Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pak Prof "Digoyang" Miss Landscape, Perseteruan Sugar Daddy dan Sugar Baby

6 April 2021   23:00 Diperbarui: 6 April 2021   23:03 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kopi yang manis itu habis.... yang tertinggal hanya ampas dan rasa pahit

Baru saja dua hari lalu menulis Pendidikan Perempuan dan Realitas Ayam Kampus, Sugar Baby dan Sugar Daddy, eh panjang umur, muncul sebuah kisah nyata yang ramai diberitakan dua hari terakhir. 

Adalah salah seorang yang diduga  profesor kondang pada institusi negara . Terlibat affair dengan seorang perempuan muda nan jelita. 

Saking menarik si wanita yang  dulunya mahasiswa sebuah perguruan tinggi itu, terpilihlah dia sebagai Miss Landscape Indonesia 2019. Berhak mewakili tanah air pada ajang internasional.

Ternyata Era Setyowati, perempuan cantik yang dulunya pernah finalis Miss Model Indonesia mewakili Propinsi Jawa Tengah tersebut,dari informasi di kanal berita, terjebak hubungan Sugar Baby dengan Sang Profesor yang adalah salah satu komisaris BUMN. 

Taulah sekelas Komisaris berapa gajinya. Dan wanita muda mana yang tak tergiur dengan Daddy model begituan. 

Kisah asmara yang secara usia layaknya Daddy and Daughter (Papa dan Anak), malah berujung perseteruan yang diangkat menjadi kanal berita. Tak tanggung tanggung Sugar Baby menjadikan Rahman Arif Nasution sebagao pengacara berhadapan dengan kuasa hukum Sang Profesor, Rio Capella. 

Apa yang bisa dipelajari dari kasus ini? 

1. Tak mungkin wanita bisa 'bersuara' bila  tak ada hubungan dengan pria. 

Saya pernah punya teman laki -laki, yang becandaan dan rayuannya super maut pada seorang nasabah perempuan. Urusannya terbawa sampai ke kantor dan diketahui manajemen tingkat atas. Sang wanita tersebut  ngamuk dan membawa 'rombongan' ke kantor. Pimpinan akhirnya turun tangan. 

Mengapa si wanita, yang pendidikannya tak setinggi teman cowok saya begitu berani? Jawabannya sudah pasti :karena ada transaksi asmara diantara keduanya, sehingga si wanita berpegang pada janji. 

Jadi bila mana Si Miss Kebudayan ini sampai 'bersuara' di media, sudah pasti sebelumnya ada transaksi asmara yang melibatkan hati, emosi dan harapan diantara mereka. 

Ketika ada janji di  atas ingkar, dan ada dusta di antara kedua pihak, siap  -siap  saja salah satu akan bersuara. Dan kita yang mungkin akan terkaget -kaget dengan sejumlah pertanyaan kepo : Kok bisa? Dimana ketemu? Kapan melakukannya?  dan bla bla bla. 

2. Fenomena Sugar Daddy dan Sugar Baby, sudah lama di Indonesia  dan bakal muncul ketika salah satu didustai.

Perempuan muda menemukan kasih sayang seorang Papa jadi -jadian untuk memenuhi kebutuhan akan figur Ayah yang mungkin hilang di dalam hidupnya demi dahaga akan emosi, kemampuan finansial hingga ketergantungan masa depan. 

Di satu sisi, para Papa -Papa alias Sugar Daddy, yang sudah berkeluarga dan matang secara emosi serta punya kemampuan finansial  dengan jabaran yang empuk, mencari sumber penyaluran lain demi hasrat seksual.

Ada gengsi bisa menaklukkan wanita muda nan cantik, demi menunjukkan esksitensi diri di usia paruh baya. Bahkan beberapa menganggap sebagai selingan. 

Coba aja telusuri, berapa banyak pejabat punya simpanan? Berapa banyak atasan pria bisa serong kiri serong kanan ? Mau di legislatif maupun eksekutif,  bila didata dan diungkap secara jujur, akan jadi diketemukan ada satu dua yang demikian. 

Sayangnya, sang istri dan pihak keluarga biasana 'berdamai' dengan keadaan bila menemukan demikian. Di satu sisi demi mempertahankan  mahligai pernikahan, di satu sisi ngga enak pada anak-anak dan kkeluarga besar.

Selain itu juga demi  mempertahankan karir dan kehidupan pasangan.Bila agama membolehkan, akan berlanjut ke pernikahan, entah nikah siri,nikah kontrak atau HTS alias hubungan tanpa status.. 

Karena bagaimana pun, banyak hal -hal baik yang sudah terbangun dibanding kekhilafan yang  diketemukan. Berat juga sih, tapi mau bagaimana lagi. 

3. Hubungan yang dalam hingga berbuah janin dan jabang bayi, akan menyisahkan persoalan pelik di masa sekarang dan di masa  depan. 

Andai tak ada anak hasil kolaborasi intim yang diduga Sang Prof dengan Sang Model ini, apakah akan menjadi berita hingga menyewa pengacara? Probabilitasnya pasti kecil. 

Namun karena ini menyangkut kehadiran anak manusia, berkaitan status kewarganeraan, status kehidupannya kelak dan status sosialnya di sepanjang kehidupannya nanti, sudah pasti  ibunya akan memperjuangkan. 

Belum lagi kehidupan si anak kelak dengan saudara -saudara tirinya dari istri yang resmi, dan pembagian harta ato warisan. Bila sang anak mencatut nama Sang Prof sebagai ayahnya, apakah sang  profesor akan rela? 

Apakah istrinya dan anak-anak sahnya akan mau? Potensi masalahnya bisa meleba kemana-mana di sepanjang kehidupan si anak. Bukankah kita kerap menemukan anak-anak  korban seperti ini di masyarakat. 

4. Bertanggung jawab, jangan lari  atau cuci tangan.

Berani berbuat, siap  dengan resiko. Mau manisnya, siap juga dengan pahit, asin dan asemnya. Sejumlah resiko akan, cepat atau lambat, suka atau tidak suka, akan menimpa  mereka yang menjalin hubungan terlarang di luar pernikahan sah. 

Apa saja? Resiko akan ada keturunan yang minta diakui status haknya yakni anak hasil hubungan. Resiko  diketahui publik, resiko sanksi jabatan mulai dari  Surat Peringatan hingga berujung pemecatan. Selain itu resiko ketidakharmonisan bakalan muncul dalam hubungan pasangan dan hubungan orang tua dan anak, serta resiko mempersiapkan sumber finansial yang lebih besar. 

Dengan mempertimbangkan resiko -resiko di atas, alangkah baiknya berpikir dua kali sebelum melakukan atau sebelum mencoba -coba melangkah di dunia Sugar Daddy versus Sugar Baby. 

Jujur sebagai laki -laki, adalah sebuah perjuangan seumur hidup untuk menang dari godaan kenakalan seksual. Realita dan contoh, baik di masa sekarang maupun di masa silam, dari mereka -mereka yang terjebak dan jatuh, dengan mudah bisa diketemukan dalam kehidupan. 

Karena setinggi apapun pendidikan seseorang, sekuat apapun keimanan seseorang, baik kaum pria ato kaum wanita, kita semua tetaplah manusia dengan segala kerentanan terhadap godaan. 

Jadi mau bilang apalagi. 

Profesor juga manusia, Miss Landscape juga manusia, Apa yang sudah ditabur, bersiaplah bila benih itu tumbuh. 


Salam,

Baca juga: Pendidikan Perempuan dan Realitas Ayam Kampus, Sugar Baby dan Sugar Daddy  

Referensi : 

1. kumparan.com 

2. finance.detik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun