugas ini berkaitan dengan loyalitas dan kepentingan internal secara luas, mau tak mau Anda juga tak bisa menyampingkan atau mengabaikan.Â
Ngga enaknya yang pernah saya alami adalah, instruksi atau arahan soal tata laksana kerja, bisa jadi dari Atasan Utama dan dari Atasan yang dirangkap tugas.Â
Volume komunikasi akan meningkat, mesti aktif dan melaporkan secara rutin di 2 grup WA yang berbeda (dulunya grup BB), hingga permasalahan dan kendala di lapangan.Â
Itu belum permintaaan data dan report dari kedua divisi yang dirangkap, yang sudah pasti membuat lebih sibuk dan sedikit tertekan.Â
2. Mesti bertanggung jawab terhadap dua atau lebih pencapaian kinerja setiap bulan.Â
Ini adalah konsekuensi langsung dari rangkap jabatan. Bagus bila dua-duanya baik. Namun bila salah satunya tak sebaik yang satunya, tentu mesti siap dengan alasan mengapa tak terealisasi.Â
Nah memikirkan dan mencari pembelaan itu kadang bagian yang paling sulit...hehe. Karena salah-salah bisa di skak alias dibilang ngga kerja dan ngga dilakukan.Â
3. Dilema antara mana yang mau didahulukan dan berapa lama akan terus merangkap.Â
Ketika waktu baru memulai rangkap tugas, biasanya antusias muncul. Berapi -api dan bersemangat. Tapi tergantung seberapa lama mau bertahan dalam dobel job.Â
Tekanan akan terasa manakala sudah sekian lama, namun belum ada orang atau kandidat yang seharusnya menangani pekerjaaan yang dirangkapi itu, karena sedang dalam proses seleksi atau gugur (gagal) dalam tahapan tes.Â