Setiap kali membeli barang yang dijual dan setelah membayar, secara telaten si penjual akan menulis.Â
Andai memesan kopi, biasanya akan ditulis tepat setelah kopi disajikan. Meski uang pembayaran diterima setelah kopi ludes atau sebelum meninggalkan warung.Â
Entah Anda mengamati atau tidak, seperti yang saya lihat, rasanya masih banyak pedagang yang melakukan pencatatan secara manual.
Ini tak hanya yang membayar tunai (cash), tapi juga catatan yang belum terbayar alias ngebon atau kas bon. Bayarnya belakangan. Semoga beneran dibayar ya... hehe.Â
Mengapa tak menggunakan mesin? Mungkin bagi mereka itu nyaman dan sudah terbiasa.Â
Memudahkan kontrol disamping skala usaha yang dikelola, baik modal, barang, dan jumlah pelanggan juga tak besar-besar amat.Â
Apakah dokumen transaksi manual berguna dalam pengajuan kredit?Â
Jawabannya iya. Karena dari pengalaman menangani, baik di lapangan langsung atau di belakang meja memeriksa berkas yang masuk, biasanya diperlukan.Â
Para pejuang rupiah, semacam warkop, kios sembako, bengkel pinggir jalan, konter isi pulsa rumahan dan beraneka segmen usaha kelas bawah adalah pasar potensial bagi lembaga pembiayaan.Â
Dalam hal pemberian kredit ke pengusaha kecil dan menengah, terbentuklah divisi mikro yang melayani pembiayaan multiguna. Bisa dengan jaminan atau tanpa agunan.Â
Manakala para calon nasabah yang notabene wiraswasta dari kalangan ini hendak mengajukan kredit, apakah dokumen transaksi ini menjadi penting atau tidak?
Biasanya dibutuhkan, meski sifatnya bisa wajib bisa juga hanya sebagai pelengkap.Â