Alasannya sederhana, karena di masa depan, kepemilikan kendaraan akan terus bertambah. Menyesuaikan dengan pertambahan penduduk.Â
Di perusahaan pembiayaan sendiri, semacam leasing atau bank, rata-rata angka penjualan unit baru selalu lebih banyak dibanding unit bekas. Â Polanya seperti itu dari bulan ke bulan sepanjang tahun, sama dari tahun ke tahun. Leasing tidak bisa hidup tanpa dealer yang ngasih jualan ibaratnya.
Pernahkah berpikir berapa banyak kendaraan di Indonesia? Atau di kota Anda berdomisili. Cara simpelnya cek aja ke perusahaan leasing. Berapa banyak BPKB baru dari awal leasing berdiri sampai tahun sekarang. Lalu kalikan jumlah perusahaan leasing di Kabupaten itu.Â
Kurang lebihnya segitu, karena penjualan dari dealer 80 persennya dibiayai dari sana.Â
Ironisnya manakala semakin banyak kendaraan dimiliki warga, semakin banyak membutuhkan lahan parkir. Padahal di satu sisi, lahan tidak bertambah tapi luasnya berkurang dari tahun ke tahun.
Konsekuensinya pengelola berhitung juga bila membangun ruko. Mau bikin yang luas dengan areal parkir, harga tanah mahal sudah pasti akan dijual mahal.
Lihat lagi lokasinya dan mau ditawarkan ke mana. Yang lain demi menghemat, dibuat ruko minimalis dengan areal parkir minimalis juga. Ujung-ujungnya bisa numpang parkir di ruko sebelah. Hehe...
Berjejer 3 ruko dengan bisnis yang berbeda. Perhatikan baik-baik kapasitas dan luas areal parkir di depan masing-masing ruko.Â
Seandainya, salah satu ruko kedatangan banyak orang membawa kendaraan apalagi roda 4, ke mana akan diparkir bila areal di depan ruko yang dituju sudah terisi kendaraan lain? Kemungkinannya bisa dua hal.Â
Pertama, parkir di pinggir jalan dengan risiko ditilang petugas Dinas Perhubungan karena badan jalan akan sempit. Atau yang kedua, lebih memilih parkir di areal depan ruko sebelah yang masih kosong.Â