Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jakarta Berulang Tahun, Ini 3 Lagu Pertama yang Terekam di Memori tentang Jakarta

23 Juni 2021   14:39 Diperbarui: 23 Juni 2021   15:41 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi_2019

Selamat Ulang Tahun Jakarta, 22 Juni 2021...

Ada sejumlah karya lagu menggambarkan Jakarta, tapi bagi saya pribadi ada 3 lagu yang pertama terekam di memori. 

Sebagai warga di daerah yang tak pernah tinggal di ibukota, bisa jadi kesan saya terhadap Jakarta yang kemarin berulang tahun ke 494, banyak dibentuk dari sana. 

Selama 20 tahun terakhir, sempat menginjakkan kaki di sana untuk sejumlah urusan. Tak pernah lama, hanya beberapa hari saja. 

Terkenang saat mahasiswa karena kegiatan muda mudi, kegiatan kampus, hingga setelah bekerja, demi mengikuti pelatihan dan pertemuan yang diadakan kantor pusat. 

Dari sekian kali ke Jakarta dan mengamati dari dekat, bisa jadi apa yang terekam di memori saya tentang 3 lagu ini, bisa jadi benar adanya, bisa juga tak selamanya betul. 

Karena sejatinya sebuah lagu adalah refleksi dan keresahan dari seorang pencipta,dan dinyanyikan oleh seorang penyanyi dengan kemasan musik dan aransemen, agar pesan dari lagu tersebut tersampaikan. 

Demikian halnya terhadap sebuah kota,sebagai sebuah entitas urban. 

1. Lagu Kembali ke Jakarta (Koes Plus)

Orang tua maupun keluarga, dari pihak Mama atau Papa, meski tinggal di ujung timur Indonesia, sangat menggemari grup band lawas ini. Populer dari Sabang sampai Merauke. 

Apa karena di jaman dulu ngga banyak grup musik keroyokan, atau kesederhanaan lirik-lirik lagunya yang menceritakan remeh temeh kehidupan manusia, termasuk kerinduan seorang warga terhadap kota nya, yakni Jakarta.  


Ke Jakarta aku kan kembali, 

walaupun apa yang telah terjadi....

Teringat teman-teman kerja ortu atau tetangga kami dulu yang berdomisli di Jakarta dan ditugaskan di daerah, sering menirukan. 

Bahkan di kampus dulu, mahasiswa yang asli Jakarta dan merantau ke Bali untuk kuliah, bila ditanyakan setelah tamat mau ke mana, jawabanya menirukan penggalan lirik ini..hehe. 

Luar biasanya lirik ini juga dipakai oleh warga lain di tanah air untuk mencurahkan keinginannya untuk mudik atau pulang ke kota asalnya atau kampung halaman dengan mengganti kata Jakarta dengan daerah asalnya. 

Ke Semarang aku kan kembali....Ke Bengkulu aku kan kembali...Ke Mataram aku kan kembali..

Makin tertanam nih lagu karena tak hanya kerinduan warga Jakarta tuk balik ke Ibukota, tapi bisa dimodifisikan untuk warga lain juga,meski domisilinya beda. 

2. Lenggang - Lenggok Jakarta (Andi Meriam Mattalata). 

Meski  lagu jadul, saya suka karena di intronya, drum dan petikan bazz nya otomatis bikin badan dan kepala bergoyang. 

Diciptakan adiknya Bu Mega, Om Guruh Sukarno Putra, dibawakan dengan apik oleh penyanyi yang di jaman dulu,dijuluki Mutiara dari Selatan. Teringat sangat karena kerap diputar di radio jaman kecil dulu. 

Tante Andi Meriam yang sudah berpulang pada tahun 2010 silam, mempopulerkan lagu yang lirik-liriknya berkisah dua sisi Jakarta dalam satu paket yang sukar dipisah. 

Ibarat 2 sisi uang logam, mau yang enak ada, yang tak enak pun bisa kau alami di Jakarta. Perhatikan aja lirik-liriknya. 

Ribuan mimpi-mimpi ada, menggoda mereka. 

Jangankan sorga dunia, neraka dunia pun ada...

Realitanya emang demikian hingga sekarang. Migrasi dan urbanisasi penduduk dari propinsi dan daerah lain ke Jakarta, tak ada habis -habisnya. 

Makanya ni lagu relevan dan kayaknya akan abadi selama Palangkaraya belum sebagai pengganti ibukota baru...hehe. 

Mudik menjadi warisan permasalahan dan menyisahkan problematika di tanah orang Betawi, dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi. 

Ibarat gadis remaja beranjak dewasa, Jakarta dengan pinggul seksi nya membuat banyak pria jelalatan mata. 

Bahkan tak sedikit berusaha menjamah meski sadar kerasnya persaingan. Tak sedikit yang mengurungkan niat dan menahan diri karena takut digampar orang tua si gadis alias takut tak berhasil di Jakarta. 

Ternyata Jakarta dengan usia sekarang, ibarat gadis remaja yang sudah janda namun janda rasa gadis. 

Pesonanya masih menarik bagi banyak pendatang yang terus mau mencicipi hangat tubuhnya. 

3. Lagu Sapa Suruh Datang Jakarta 

Banyaknya perantau yang kepengen mengadu hidup di Jakarta pada tahun 60 an hingga 70 an, membuat sejumlah musisi yang kebetulan berasal dari kawasan Indonesia Timur, mempopulerkan lagu ini. 


Ditulis dalam lirik berlogat Manado, yang dimengerti juga oleh para pendengar dari daerah lain di Indonesia Timur karena kesamaan dialek dalam komunikasi sehari-hari. 

Sudah pasti target market lagu ini untuk warga perantau dari kawasan ini yang ke Jakarta agar tidak menyesal dan dibilang nanti : Eh Sapa Suruh datang Jakarta, Eh  doe sayang. 

Kerasnya perjuangan di Jakarta bagi para perantau, dari jaman dulu hingga kini, tersirat dalam penggalan lirik -liriknya. 

Sungguh tiada kuduga
hidup akan merana
tinggalkan kampung di desa
dapatkan gubug di kota...

Lagu ini selain di populerkan almarhum Om Melky Goeslaw , ayahanda dari Teh Melly Goeslawa yang asli Maluku, juga dibawakan oleh duet Alex dan Jakob dengan nama Kembar Grup yang cukup terkenal di tahun 70 an. 

Jadi kalo kamu, lagu apa tentang Jakarta yang berkesan bagi kamu? 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun