Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kwetiau Goreng dan Naik Kereta Api Zaman Dulu, Kenangan Jelang Imlek di Belantara Jakarta

12 Februari 2021   19:11 Diperbarui: 13 Februari 2021   07:34 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumahnya di Kapuk, Cengkareng Jakarta Barat. Ada sekitar dua kali naik angkutan umum dari Senen, Satu pake angkot, udahan gantian pake bemo roda 3. Ini pengalaman pertama kali naik model beginian yang dulu di daerah asal, saya cuman nonton di serial Sinteron Si Doel Anak Sekolahan. 

"Kayak gini Jakarta Dolf. Kemacetan dan banjir sudah jadi teman akrab. Aku juga meski keturunan Cina, tapi bukan latar orang menengah ke atas. Tak semua orang Cina itu orang kaya," terang Alvin. 

Sesampai di rumahnya, apa yang dikatakannya memang demikianlah adanya. Rumahnya sederhana, meski Nyokap Bokapnya pebisnis. Mereka sudah lama tinggal di daerah itu. Bahkan bila air meluap, perumahan di kompleks kebanjiran.

 Setelah mandi dan bersiap tuk berangkat lagi ke lokasi meeting di Pantai Anyer, Mama nya memanggil kami tuk makan siang. 

"Mama buatkan Kwetiau, semoga Adolf juga suka. Ini juga karena lagi dua hari akan Imlek, " demikian kata beliau ketika kami duduk di meja. 

Saya perhatikan Alvin lahap benar makannya. Saya coba tuk masukkan ke mulut mie yang kelihatan besar dan panjang itu. Pertama rada aneh juga, karena yang dicoba selama ini cuma mie goreng atau mi rebus yang dijual di pasaran. Akibat kelaparan, habis juga kwetiau goreng dengan lauk udang goreng, suwir ayam telur serta sayuran. 

Sehabis acara di Carita, kami balik lagi ke rumahnya tuk pamitan pulang ke Bali. Ngga lagi naik kereta  tapi menumpang bis malam Jakarta-Bali. Saya belajar hal baru dari bersahabat dengan Alvin dan kenal orang tuanya. 

Meski warga keturunan, mereka berbaur dengan banyak warga lokal. Mereka tetap melestarikan tradisi Imlek, sebelum atau sesudah pemerintah di bawah kepemimpinan Gusdur, menetapkannya sebagai Hari Libur Nasional.  

Kebhinekaan dari Sabang hingga Merauke, tak hanya adat dan budaya lokal tapi juga akulturasi dari budaya luar yang sudah beranak pinak dalam budaya Indonesia. 

Salam Imlek 2021 buat semua yang merayakan dalam kondisi pandemi, Tetap semangat dalam cinta kasih tuk membangun keberagaman dalam kesatuan.  

Salam, 

Tulisan ini juga buat my friend Alvin, istri dan anak -anaknya, maaf ya Bro namamu disamarkan...hehe. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun